Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arah

Kamu sudah dapat informasi soal Hepatitis Akut?

Semarang, IDN Times - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menemukan 18 kasus dugaan Hepatitis Akut yang belum diketahui penyebabnya di Indonesia. Sebanyak 12 kasus tersebar di DKI Jakarta. Sisanya atau 6 kasus terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalimantan Timur, Masitah, melalui sambungan telepon kepada IDN Times, Jumat (13/5/2022) membenarkan jika ada salah satu warganya yang diduga terinfeksi Hepatitis Akut. Pasien berusia 8 tahun itu sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Samarinda. Sehari setelah Lebaran, ia mengembuskan napas terakhir.

Masitah mengeklaim, penanganan terhadap anak tersebut sudah sesuai dengan SOP penyakit Hepatitis yang berlaku pada umumnya. Gak mau kecolongan, pihaknya juga sudah meneruskan Surat Edaran (SE) dari Kemenkes bernomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan Terhadap Penemuan Kasus Hepatitis yang Tidak Diketahui Etiologinya, ke seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di Kalimantan Timur.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam ikut merespons kebijakan terbaru dari Kemenkes tersebut dengan membuka nomor darurat 112 atau 1500132, apabila ditemukan warga--khususnya anak-anak--yang bergejala mengarah kepada penyakit Hepatitis Akut.

"Jika ada gejala mengarah pada Hepatitis Akut seperti mual, muntah, diare, demam ringan sebaiknya langsung dibawa ke faskes terdekat. Kalau kondisinya darurat, silakan hubungi (nomor tadi). Kami siap melayani 24 jam,“ jelasnya.

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa ArahIlustrasi santri Pondok Al-Fatah, Temboro, Magetan saat menjalani rapid test COVID-19 di Puskesmas Mejayan, Kabupaten Madiun. (IDN Times/Nofika Dian Nugroho)

Kepala Dinkes Sumsel, Lesty Nurainy mengaku sudah menerima arahan SE Kemenkes tersebut. Pihaknya juga sudah meneruskannya kepada dinkes kabupaten/ kota di Sumsel, untuk bersiap mengantisipasi kondisi luar biasa kasus Hepatitis Akut. Antara lain dengan meningkatkan surveilans melalui layanan respons Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Dinkes Provinsi. SKDR berfungsi untuk memantau perkembangan tren suatu penyakit menular.

"Faskes baik rumah sakit, puskesmas, laboratorium kesehatan (labkes), dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), harus memantau dan melaporkan jika ada indikasi kasus tersebut," ujarnya kepada IDN Times, Rabu (11/8/2022).

Dinkes Kutai Kartanegara (Kukar) ikut membuat surat edaran kepada tenaga kesehatan puskesmas maupun rumah sakit di wilayah tersebut, agar mereka meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran penyakit Hepatitis Akut. Kepala Dinkes Kukar, dokter Martina Yulianti menegaskan, pihaknya akan mengedukasi tim kesehatan yang ada di puskesmas, untuk mengenali gejala-gejala hepatitis akut yang sekarang dianggap sebagai new emerging diseases (penyakit baru yang belum diketahui penyebabnya).

“Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum memastikan apakah virus atau bukan. Makanya disebut hepatitis akut yang belum diketahui sebabnya. Kita akan mengumpulkan seluruh tenaga ahli dalam bidang anak, untuk membantu menyosialisasikan ke tempat-tempat kesehatan yang ada di Kukar,” ujarnya.

Satu pintu informasi Hepatitis Akut

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa ArahIlustrasi tenaga nakes memeriksa pasien (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Di Jawa Timur, Kepala Dinkes Provinsi tersebut, dokter Erwin Astha Triyono menyatakan, kasus Hepatitis Akut belum ditemukan di Jawa Timur pada Kamis (12/5/2022). Sehari setelahnya, Kemenkes merilis, ada satu kasus Hepatitis Akut di Jawa Timur.

Erwin mengaku, ada seorang anak berusia 7 tahun yang meninggal dunia usai bergejala mirip dengan Hepatitis Akut. Anak tersebut sempat dirawat intensif di RSUD Dr Iskak Tulungagung.

Kondisi kesadarannya terus menurun dan akhirnya meninggal dunia pada Jumat (06/5/2022). Ia menyatakan, sampel pasien yang diduga terjangkit Hepatitis Akut tersebut masih diteliti di laboratorium Rumah Sakit (RS) Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, Jakarta. Erwin tak bersedia merinci lagi, apakah anak tersebut positif terjangkit Hepatitis Akut.

Menurutnya, kewenangan menyampaikan perkembangan kasus Hepatitis Akut adalah Kemenkes, mengacu surat dari Dirjen P2P Kemenkes Nomor PM.03.02/C/2537/2022 tertanggal 7 Mei 2022, untuk menghindari kepanikan di kalangan masyarakat.

"Dan yang mengumumkan (pemberitaan penyakit Hepatitis Akut) dari (satu pintu) Kemenkes," tandas Erwin.

Baca Juga: Orangtua Anak Minta Dinkes Sumut Aktif Beri Informasi Hepatitis Akut

Baca Juga: Ini Cara Lapor Gejala dan Kasus Hepatitis Akut di Semarang, Waspada!

Mendalami kematian pasien terduga Hepatitis Akut

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa ArahIlustrasi laboratorium (Dok. Biotek LIPI)

Juru Bicara Kemenkes, dokter Mohammad Syahril menyatakan, 7 dari 18 kasus Hepatitis Akut dinyatakan meninggal dunia. Pihaknya belum memastikan apakah mereka meninggal akibat penyakit Hepatitis Akut atau dikarenakan faktor lain.

“Meski gejala yang ditemukan mengarah Hepatitis Akut, belum bisa dipastikan pasien menderita Hepatitis Akut, sehingga perlu pemeriksaan laboratorium lebih lanjut,” katanya yang juga menjabat Direktur Utama RS Infeksi Prof dr Sulianti Saroso, Jakarta, sebagaimana dilansir laman resmi Kemenkes, Jumat (13/5/2022).

Dari 18 kasus tersebut, dokter Syahril merinci:

  • 9 kasus berstatus pending classification (pasien yang sudah dirawat tetapi hasilnya belum diketahui)
  • 7 kasus discarded (tidak terbukti karena pasien memiliki penyebab lain)
  • 1 kasus dalam proses verifikasi
  • 1 kasus probable (pasien dengan gejala mirip Hepatitis Akut).

Kemudian, dari 7 kasus yang discarded tersebut, di antaranya:

  • 1 orang positif Hepatitis A
  • 1 orang Hepatitis B
  • 1 orang positif Tifoid
  • 2 orang Demam Berdarah Dengue
  • 2 orang berusia lebih dari 16 tahun.

Lalu, pasien yang diduga terkena Hepatitis Akut memiliki rentang usia 0--20 tahun. Dengan rincian:

  • 4 orang berusia 0--4 tahun
  • 6 orang berusia 5--9 tahun
  • 4 orang berusia 10-14 tahun
  • 4 orang berusia 15--20 tahun.

Dokter Syahril menjelaskan, gejala yang ditemukan pada pasien dugaan Hepatitis Akut adalah demam, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare akut, lemah, nyeri bagian perut, nyeri pada otot dan sendi, kuning di mata dan kulit, gatal-gatal, dan urine seperti air teh.

"Dari hasil investigasi kontak tidak ditemukan adanya penularan langsung dari manusia ke manusia," ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, Kemenkes berupaya menginvestigasi dengan menganalisis patogen (parasit yang menimbulkan penyakit pada inangnya) menggunakan Whole Genome Sequencing (WGS) maupun penyelidikan epidemiologi lebih lanjut, untuk memastikan penyebab dari kasus Hepatitis Akut tersebut.

Jika pemerintah pusat telah mengambil langkah taktis dalam penanganan dan antisipasi penyakit Hepatitis Akut, bagaimana dengan kesiapan di daerah?

Baru sebatas imbauan kepada publik

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arahilustrasi anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

Meski dekat dengan Jakarta, yang ditemukan 12 kasus dugaan Hepatitis Akut, Provinsi Banten disebut masih aman dan belum menemukan kasus tersebut. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, per Rabu (11/5/2022), belum ada laporan dari fasilitas kesehatan (faskes) baik puskesmas maupun rumah sakit temuan pasien yang bergejala mirip dengan penyakit Hepatitis Akut di wilayahnya.

"Untuk Hepatitis (yang umum) sudah ada obatnya, meskipun ini ditemukan Hepatitis jenis baru, tetapi pada prinsipnya pengobatannya virus self-limiting disease, artinya sembuh dengan sendirinya melalui daya tahan tubuh yang baik. Tentu istirahat dan makan bergizi itu penting sekali" ucap Ati.

Ati mengaku sudah menyiapkan langkah penanganan dan ruangan khusus untuk pasien yang terindikasi berpenyakit Hepatitis Akut di Banten. Salah satunya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang.

Kepala Instalasi Hukum Publikasi dan Informasi (HPI) RSUD Kabupaten Tangerang, Hilwani mengatakan, walaupun belum ada pasien probable Hepatitis Akut, pihaknya sudah memisahkan ruang perawatan anak infeksius dan noninfeksius. Pihak RSUD menyiapkan satu ruangan khusus untuk itu.

Sementara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang telah meminta seluruh faskes--mulai dari puskesmas hingga rumah sakit rujukan--bersiap menghadapi adanya lonjakan kasus Hepatitis Akut.

Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Tangerang, dokter Sumihar Sihaloho mengatakan, Pemkab Tangerang baru sebatas mengimbau kepada surveilans untuk mewaspadai dan merespon kemunculan kasus tersebut serta menyarankan kepada mereka agar mengedukasi masyarakat soal pencegahan penyakit Hepatitis Akut.

"Tentunya dalam pencegahan ini warga diminta tetap mematuhi protokol kesehatan dan menjaga Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sampai saat ini belum ada (kasus Hepatitis Akut), tetapi kita tetap waspada," ujar Sumihar.

Klaim edukasi dan sosialisasi

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arahilustrasi mengecek kesehatan anak (pexels.com/RODNAE Productions)

Dinkes Sumatera Selatan (Sumsel) melakukan hal yang sama dengan mengimbau seluruh faskes di Sumsel untuk mewaspadai dan melaporkan temuan kasus yang mengarah kepada penyakit Hepatitis Akut. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sumsel, Ferry Yanuar menyebut, ruang dan alat-alat penunjang perawatan penyakit misterius tersebut juga sudah disiapkan.

Sejumlah dokter umum yang bekerja di puskesmas-puskesmas Kota Semarang mulai mendapat pembekalan untuk penanganan penyakit hepatitis akut. Proses penanganannya difokuskan di poliklinik anak dan poliklinik umum sebagai upaya antisipasi jika ada anak-anak berusia di bawah 19 tahun yang bergejala mendekati penyakit Hepatitis Akut.

Din menyebut, petugas medis di Puskesmas Miroto mulai intensif menyosialisasikan bahaya hepatitis akut sekaligus mengeluarkan imbauan dan edukasi menyeluruh bagi warga di ratusan RT (rukun tetangga) dan RW (rukun warga) Kelurahan Miroto.

Sejak Selasa (10/5/2022), para petugasnya juga sudah bergerak ke Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-Kanak (TK), mengedukasi para siswa supaya meningkatkan Pola Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Mereka juga melibatkan para guru agar tetap waspada terhadap penularan Hepatitis Akut.

Berbanding terbaik, Kepala Dinkes Bali, I Nyoman Gede Anom belum mempunyai formula khusus dalam penanganan Hepatitis Akut di wilayahnya. Pihaknya masih sebatas menginformasikan, menyosialisasikan, dan mengedukasi warga Bali soal penyakit tersebut, bersama pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.

Baca Juga: BAB Warna Putih Pucat Jadi Ciri Khas Hepatitis Akut

Baca Juga: Dinkes Muba Tancap Gas Sosialisasi Hepatitis Akut Berat ke Warga

SOP penanganan seperti pasien COVID-19

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa ArahSeorang anak lelaki Muslim memakai masker pelindung meninggalkan Mesjid Agung setelah salat Idul Adha saat penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di kota tua Delhi, India, Sabtu (1/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi)

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr M Djamil Padang, Sumatra Barat (Sumbar), menjadi satu-satunya rumah sakit rujukan untuk penanganan kasus Hepatitis Akut. Satu ruangan isolasi berisi 8 tempat tidur siap digunakan jika ditemukan pasien penyakit tersebut.

Kepala Bidang Pelayanan rumah sakit tersebut, dokter Bestari menjelaskan, Hepatitis Akut dianggap sebagai emergency dengan tingkat fatality (kematian) yang tinggi. Oleh karena itu, pihaknya mewaspadai pasien bergejala berat dan siaga menghadapi potensi meledaknya kasus Hepatitis Akut dengan penerapan deteksi sedini mungkin.

"(Kami) sudah menyiapkan tenaga ahli seperti dokter spesialis anak dan dokter Patologi. Dengan harapan jika ada kasus temuan, pasien bisa ditangani dengan cepat dan tepat," akunya.

Antisipasi penanganan serupa dilakukan sedini mungkin oleh Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat. Plh Dirut RSHS, dokter Yana Akhmad Supriatna, mengatakan, RSHS menerapkan penanganan terhadap pasien dengan gejala-gejala yang mirip dengan Hepatitis biasa, seperti menangani pasien COVID-19.

Jika nantinya terdapat pasien mengidap gejala Hepatitis dengan kondisi mata sudah kuning, buang air kencing kuning, merasakan diare lalu sakit perut, dan lemas berlebih, RSHS akan melakukan skrining fungsi hati dan memisahkannya di ruangan khusus karena Hepatitis Akut merupakan penyakit menular.

"Kalau fungsi hatinya tinggi di atas 500, kita lanjutkan lagi apakah termasuk hepatitis A, B, atau C. Kalau A, B, C-nya negatif, maka kita langsung curiga, dan dia termasuk probable, apalagi kalau usianya muda, misalnya bayi sampai 16 tahun," ungkap Yana, Rabu (11/5/2022).

Meski penanganan ruangannya mirip dengan COVID-19, Yana bilang, jika jenis penyakit Hepatitis Akut berbeda dengan virus corona. Oleh karena itu, pihaknya masih menunggu aturan penanganan medis yang pasti dari Kemenkes. Sebab, pada Jumat (13/5/2022), Kemenkes menyebut, masing-masing satu kasus dugaan Hepatitis Akut ditemukan muncul di Sumatera Barat dan Jawa Barat.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) ikut menyiagakan ruang isolasi COVID-19 di rumah sakit untuk mengantisipasi jika penyakit Hepatitis Akut menjadi wabah atau pandemik. Sebanyak 2.000 ruang isolasi disiapkan di seluruh NTB.

Wakil Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah mengeklaim sudah menerjunkan seluruh surveilans puskesmas dan ribuan kader posyandu untuk mendeteksi dini kasus Hepatitis Akut. Meski masih belum ditemukan kasus di NTB, Sitti meminta untuk tidak berlebihan menyikapi merebaknya penyakit tersebut.

Kesalahan mendiagnosis penyakit

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arahilustrasi hati/lever dan hepatitis (pixabay.com/mohamed_hassan)

Dinkes Sidoarjo ikut menyiagakan beberapa faskes sebagai langkah antisipasi transmisi penyakit tersebut. Sebab, Kemenkes telah menyatakan adanya temuan satu kasus dugaan Hepatitis Akut dari Jawa Timur.

Sebelumnya, Kepala Dinkes Sidoarjo, dokter gigi Syaf Satriawarman mengaku menginstruksikan jika ada temuan kasus sindroma jaundice atau penyakit kuning akut, bisa segera dilaporkan melalui Sistem Kewaspadaan Diri dan Respons (SKDR) Dinkes Jatim.

Laporan SKDR per Kamis (12/5/2022) menyatakan, sudah ada 114 kasus laporan penyakit kuning akut yang dianggap atau didiagnosis sebagai suspek Hepatitis Akut. Namun, laporan tersebut dianulir oleh Kepala Dinkes Jatim, dokter Erwin Astha Triyono lantaran tidak berdasar dan tidak mempunyai rujukan ilmiah.

"Itu hepatitis tipe A biasa dan (rata-rata usia) dewasa, tidak masuk kriteria (Hepatitis Akut)," ujar Syaf saat dikonfirmasi IDN Times.

Tak bentuk satgas khusus Hepatitis Akut

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arahilustrasi anak menggunakan masker (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pemerintah Kota Medan mengambil langkah awal dengan mengedukasi masyarakat soal penyakit Hepatitis Akut. Walaupun Kemenkes menyebut sudah ditemukan satu kasus Hepatitis Akut di Sumatera Utara, Wali Kota Medan, Bobby Nasution belum membentuk satgas khusus untuk merespon penyakit tersebut. Pihaknya masih melihat perkembangan terbaru kasus Hepatitis Akut.

"Pastinya kita pertama kali akan memberikan edukasi atau informasi bagaimana cara penularannya (Hepatitis Akut). Dan bagaimana cara pencegahan, dan ciri-cirinya. Itu pengetahuan awal yang akan kita berikan kepada warga Kota Medan. (Soal satgas) nanti kita lihat perkembangan berikutnya," ujar menantu Presiden Joko "Jokowi" Widodo itu.

Belum ada langkah spesifik, Kepala Dinas Kesehatan Medan, Taufik Ririansyah hanya mengingatkan kepada warga cara pencegahan agar anak terhindar dari penyakit Hepatitis Akut, yang mirip dalam penanganan COVID-19.

Yakni dengan mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan dalam keadaan bersih dan matang, tidak bergantian alat makan dengan orang lain, menghindari kontak dengan orang sakit, dan menjaga kebersihan rumah serta lingkungan. Selain itu, juga mengurangi mobilitas, menggunakan masker jika berpergian, menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari kerumunan.

Baca Juga: NTB Siagakan Ruang Isolasi COVID-19 untuk Penderita Hepatitis Akut 

Baca Juga: Kiat Ampuh Cegah Hepatitis Akut ala Orang Tua Bandar Lampung

Harus mandiri mencari informasi

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa Arahilustrasi anak makan sayur (pexels.com/Alex Green)

Langkah Pemerintah Kota Medan tersebut tak serta merta membuat aman dari ancaman Hepatitis Akut. Ibu tiga anak di Kota Medan, Renivernica Sembiring (35) justru khawatir terhadap penyebaran penyakit dengan adenovirus strain (kelompok virus penyebab infeksi mata, paru, usus, dan saluran napas) bertipe 41F itu.

Ia mengaku, belum mengetahui informasi lebih lanjut soal Hepatitis Akut yang masuk ke Sumatera Utara. Bahkan, tidak ada sama sekali penyuluhan, edukasi, dan informasi pencegahan virus tersebut dari faskes puskesmas setempat, sebagaimana digembar-gemborkan oleh pemerintah, baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Renivernica terpaksa berjibaku sendiri mencari informasi sesuai kemampuannya, melalui siaran televisi digital dan media sosial.

"Belum dapat informasi dari Puskesmas terdekat bagaimana pencegahan penyakit (Hepatitis Akut) ini," akunya, Sabtu (14/5/2022).

Nurbaiti, warga Sukabumi Bandar Lampung juga was-was seperti Renivernica. Sebab, pandemik COVID-19 belum pulih sepenuhnya, sudah muncul Hepatitis Akut. Ia tak punya pilihan lain, selain menerapkan protokol kesehatan yang ketat kepada anak semata wayangnya yang berusia 6 tahun, agar terhindar dari penularan penyakit tersebut.

“Sekarang saya minta anak saya lebih rajin aja cuci tangan, selalu pakai masker terus kalau keluar rumah. Terus jaga kesehatan sih yang penting seperti banyak minum air putih, vitamin, dan istirahat yang cukup untuk imunitas tubuh,” katanya, Rabu (10/5/2022).

Nurbaiti berharap pemerintah berperan aktif, cepat, dan tanggap sebelum penyakit Hepatitis Akut meluas. Misalnya, memulai edukasi Hepatitis Akut kepada anak-anak sekolah. Baginya, tidak semua orangtua juga melek teknologi, ada pula yang gagap teknologi sehingga sulit mendapatkan informasi mengenai Hepatitis Akut.

Epidemiolog Universitas Sriwijaya (Unsri), Iche Andriyani Liberty menyatakan, penanganan Hepatitis Akut sangat berpengaruh dari peran orangtua terhadap anak-anak. Orangtua dan orang dewasa yang berada di sekitar anak harus peka menyadari gejala awal Hepatitis Akut, sehingga dalam penanganannya bisa segera dibawa ke faskes terdekat.

Oleh karena itu, informasi kepada mereka soal penyakit tersebut sangat vital.

"Penting untuk tanggap dalam bersikap bila sudah mendapati gejala awal Hepatitis Akut pada anak. Orangtua harus cepat bertindak, mengingat anak-anak masih sulit mengungkapkan apa yang mereka rasakan," ujarnya kepada IDN Times, Senin (9/5/2022).

Belum ada pembatasan aktivitas sekolah

Gelagapan Penanganan Hepatitis Akut di Daerah yang Tanpa ArahIlustrasi pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah dasar. (ANTARA FOTO/Fransisco Carolio)

Meski menyasar anak-anak, Pemkab Tangerang belum mengeluarkan kebijakan lanjutan soal kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM). Untuk diketahui, sudah 140 sekolah negeri dari tingkat dasar sampai menengah pertama, menjalankan PTM 100 persen di tengah merebaknya kasus Hepatitis Akut.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Syaifullah, PTM tidak wajib dilaksanakan sehingga diserahkan ke masing-masing pengelola sekolah. Dengan begitu, pengelola sekolah yang memutuskan menjalankan PTM 100 persen, wajib memenuhi syarat tertentu. Pihaknya juga mengingatkan kepada sekolah-sekolah tersebut untuk mewaspadai penyakit Hepatitis Akut, dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan ketat.

"Sekolah yang akan melaksanakan PTM 100 persen syaratnya mengajukan ke Dinas Pendidikan dan persentase vaksinasi COVID-19 tahap kedua sudah sampai 85 persen karena untuk menjaga imunitas anak-anak," ungkapnya, Kamis (12/5/2022).

Sebaliknya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Dinas Kesehatan justru mengeluarkan surat imbauan ke seluruh sekolah dan madrasah, baik negeri maupun swasta, ihwal kewaspadaan terhadap Hepatitis Akut.

Asisten III Setda Pemprov NTB, dokter Nurhandini Eka Dewi, ketika dikonfirmasi IDN Times, Rabu (11/5/2022) menyatakan, kebijakan tersebut secara spesifik meminta supaya anak-anak yang bersekolah, dapat membawa bekal makanan dari rumah atau tidak jajan di sekolah sebagai upaya pencegahan penyakit menular tersebut.

Baginya, yang juga sebagai Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) NTB, orangtua lebih mengerti dan bisa memastikan bahwa makanan yang disiapkan untuk anaknya sudah sehat dan higienis sehingga mereka tidak jajan sembarangan saat di sekolah.

"Makanya salah satunya imbauannya agar anak sekolah bawa bekal sendiri. Kita waspada terhadap pintu masuk penularan penyakit hepatitis, baik itu penyakit hepatitis A, B, C, D dan E, untuk diwaspadai. Seperti penyakit hepatitis A menular lewat makanan," kata mantan Kepala Dinkes Provinsi NTB itu.

Artikel kolaborasi ini ditulis oleh:

  • Andri NH
  • Anggun Puspitoningrum
  • Ayu Afria Ulita Ermalia
  • Ardiansyah Fajar
  • Azzis Zilkhairil
  • Dhana Kencana
  • Fariz Fardianto
  • Feny AgustinRohmah Mustaurida
  • Indah Permatasari
  • Khaerul Anwar
  • Masdalena Napitupulu
  • Maya Aulia Aprilianti
  • Muhammad Nasir
  • Riani Rahayu

Baca Juga: Waspada! Penggunaan Jamban yang Rendah Bisa Jadi Pemicu Hepatitis Akut

Baca Juga: Bocah 8 Tahun di Samarinda Meninggal, Diduga karena Hepatitis Akut 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya