Klaster COVID-19 Berasal dari Pabrik Garmen di Semarang, Ini Lokasinya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Sejumlah aliansi buruh di Kota Semarang mengungkapkan bila klaster penularan virus Corona (COVID-19) berasal dari dua pabrik garmen. Bahkan salah satunya merupakan pabrik yang masih beroperasi di kawasan industri Wijaya Kusuma (KIW) Mangkang.
1. Dua pabrik yang jadi klaster COVID-19 berada di Pelabuhan Tanjung Emas
Nanang Setyono, Ketua Federasi Kesatuan Serikat Pekerja Nasional (FKSPN) Jateng mengungkapkan dari informasi yang ia dapatkan penularan COVID-19 di pabrik kawasan Tanjung Emas rupanya muncul setelah seorang pegawai yang sedang bekerja di dalam pabrik.
"Kita dapatkan laporan bahwa ada dua pabrik di Tanjung Emas yang jadi klaster penularan COVID-19. Virusnya muncul ketika salah seorang pegawai bekerja di sana, lalu menularkan ke rekan-rekannya," kata Nanang kepada IDN Times, Rabu (8/7/2020).
Baca Juga: Apindo Jateng: Perusahaan yang Jadi Klaster COVID-19 Jangan Ditutup
2. KSPN Jateng ungkap buruh yang terpapar COVID-19 ada 300 lebih
Nanang menjelaskan untuk klaster di pabrik KIW Mangkang saat ini masih terus ditelusuri. Pihaknya mengaku belum mendapat temuan ihwal buruh yang awalnya menularkan COVID-19 di dalam pabrik tersebut.
Kendati demikian, ia berani memastikan bahwa jumlah buruh yang terpapar COVID-19 di tiga pabrik tersebut kini telah mencapai lebih dari 300 orang.
"Yang kena COVID-19 di tiga pabrik di Semarang sekarang ada 300 lebih. Cuma kita gak tahu nih pabriknya mana aja. Soalnya kan identitas pabriknya tidak diungkap sama Pemkot Semarang," keluhnya.
3. Buruh kecewa Pemkot justru tutup-tutupi identitas pabrik
Pihaknya juga menyayangkan sikap Pemkot yang cenderung menutup-nutupi pabrik yang jadi klaster penularan COVID-19. Ia khawatir sikap Pemkot justru menambah jumlah warga Semarang yang terkena COVID-19.
Mestinya, katanya Pemkot maupun Dinkes mengumumkan kepada publik mengenai nama pabrik yang dimaksud. Sehingga masyarakat bisa mengantisipasi penularannya sejak dini.
"Ini yang bikin kita kecewa. Kalau kita gak tahu mana pabriknya, ya mana bisa kita mencegah atau memutus mata rantai penularannya. Malahan bisa jadi jumlah yang kena COVID-19 bertambah banyak karena buruh kan pergaulannya sangat luas," terangnya.
"Ya kalau gak disampaikan masyarakat tidak tahu. Masyarakat jadi tidak hati-hati, termasuk kaum buruh. Sehingga, buruh tetap berinteraksi dengan karyawan dari perusahaan itu dan bisa tertular Covid-19. Itu kan justru berbahaya," sambungnya.
4. Tiga pabrik klaster COVID-19 bergerak di bidang garmen
Sedangkan, Ketua DPD Federasi Serikat Pekerja Kimia Energi Pertambangan (FSP-KEP) KSPI Jateng, Ahmad Zainuddin menyatakan bahwa ketiga pabrik yang jadi klaster penularan COVID-19 di Semarang bergerak di bidang garmen.
Ia mendesak Pemkot untuk blak-blakan terkait kronologi penularan COVID-19. Termasuk harus mencegah agar COVID-19 tidak meluas ke semua kawasan industri. "Saya minta pemerintah membuka datanya, biar kita, para pekerja juga bisa meningkatkan kewaspadaan," tegasnya.
5. Disnaker: Kita takut buyer Eropa dan Amerika kabur
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Disnakertrans Kota Semarang, Sutrisno mengaku takut membuka identitas pabrik yang terpapar COVID-19. Alasannya karena nantinya bisa berdampak pada perkembangan perekonomian di Semarang.
"Nanti malah berdampak buruh ke ekonomi di Semarang. Soalnya kan buyer dari Eropa dan Amerika sangat sensitif sama penularan virus. Takutnya nanti semuanya jadi drop. Buyernya kabur. Kita juga yang imbasnya," pungkasnya.
Baca Juga: Muncul Klaster Baru di Semarang dari Perusahaan, Ratusan Kasus!