TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Cara Manjur Ilmu Titen untuk Antisipasi Efek La Nina di Jateng

Salah satunya bisa mengasah kepekaan

Beberapa unit kapal nelayan berada disekitar Teluk Kendari saat cuaca buruk. (ANTARA FOTO/Jojon)

Semarang, IDN Times - Kemunculan siklon tropis La Nina diprediksi oleh BMKG bakal menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi di Indonesia termasuk Jawa Tengah.

Bagi masyarakat yang tinggal di Jawa Tengah saat ini disarankan untuk menggunakan berbagai teknik kearifan lokal untuk mendeteksi gejala perubahan cuaca yang ekstrem.

Baca Juga: La Nina Terjang Jateng, Curah Hujan Meningkat, Awas Banjir Bandang!

1. Harus sering mengasah kepekaan terhadap gejala perubahan cuaca

Ilustrasi langit mendung (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Sosiolog dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Fulia Aji Gustaman mengatakan kearifan lokal yang bisa dilakukan warga dengan mengasah kepekaan terhadap kemunculan perubahan cuaca yang drastis.

"Saya menyarankan kepada masyarakat Jawa Tengah untuk mempelajari perubahan cuaca yang sering terjadi di lingkungan sekitar. Gunakanlah ilmu titen dimana pada zaman dahulu sering dipakai oleh leluhur kita. Ilmu titen itu menjadi kemampuan yang mesti diasah agar dapat melakukan deteksi dini terhadap potensi bencana alam," kata Aji, sapaan akrabnya saat dihubungi IDN Times, Jumat (5/11/2021).

2. Warga bisa aktifkan pos ronda untuk tingkatkan kesiapsiagaan

pos ronda (korem044gapo.mil.id)

Ia berkata ilmu titen saat ini sangat relevan digunakan untuk mencegah risiko terjadinya bencana alam. 

Gejala perubahan cuaca yang biasanya dibarengi dengan kemunculan binatang-binatang kecil, katanya bisa menjadi sebuah pertanda akan datangnya sebuah bencana.

Selain itu, masyarakat juga bisa mengaktifkan kembali pos ronda sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan untuk menanggulangi bencana alam di setiap wilayah.

"Keberadaan pos ronda juga bisa dimanfaatkan untuk berjaga-jaga sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu pemerintah dalam melakukan deteksi dini terhadap ancaman bencana saat cuaca ekstrem," papar dosen Jurusan Sosiologi dan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Unnes tersebut.

3. Bunyi kentongan bisa memberi sinyal datangnya marabahaya

Ilustrasi kentongan milik warga Bantul. IDN Times/Daruwaskita
Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tak cuma itu saja, alat kentongan poskampling juga bisa dimanfaatkan sebagai sinyal penanda bahaya. Kentongan, katanya selama ini masih sering dijumpai di wilayah pedesaan dan umumnya menjadi alat komunikasi antar warga.

"Dengan perkembangan zaman yang pesat, untuk itulah warga bisa mengkombinasikan sisi keunikan kearifan lokal warisan leluhur itu dengan perangkat teknologi. Sehingga deteksi dini bisa dilakukan dengan cepat. Misalkan kita bisa memperkirakan kalau di wilayah dataran rendah tentu potensi bencananya mengarah pada banjir. Kemudian di perengan identik dengan bencana longsor, di wilayah Semarang atas bisa dideteksi risiko bencana rekahan tanah. Bahkan kearifan lokal bisa mendeteksi datangnya tsunami di pantai," ucapnya.

Sedangkan, Pelaksana Tugas Kepala BPBD Jateng m Syafrudin sepakat dengan saran yang dilontarkan Aji.

Ia menyebut sebuah kentongan yang dibunyikan bisa jadi simbol early warning system sebagai pengingat tanda bahaya. "Saya pikir masih relevan ya terkait dengan kentongan. Karena bunyi kentongan bisa mengingatkan masyarakat untuk waspada," ungkapnya.

4. BPBD Jateng minta warga patuhi informasi BMKG

Petugas BMKG memeriksa alat pengukur intensitas penyinaran matahari atau Campbell Stokes (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Diluar itu, dirinya mengingatkan masyarakat guna mematuhi informasi-informasi dari BMKG. Karena setiap saat, BMKG merilis data terkait dengan peringatan dini. Seperti rilis data titik daerah mana yang turun hujan.

Informasi peringatan BMKG bisa disampaikan ke kecamatan hingga desa. Termasuk ke babinsa dan babinkamtibmas.

Ia mengaku sudah menyiapkan langkah-langkah bagi tiap kabupaten/kota terkait dengan ancaman bencana hidrometeorologi.

"Kami dari pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengirimkan surat ke sekda seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah untuk mengantisipasi. Karena kemungkinan juga ada La Nina seperti yang disampaikan BMKG. Mengingatkan kembali untuk menyebarkan informasi daerah yang rawan bencana," bebernya.

Baca Juga: Ada Gelombang KeciI COVID-19, DAI Jateng Minta Vaksinasi Anak 6 Tahun

Berita Terkini Lainnya