5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internet

Gak ada salahnya sih, kalau gak disadari bisa membahayakan

Pernah gak merasa pusing dan tidak enak badan, lalu memutuskan mencari tahu gejala penyakit yang kamu alami di Google? Ada banyak jawaban di pencarian Google. Tapi kamu percaya sama satu. Kanker! Setelah googling, kamu merasa yakin sedang menderita penyakit kanker. Padahal, kamu belum pernah memeriksakan penyakitmu ke dokter sama sekali.

Kalau kamu pernah melakukannya, itu berarti kamu sudah melakukan self-diagnose. Self-diagnose adalah istilah yang digunakan saat seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialami berdasarkan pencarian informasi secara mandiri. Rupanya, self-diagnose juga banyak terjadi untuk berbagai kasus pada persoalan kesehatan mental yang kerap terjadi terutama pada masa pandemik COVID-19.

"Sebenarnya tidak apa-apa, kok mencari tahu gejala gangguan mental di Google. Tapi, jangan lupa cross-check. Caranya ya dengan ke psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," kata psikolog yang juga tim konselor dari aplikasi konseling daring Riliv, Prita Yulia Maharani.

Kalau gak hati-hati, self-diagnose soal kesehatan mental bisa berbahaya jika tidak kamu sadari. Gak percaya? Simak 5 dampak negatif sering cek gejala gangguan mental di internet, berikut ini.

1. Self-diagnose bisa memperparah kondisi kesehatan mental

5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internetilustrasi seorang wanita yang tengah memeluk dirinya sendiri (Pexels.com/Alex Green)

Salah satu resiko dari melakukan self-diagnose adalah kamu justru bisa memperparah kondisi kesehatan mentalmu. Kondisi tersebut bisa terjadi karena kamu terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang sedang kamu alami, atau bahkan mendapatkan pengobatan yang salah.

Setiap masalah kesehatan mental memiliki penanganan tersendiri. Ada yang bisa diatasi dengan terapi, ada pula yang membutuhkan obat-obatan tertentu. Kelemahan dari self-diagnose adalah kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Bisa jadi kamu salah langkah dengan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif. Bahaya, bukan?

2. Self-diagnose cuma bikin panik

5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internetpexels.com/Andrea Piacquadio

Tahukah kamu, kalau manusia memiliki naluri untuk cenderung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya? Itulah mengapa lebih mudah bagimu untuk mengasumsikan hal-hal buruk ketika melakukan self-diagnose.

Pada akhirnya, self-diagnose hanya akan membuatmu mengalami kepanikan yang tidak seharusnya terjadi. Kalau saja kamu lebih memilih berkonsultasi ke psikolog, kamu tidak akan merasa panik. Sebab, psikolog profesional bisa menjelaskan kondisimu dengan baik tanpa menimbulkan kepanikan dan kecemasan. Catat!

Baca Juga: Tips Efektif Atasi Gangguan Pernapasan Gak Pakai Tabung Oksigen

3. Self-diagnose menyangkal gejala yang sedang dialami

5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internetpexels.com/@minan1398

Biasanya, seseorang akan menyimpulkan hal terburuk ketika melakukan self-diagnose. Tetapi, rupanya hal kebalikannya juga berlaku. Tak jarang ada orang yang memilih untuk menyangkal gangguan kesehatan mental yang sedang dialami.

Mereka umumnya merasa masalah kesehatan mental yang ia alami tidak terlalu parah. Ia berpikir, ah, bukan hal penting, kok. Masalah ini nggak terlalu parah. Padahal, denial tidak akan menyelesaikan masalah. Sebab, bisa jadi masalah kesehatan mental yang dimiliki membutuhkan penanganan segera agar tidak semakin parah.

4. Self-diagnose mengabaikan gangguan yang sebenarnya terjadi

5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internetmyhopewell.com

Gejala penyakit atau gangguan kesehatan mental yang belum tentu benar. Bisa saja kamu yakin sedang mengalami anxiety disorder, tetapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa jadi pula kebalikannya atau bahkan bukan keduanya. 

Saat kamu melakukan self-diagnose, kamu jadi tidak tahu sebenarnya penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang kamu alami. Kamu hanya menduga-duga hal yang belum tentu kebenarannya. Hal ini merupakan masalah karena dengan begitu kamu jadi tidak bisa mendapatkan penanganan yang tepat.

5. Sering self-diagnose bikin malas konsultasi

5 Pengaruh Negatif Sering Cek Sendiri Gejala Mental Lewat Internetpexels.com/@andrewtneel

Setelah googling masalah kesehatan mentalmu, kamu jadi merasa tidak perlu lagi untuk berkonsultasi ke psikolog. Sebab, kamu berpikir bahwa kamu bisa tahu gejala yang dialami tanpa bantuan ahli.

Jika terlalu sering dilakukan, self-diagnose bisa memunculkan trust issue kepada psikolog dan psikiater. Hal ini dapat terjadi karena kamu sudah terlalu percaya diagnosis yang kamu dapat dari internet. Kamu jadi cenderung mempercayai internet, bukan para ahli.

Gak ada salahnya kalau kamu mencari gejala kesehatan mental di internet. Tapi jangan percaya mentah-mentah, ya. Sebab, apa yang kamu dapatkan di internet belum tentu sesuai dengan apa yang kamu alami. Kalau belum nyaman datang tatap muka ke psikolog atau psikiater karena pandemik COVID-19, kamu bisa konsultasi sama mereka melalui aplikasi secara online, salah satunya melalui Riliv. Gak ribet dan dijamin antipanik!

Baca Juga: 7 Kegiatan Positif ini Ampuh Lawan Depresi dan Hilangkan Rasa Kesepian

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya