Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali Menggeliat

Sehari bisa laku 50 buah!

Semarang, IDN Times - Berbagai film drama Korea (drakor) yang digandrungi anak-anak Gen-Z rupanya turut mengerek bisnis penjualan baju bekas di Kota Semarang. Di Jalan Abdurahman Saleh, Kalibanteng, Kecamatan Semarang Barat, sejumlah toko baju bekas menangguk keuntungan berlipat berkat kepopuleran drakor. 

1. Penjual baju bekas di Kalibanteng laris karena ada Drakor

Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali MenggeliatSeorang pria tampak berburu baju di toko baju bekas di kawasan Kalibanteng Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto (

Seorang pegawai toko Aranfy Collections, Ahmad Anto berkata kemunculan film-film drakor yang digemari Millennial dan Gen-Z membuat banyak orang membeli baju dan celana dengan motif Korea. 

"Sebenarnya bisnis kita ikut terdampak dengan munculnya pandemik COVID-19. Tapi sejak awal Januari kemarin bisa dikatakan mulai normal lagi. Karena ya faktornya dipengaruhi sama film-film Korea. Sebagian pembeli yang suka sama Drakor akhirnya berburu baju impor kemari terutama yang motifnya mirip Drakor," ujar Anto kepada IDN Times, Sabtu (4/6/2022). 

Baca Juga: Bilik Thrift di Semarang Rela Keliling Kota Berburu Baju Bekas Korean Look 

2. Baju bekas dibanderol Rp35 ribu-Rp150 ribu

Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali MenggeliatPembeli saat mencari baju bekas di toko Jalan Abdurrahman Saleh Kalibanteng. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Menurut Anto penjualan baju bekas impor kini melonjak 60 persen ketimbang kondisi normal atau rata-rata per hari laku 50 buah. 

Harga yang dibanderol pun beragam. Dirinya mematok harga mulai Rp35 ribu sampai paling mahal Rp150 ribu per buah mulai dari baju, celana, jaket hingga topi. 

Diakuinya hampir saban hari ada saja Millennial yang berburu berbagai jenis baju maupun jaket bermotif ala Korea karena terpengaruh dengan bintang Drakor kesayangannya. 

"Kalau ditanya yang paling laku, di toko saya kebanyakan yang laris jaket, celana dan baju," ungkapnya. 

3. Banyak orang borong baju bekas untuk dijual pas acara bazzar

Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali MenggeliatIDN Times/Galih Persiana

Ia mengatakan saat ini bisnis baju bekas atau thriftshop tak bisa lagi diremehkan. Jika dulu baju bekas atau kerap disebut awul-awul sering dicibir masyarakat, katanya untuk saat ini pangsa pasarnya berubah total. 

"Kalau pas awal buka toko tahun 2014 mayoritas yang beli dari kalangan menengah ke bawah. Tapi sekarang anak muda gak gengsi buat beli baju bekas. Semuanya nyarinya ke sini. Malahan ada beberapa orang sengaja memborong pakaian bekas untuk dijual lagi pas cara free day atau bazzar. Jadi pandangan masyarakat sudah berubah. Sekarang banyak yang lihat baju bekas ini sangat menguntungkan ketimbang beli baju baru di mal, harganya gak jauh beda," bebernya. 

4. Dapat pasokan dari Bandung dan Surabaya

Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali MenggeliatIDN Times/Galih Persiana

Tak cuma itu saja, ia yang rutin mengambil pasokan baju bekas dari Bandung dan Surabaya kerap kewalahan melayani permintaan pelanggannya yang terus berdatangan. 

"Kalau di toko ini kita dapat kiriman sebulan dua kali. Pemasok kita dari Bandung dan Surabaya. Dua minggu sekali kita dapat pasukannya 30 kuintal. Itu udah termasuk satu set baju, jaket, celana. Sisanya topi dan aksesoris lainnya," bebernya. 

5. Tren bisnis baju bekas meningkat

Booming Drakor, Bisnis Awul-awul di Semarang Kembali MenggeliatUnsplash.com/Lauren Fleischmann

Seorang penjual baju bekas di Ngaliyan juga mengungkapkan hal serupa. Anita, seorang pedagang baju bekas mengaku tren penjualan baju bekas sedang naik karena sebagian orang melihat baju bekas impor punya kualitas yang bagus. 

"Jumlah pelanggannya juga tambah banyak. Trennya meningkat sejak ada COVID-19 sampai sekarang," tandasnya.

Baca Juga: Gegara Iklan Agnes Monica, Pedagang Set Top Box di Semarang Laris Manis

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya