Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI 

Pelatihan di Rumah BUMN BRI Semarang bantu UMKM go digital

Semarang, IDN Times - Digitalisasi bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) masih menjadi tantangan untuk menghadapi kemajuan zaman. Para pelaku UMKM terutama usaha mikro dan ultra mikro terus mencoba untuk beradaptasi juga belajar pemasaran digital agar produk yang mereka hasilkan bisa terjual di pasar online atau daring.  

Pelaku usaha tas serat alam kenal pemasaran digital di Rumah BUMN BRI

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Pemilik usaha Tas Mlatiwangi, Yuli Muhawati menunjukkan produk tas serat alam yang dipasarkan secara offline dan online. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Seperti pengalaman Yuli Muhawati, perajin tas berbahan serat alam dengan jenama Mlatiwangi dari Kota Semarang ini juga berupaya agar usahanya tumbuh melalui transformasi digital. Jika biasanya ia memasarkan produk-produk tasnya secara offline di pameran, bazar atau pasar tiban, pada tahun 2019 perempuan berusia 54 tahun itu mengambil langkah ingin memperluas pasar dengan memanfaatkan teknologi digital untuk promosi.

Pelaku UMKM yang sudah merintis usaha di bidang kerajinan tangan sejak tahun 2009 itu kemudian mendatangi Rumah BUMN BRI di Jalan Sultan Agung No 108 Semarang. Tujuan pertamanya adalah mendaftar sebagai mitra binaan Rumah BUMN BRI agar bisa mengikuti pelatihan.

“Awal mula kenal BRI itu pada tahun 2019. Saya datang ke Rumah BUMN BRI Semarang sambil membawa produk. Saya ketemu koordinator Rumah BUMN dan melamar apakah saya boleh jadi binaan BRI. Kemudian, saya disodori formulir dan suruh mengisi. Alhamdulillah, saya bisa jadi mitra binaan,” ungkapnya saat ditemui di rumah dan workshop Mlatiwangi di Jalan Mlatiharjo Raya Tengah No 14, Mlatibaru, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang, Senin (16/1/2023).

Setelah menjadi mitra binaan, Yuli bisa mengikuti berbagai macam pelatihan yang diselenggarakan Rumah BUMN BRI. Tidak hanya pemasaran digital tapi juga banyak ilmu lainnya untuk mengembangkan bisnisnya.

“BRI benar-benar membina UMKM secara gratis dan tanpa syarat apapun. Saya senang belajar banyak hal di Rumah BUMN melalui pelatihan digital marketing, foto produk, manajemen keuangan, dan masih banyak lagi,” ujarnya.

Yuli mulai promosi tas Mlatiwangi di media sosial

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Pemilik usaha Tas Mlatiwangi, Yuli Muhawati menunjukkan produk tas serat alam yang dipasarkan secara offline dan online. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Ilmu-ilmu dari pelatihan di Rumah BUMN BRI itu langsung diterapkan ibu tiga anak ini dalam mengelola usaha tas yang terbuat dari serat eceng gondok, pelepah pisang, daun pandan, karung goni itu. Ia mempraktekkan ilmu seperti memotret produk dan pemasaran digital di rumah dengan dibantu oleh sang putra.

Yuli pun juga mulai memasarkan produk-produk tasnya di media sosial seperti Facebook, Instagram dan WhatsApp.

“Saya posting foto tas-tas Mlatiwangi di media sosial, ternyata banyak yang merespons. Ada yang tanya harga, ukuran, meskipun belum banyak yang sampai transaksi,” tuturnya.

Masih dalam proses belajar pemasaran digital, badai pandemik COVID-19 menerjang. Tentu penyebaran wabah penyakit tersebut berdampak pada usaha Yuli. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) menjadi kendala untuk berjualan secara offline.

Yuli menuturkan, terjadi penurunan omzet penjualan hingga mencapai 70 persen saat pandemik. Sebab, tidak ada konsumen yang melakukan transaksi, tidak ada yang beli maupun tidak ada pesanan sama sekali.

“Tidak ada tas yang terjual. Mungkin karena tas serat alam ini kan bukan kebutuhan pokok. Kalau mau ganti produk, misalnya ikut-ikutan buat masker itu bukan passion saya,” ungkap istri dari Budi Yuwono itu.

Baca Juga: BRI RO Semarang Berbagi Kasih Natal, Salurkan 1.000 Sembako ke Gereja 

Perluas pasar dengan berjualan online saat pandemik

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Pemilik usaha Tas Mlatiwangi, Yuli Muhawati menunjukkan produk tas serat alam yang dipasarkan secara offline dan online. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Lalu, untuk memanfaatkan waktu pada masa pandemik Yuli terus melakukan inovasi produk, yakni berkolaborasi dengan para pengrajin dan pelukis untuk menghias tas-tas anyaman serat alam buatannya. Selain itu, ia juga terus menekuni pemasaran digital melalui media sosial dan merambah ke marketplace.

Ia mengunggah foto-foto tas di halaman Instagram @mlatiwangi, termasuk membuat katalog di media sosial tersebut @mlatiwangikatalog. Sedangkan, berbagai kolaborasi dengan Mlatiwangi juga diunggah Yuli di akun @mlatiwanginews. Tidak hanya itu, Yuli juga mengaktifkan akun bisnis Mlatiwangi di mesin pencarian Google.

Berkat ilmu yang diperoleh dari pelatihan di Rumah BUMN dan ketekunan Yuli mempelajari teknologi digital, rezeki datang padanya. Meski masa pandemik, sejumlah orderan atau pesanan masuk lewat media sosial Instagram Mlatiwangi. Ia juga mendapat pesanan dari BRI dan menerima tawaran mengikuti pameran secara daring di ajang BRILianpreneur selama tiga tahun berturut-turut sejak 2020, 2021, dan 2022.

“Saya senang ternyata usaha postang-posting foto produk yang saya lakukan di Instagram ada hasilnya. Ada orderan nyangkut di sana masuk lewat kotak pesan langsung. Bahkan, saat ada yang pesan lewat WA saya tanya tahu dari mana, bilangnya dari Instagram atau Google. Ya Allah, alhamdulillah ternyata ada hasilnya juga jualan online,” katanya.

Konsumen produk tas Mlatiwangi mayoritas berasal dari Jakarta, Bali, Lombok, bahkan menjangkau seluruh Indonesia. Adapun, segmen pasar yang membeli tas serat alam adalah konsumen kalangan menengah. Yuli menjual tas buatannya itu mulai harga Rp25 ribu–Rp500 ribu.

Permudah konsumen dengan pembayaran non tunai

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Pelaku UMKM Tas Mlatiwangi melayani konsumen transaksi menggunakan QRIS lewat aplikasi BRImo (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Setelah mampu menjawab tantangan transformasi digital, Yuli berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menambah pekerja. Sebab, setelah bisa berjualan secara online, permintaan tas serat alam juga meningkat. Saat ini Mlatiwangi bisa memproduksi 100 tas per bulan, sedangkan Yuli menargetkan bisa menghasilkan 500 tas per bulan.

‘’Maka itu, saat ini masih ada kendala untuk meningkatkan kapasitas produksi, karena saya hanya punya satu pekerja. Untuk menambah pekerja juga tidak mudah karena cari orang yang punya skill juga susah. Skill saya utamakan untuk menjaga kualitas produk tas serat alam agar bisa diterima konsumen,’’ jelasnya.

Sementara terkait transaksi, saat ini konsumen tas Mlatiwangi semakin dipermudah karena bisa membayar secara tunai maupun non tunai. Bahkan, pembayaran non tunai pun meningkat karena ada fasilitas mesin EDC BRI dan QRIS yang diakses melalui aplikasi BRImo.

‘’Dulu banyak yang beli tas bayarnya secara tunai, sekarang malah banyak yang non tunai. Bagi nasabah BRI kami sediakan mesin EDC dan QRIS untuk transaksi,’’ tandas Yuli.

Pengalaman Yuli dalam memasarkan tas serat alam Mlatiwangi ini membuktikan bahwa pelaku usaha telah beradaptasi ke arah digitalisasi. Mereka memanfaatkan transformasi digital untuk menghadapi tekanan akibat keterbatasan saat pandemik COVID-19.

Bank BRI gencar kembangkan digitalisasi UMKM

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Pelaku UMKM sedang mengikuti pelatihan fotografi produk di Rumah BUMN BRI Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Bank BRI pun terus gencar melakukan penetrasi dan membantu pengembangan digitalisasi di kalangan pelaku UMKM, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan di Rumah BUMN BRI.

Berdiri sejak 1 September 2017, Rumah BUMN BRI Semarang sudah memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, terutama pelaku UMKM. Hingga kini sudah ada lebih dari 711 pelatihan yang terselenggara bagi pelaku UMKM di Rumah BUMN BRI Semarang. Pelatihan itu sudah diikuti oleh 2.742 pelaku UMKM dan sebanyak 6.425 UMKM telah bergabung menjadi mitra binaan Rumah BUMN BRI Semarang.

Petugas Administrasi Rumah BUMN BRI Semarang, Endang Sulistyawati mengatakan, setiap bulan ada 8–10 pelatihan bagi UMKM. Pelatihan yang digelar antara lain cooking class, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, pemasaran digital, Shopee E-Commerce, teknik fotografi produk, pembuatan video supaya UMKM Go Modern, Go Millennial, Go Export, Go Digital dan Go Online.

‘’Mereka yang berminat ikut pelatihan dapat mendaftar terlebih dahulu di website linkumkm.id. Nanti, UMKM mendaftar dulu menjadi anggota kemudian bisa melihat pelatihan apa saja sesuai lokasi dan jadwal pelatihan. Selain itu, jadwal pelatihan juga bisa dilihat dari Instagram @rumahbumn.semarang," jelasnya saat dikonfirmasi, Jumat (20/1/2023).

BRI berikan pelatihan gratis dan ajak UMKM pameran

Orderan Tas Mlatiwangi Mengalir Lewat Medsos Berkat Ilmu dari BRI Seorang pelaku UMKM mengisi daftar hadir untuk mengikuti pelatihan di Rumah BUMN BRI Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Selain pelatihan, banyak keuntungan yang bisa diperoleh pelaku UMKM sebagai anggota Rumah BUMN.

‘’Mereka bisa memajang produknya di sini, kalau ada bazaar diajak, pelaku UMKM juga dapat bimbingan membuat PIRT dan sertifikat halal, serta diajak pameran di acara BRI seperti BRILianpreneur dan BRI Incubator kalau produknya lolos kurasi," katanya.

Adapun, semua fasilitas yang diberikan BRI Semarang kepada UMKM melalui Rumah BUMN ini gratis alias tidak dikenai biaya. Sesuai visi misi BRI, Rumah BUMN ini merupakan jembatan bagi UMKM untuk naik kelas.

‘’Melalui Rumah BUMN ini kami ingin berkolaborasi membentuk digital economy system. Wadah ini akan menjadi pusat data dan informasi serta sebagai pusat edukasi, pengembangan dan digitalisasi UMKM,’’ tandas Endang.

Baca Juga: Begini Cara BRI Semarang Dampingi UMKM Jateng untuk Go Global 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya