Tanah Lapang Tergerus Hunian, 4 Mainan Jadul di Semarang Nyaris Punah

Stop gadget, waktunya anak dikenalin dengan mainan jadul

Semarang, IDN Times - Di tengah arus digitalisasi yang semakin kuat menyebabkan ragam permainan tradisional kini nyaris ditinggalkan oleh anak-anak. Padahal, di satu sisi banyak manfaat yang bisa didapat dari permainan tradisional. 

Berdasarkan catatan Komunitas Kampoeng Hompimpa Semarang, ragam mainan jadul saat ini cenderung ditinggalkan oleh anak-anak lantaran tanah lapang di area perkotaan yang semakin sempit. 

1. Tanah lapang yang kian sempit membuat anak gak bisa bebas bermain

Tanah Lapang Tergerus Hunian, 4 Mainan Jadul di Semarang Nyaris PunahMain egrang bisa melatih sensor motorik anak sehingga lebih tangkas dan gesit. IDN Times/Instagram Hompimpa.smg

Ahmad Misbaqul Munir, Pengurus Komunitas Kampoeng Hompimpa mengaku banyaknya tanah lapang yang berubah total menjadi sebuah hunian padat penduduk cenderung menyulitkan anak-anak untuk bermain bersama teman sebayanya. 

"Karena tanah lapangnya yang semakin sedikit, maka anak-anak zaman sekarang gak bisa lagi main bentik, gak bisa main engklek, gobak sodor dan lompat tali," ujar Munir ketika berbincang dengan IDN Times melalui sambungan telepon, Jumat pagi (4/6/2021). 

Baca Juga: 13 Mainan Anak Populer Tahun 90-an, Dijamin Bikin Kangen!

2. Mainan jadul punya ragam manfaat. Terutama melatih motorik anak-anak

Tanah Lapang Tergerus Hunian, 4 Mainan Jadul di Semarang Nyaris PunahMainan gasingan juga nyaris punah di Semarang. IDN Times/Instagram Hompimpa.smg

Munir bilang mestinya para orangtua di masa kini lebih memberikan perhatian bagi anaknya agar menyukai mainan jadul ketimbang asyik bermain gadget. Sebab, menurutnya mainan jadul memiliki ragam manfaat untuk menjaga tumbuh kembang anak-anak usia dini. 

Munir mengatakan dengan memainkan mainan jadul, paling tidak bisa meningkatkan interaksi anak-anak dengan temannya. Lalu mainan jadul yang menonjolkan gerak fisik juga punya manfaat yang bagus untuk motorik anak-anak. 

Selain itu, mainan jadul yang digandrungi anak-anak era 80'an dan 90'an juga bisa meningkatkan kekompakan, keakraban hingga mengajari anak-anak untuk belajar berhitung. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Dengan anak-anak main dakon, dia kan bisa belajar hitung angka. Karena kecik yang diletakan di cawan dakon jumlahnya beda-beda tergantung yang memainkannya. Lalu banyak juga kayak halma, ular tangga, main kelereng, engklek, gasing, egrang juga melatih ketangkasan. Jadi memang efeknya sangat positif buat tumbuh kembang anak. Banyak positifnya ketimbang anak sekarang yang sukanya mainan handphone. Itu malah dampaknya sangat individualistik, anti sosial dan parahnya banyak yang sudah kecanduan," ujarnya. 

3. Orangtua bisa ajari anak bikin mainan sendiri di rumah

Tanah Lapang Tergerus Hunian, 4 Mainan Jadul di Semarang Nyaris PunahLompat tali kini jarang dilakukan anak-anak yang hidup di perkotaan. IDN Times/Instagram Hompimpa.smg

Ia meminta kepada para orangtua untuk mengurangi pemakaian handphone pada anak mereka dan mulai belajar mengalihkan perhatian anaknya pada jenis mainan jadul. Caranya dengan mengembalikan ingatan pada jenis mainan yang pernah populer pada zaman dulu. 

Mainan jadul juga bisa dibuat sendiri. Bahkan bisa mengajari anak untuk lebih kreatif menciptakan mainan kesukaannya. 

Ia dan teman-temanya di Komunitas Hompimpa sejak empat tahun terakhir juga getol mengedukasi masyarakat Semarang untuk membumikan kembali ragam mainan yang pernah ngetop di zaman dulu. 

4. Komunitas Hompimpa getol kenalkan lagi mainan jadul ke sekolahan dan panti asuhan

Tanah Lapang Tergerus Hunian, 4 Mainan Jadul di Semarang Nyaris PunahSeorang anak SD saat main dakon di CFD Semarang. IDN Times/Instgram Hompimpa.smg

Komunitas Hompimpa kerap menyambangi lokasi CFD di Simpang Lima sembari menunjukan berbagai jenis mainan jadul. Mulai halma, egrang, lompat tali, kelereng hingga dakon dan ular tangga. 

"Sebelum pandemik kita rutin ke CFD, ngajakin anak-anak main, ngenalin mainan tradisional. Dan kita juga jual alat mainnya supaya bisa dimainkan di rumah. Tapi pas pandemik kita vakum dulu untuk menghindari potensi kerumunan," akunya. 

Mengenalkan mainan jadul, katanya juga ia lakukan dengan menyambangi sekolah-sekolah dan panti asuhan. Tak kurang siswa SD Sekaran, SD Israti dan beberapa panti asuhan pernah mendapat sosialisasi dari Komunitas Hompimpa sehingga harapannya bisa menyukai mainan jadul. 

Baca Juga: Yuk, Belajar Filosofi Kehidupan dengan Permainan Tradisional Dakon 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya