5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! 

Inspirasi untuk berbenah diri!

Petuah atau kata-kata nasihat, seringkali dijadikan sebagai salah satu pegangan hidup bagi sebagian orang. Bukan hanya untaian kata bijak dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris saja, dalam bahasa daerah seperti Bahasa Sunda pun, tentunya memiliki rentetan petuah yang biasanya diturunkan secara turun-temurun. 

Biasanya, selain pemberian dari orangtua, guru-guru di sekolahan pun kerap kali menyampaikan beberapa petuah kepada murid-murdinya. Nah, untuk nostalgia, apa yang kamu ingat dari semua petuah Sunda yang ada? Mari simak!

1. Jangan sombong dengan apa yang kita miliki 

5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! ilustrasi wanita sedang duduk (pexels.com/Andrea Piacquadio)

“Ulah agul ku payung butut, sagala nu dipiboga kadar titipan tinu Maha Kawasa”

Artinya : “Jangan bangga dengan payung jelek, karena semua yang kita miliki hanyalah titipan yang Maha kuasa”.

Secara denotasi, ulah agul ku payung butut memiliki arti jangan sombong dengan payung jelek. Namun untuk bisa memahaminya, maka haruslah dipahami secara konotasi. Yaitu, jangan sombong dengan harta yang kita miliki. Apalagi payung yang jelek, apa yang harus kita sombongkan?

Pada dasarnya, semua yang kita miliki hanyalah titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Maka, tidak sepatutnya kita menyombongkan terhadap apa yang kita miliki di dunia ini. Baik itu hal yang bersifat materi, jabatan, maupun hal-hal yang lainnya.  

2. Jangan menyia-nyiakan orangtua 

5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! ilustrasi orangtua (unsplash.com/Katarzyna Grabowska)

Tong ngalalaworakeun kanu jadi kolot, sabab indung tunggul rahayu bapa tangkal darajat

Artinya: “Jangan menyia-nyiakan orang tua, sebab ibu merupakan sumber kemakmuran dan bapak sumber derajat bagi seorang anak”.

Berbicara mengenai kedua orangtua, sungguh banyak sekali pengorbanan yang mereka korbankan untuk anaknya. Mulai dari kita kecil hingga beranjak dewasa. Jasanya, tidak bisa kita gambarkan seberapa banyak dan seberapa besar pula kita harus membayarnya.

Maka dari itu, ketika orangtua masih ada, maka janganlah sampai kita menyia-nyiakan kesempatan tersebut, dengan tidak berbuat baik sama sekali. Ya, kalau memang belum bisa membahagiakannya secara utuh, minimal memiliki akhlak yang baik serta patuh saja itu sudah cukup.

Baca Juga: 10 Nama Perabot Dapur dalam Bahasa Jawa, Ngerti Irus Karo Sutil?

3. Jangan menghambur-hamburkan uang 

5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! ilustrasi harta (pexels.com/pixabay)
Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

“Lamun boga rejeki kudu bisa ngeureut neundeun meh isuk jaganing géto teu katalangsara”

Artinya: Kalau punya rezeki, harus bisa disimpan. Supaya besok-besok tidak sengsara”.

Hematnya, kalau kita punya rezeki harus bisa menyisihkan untuk mengantisipasi kesusahan di suatu waktu. Dalam konteks petuah di atas ini, rezeki yang dimaksud yaitu tentang finansial. Karena dalam konteks lain, rezeki ada yang bermakna anugerah ataupun nasib seseorang.

Ketika memiliki uang, sebisa mungkin kita harus mampu menghematnya. Cobalah untuk memprioritaskan terhadap apa yang sekiranya dibutuhkan, daripada hal-hal yang sifatnya hanya keinginan semata. Jika sampai terlalu menghambur-hamburkan, tentu ini akan membuat tidak teraturnya manejemen finansial yang dimiliki.

4. Harus senantiasa berjuang 

5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! ilustrasi sedang belajar sungguh-sungguh (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Sing daek peurih da hirupmah moal beunghar ku panyukup batur

Artinya: “Harus mau berjuang (lelah), karena hidup tidak akan kaya jika hanya dengan pemberian orang lain”.

Pada umumnya, tidak ada di dunia ini yang bersifat instan. Mau kaya saja perlu yang namanya tekad serta usaha yang keras. Ya, meskipun ada sebagian kecil orang yang cepat kaya karena harta yang sifatnya turun temurun dari orangtuanya. Tapi, bagaimana pun juga, bagi orang-orang yang tidak memiliki previllage apapun, maka haruslah memiliki semangat juang yang tinggi.

Dalam petuah di atas, pada intinya kita harus senantiasa berjuang, walaupun banyak rintangan dan kesulitan yang menjumpai kita. Karena pada dasarnya, kita tidak akan kaya jika hanya mengandalkan atau menyandarkan pengharapan pada pemberian orang lain.

5. Jangan menjadikan cinta di atas segalanya 

5 Petuah Bahasa Sunda tentang Kehidupan, Tong Agul ku Payung Butut! ilustrasi cinta (pexels.com/pixabay)

Ulah nepika ngajadikeun cinta matak poho kana sagalana, komo nepika poho ka nu maha kawasa, asa ku kabina-bina

Artinya: “Jangan sampai menjadikan cinta membuat lupa pada semuanya, apalagi sampai lupa pada yang maha kuasa”.

Pada dasarnya, cinta merupakan perasaan positif jiwa seseorang, yang akan mengimplikasikan pada lahirnya sikap kasih sayang. Tabiat manusia yang satu ini, pada hakikatnya adalah sesuatu yang baik. Namun, bisa saja malah berbanding terbalik, lho. Dan ini sering terjadi.

Sebagaimana kutipan di atas tadi, yang berarti bahwa jangan sampai kita itu menjadikan cinta (pada manusia) di atas segala-galanya. Apalagi sampai melupakan tuhan. Lebih eksplisitnya lagi, jangan sampai kewajiban atau larangan dari tuhan kita langgar atas dasar karena cinta. 

Pada dasarnya, untuk menjalani kehidupan tidak akan lepas dari aturan. Baik itu yang bersifat formal maupun non formal. Tapi yang terpenting, adalah bagaimana kita bisa menjalani itu semua dengan penuh kebijaksanaan. Semoga petuah di atas bisa menjadi sarana pembelajaran bagi kita semua. Semangat!

Baca Juga: Inspirasi Nama Bayi Perempuan dari Bahasa Jawa Kuno, Makna Mendalam!

Muhammad Riyadi Nugraha Photo Community Writer Muhammad Riyadi Nugraha

Memediasi pena untuk mengkspresikan sebuah rasa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya