Penyebab Harga Telur Naik di Semarang Tembus Rp30 Ribu per Kilogram

Banyak peternak yang tumbang terdampak pandemik

Semarang, IDN Times - Harga telur ayam melonjak tajam di Kota Semarang dalam beberapa waktu terakhir. Harga telur naik dari semula Rp26 ribu per kilogram kini menjadi Rp30 ribu per kilogram.

1. Harga telur naik selama sepekan

Penyebab Harga Telur Naik di Semarang Tembus Rp30 Ribu per Kilogramilustrasi telur ayam (Pexels.com/Pixabay)

Berdasarkan pantauan di toko ritel Prima Freshmart, Senin (22/8/2022), harga telur ayam ras mencapai Rp30.500 per kilogram. Harga ini tidak bergerak sejak sepekan terakhir.

Salah satu pramuniaga, Yuni mengatakan, harga ini sudah tinggi dari tingkat peternak sehingga penjual menjual dengan harga tersebut.

‘’Iya, sudah seminggu terakhir harga telur ayam naik di kisaran Rp30 ribuan per kilogram. Kenaikan ini katanya karena harga pakan juga naik,’’ ungkapnya saat ditemui IDN Times.

Baca Juga: Minyak Goreng Curah Minyakita Belum Tersedia di Semarang  

2. Harga pakan ayam naik saat pandemik

Penyebab Harga Telur Naik di Semarang Tembus Rp30 Ribu per KilogramIlustrasi ayam ternak. (pixabay.com/andreas goellner)

Dari sisi peternak, kenaikan ini karena dampak dari pandemik COVID-19. Peternak ayam di Kabupaten Magelang, Nur Hadi mengatakan, saat puncak pandemik tahun lalu harga pakan ayam naik sangat tinggi sedangkan harga telur ayam rendah.

‘’Saat harga pakan naik, harga telur ayam justru rendah karena daya beli masyarakat turun. Sehingga, berakibat biaya produksi tidak bisa ditutup oleh telur yang dihasilkan,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times.

3. Populasi ayam petelur berkurang karena afkir

Penyebab Harga Telur Naik di Semarang Tembus Rp30 Ribu per Kilogramilustrasi peternakan ayam (IDN Times/Dhana Kencana)

Krisis pandemik COVID-19 juga berdampak terhadap peternak karena sebagian banyak usaha peternak di Kabupaten Magelang tumbang karena tidak kuat bertahan.

‘’Ini karena ayam yang masih produktif harus diafkir. Kemudian, karena banyak yang diafkir sebelum waktunya, maka populasi ayam petelur menjadi berkurang banyak,’’ tutur Nur Hadi.

Pada peternakan milik Nur Hadi, kini hanya ada 2.000 ayam petelur dan setiap hari menghasilkan 100 kg telur.

Sehingga, lanjutnya, pada kondisi sekarang hukum ekonomi supply and demand berlaku. Telur ayam menjadi langka dan harga menjadi tinggi.

Baca Juga: H-2 Lebaran, Harga Ayam Kampung di Semarang Tembus Rp 150 Ribu  

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya