Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian Pendidikan

Pauzan menjadi satu-satunya yang bisa berkuliah

Semarang, IDN Times - MT Pauzan (24) pemuda dari keluarga Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Jambi memilih jalur tak biasa dari adat kebiasan sukunya. Dia kini menempuh pendidikan tinggi di Politeknik Pengembangan Pertanian (Polbangtan) Bogor, selangkah lagi menyandang gelar sarjana.

Bagi Suku Anak Dalam, bersekolah hingga perguruan tinggi apalagi sampai lulus adalah sesuatu yang tak biasa. Pauzan akan jadi generasi pertama Suku Anak Dalam yang menyandang gelar sarjana. 

Masyarakat Melayu dulu menyebut Orang Rimba dengan Suku Kubu, konotasinya adalah primitif. Kelompok ini tersebar di hutan tropis Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo Tebo hingga Kabupaten Batanghari atau sekitar Kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD), Provinsi Jambi.  

Hal itu terungkap saat pemutaran film dokumenter bertajuk Pulang Rimba yang dibuat Prasasti Production dari Kreasi Prasasti Perdamaian. Film yang dibuat tahun 2022 itu kali pertama diputar di Omah Betakan, Moyudan, Sleman, Provinsi DIY. 

“Saya mengajak, memberi motivasi kepada teman-teman, ke adik-adik yang masih malas sekolah, nggak tahu nanti perubahan dunia seperti apa. Kebun-kebun hilang satu-satu karena perkembangan masa, ini kekhawatiranku. Nanti mereka kemana kalau tidak punya pendidikan?” kata Pauzan, dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Rabu (4/1/2023). 

1. Pauzan siswa Suku Anak Dalam bertekad kembangkan pertanian

Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian PendidikanAcara diskusi Film Pulang Rimba yang diadakan di Sleman DIY. (IDN Times/Dok KPP)

Pauzan beberapa tahun silam, sempat hendak mengambil jalan yang biasa dilakukan anak-anak seusianya. Malas sekolah, memilih bekerja. Bahkan, seusianya rata-rata sudah menikah dan punya anak dua. Pemikirannya ketika itu membuatnya tidak mau melanjutkan pendidikan SMP di Merangin. Ketika itu Pauzan duduk di kelas 3 SMP. 

Dia memilih bekerja kasar di hutan. Hal ini membuat Rudiana, ibu Pauzan, kesal. Ibunya menginginkan Pauzan bersekolah sehingga bisa pandai dan bisa bekerja yang layak, di kantor ataupun perusahaan-perusahaan.  

Pauzan kemudian melanjutkan SMP. Lalu dilanjutkan ke Yogyakarta untuk menempuh pendidikan SMK. Baru setelah itu Pauzan berkuliah di Bogor. 

“Setelah lulus kuliah ingin kembali ke daerah saya untuk mengembangkan pertanian,” lanjut Pauzan yang kini duduk di semester V.  

Baca Juga: Reny Ayuri, Pelopor Pejuang Pendidikan Suku Anak Dalam Jambi

2. Sudah ada 117 Suku Anak Dalam yang pilih bersekolah

Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian PendidikanAcara diskusi Film Pulang Rimba juga menghadirkan sejumlah narasumber dari sang sutradara sampai Rektor Universitas Jambi. (IDN Times/Dok KPP)

Saat ini, jumlah Suku Anak Dalam terdata sekira 4.000 orang. Hingga Juli 2022, baru 117 Suku Anak Dalam di antaranya yang bersekolah. Namun, belum satupun yang lulus dari perguruan tinggi.  

Kakek Pauzan, Tumenggung Tharib, menyebutkan budaya Suku Anak Dalam adalah berpindah-pindah atau Melangun. Tumenggung adalah sebutan bagi Ketua Rombong di sana.

3. Menggali pengalaman dari Suku Anak Dalam

Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian PendidikanFilm Pulang Rimba menceritakan sosok Pauzan yang berhasil menjadi satu-satunya orang dari Suku Anak Dalam yang mengenyam pendidikan sampai kuliah. (IDN Times/Dok KPP)

Executive Producer film itu Noor Huda Ismail, menyebut pihaknya membuat gerakan sociopreneurship yakni berupaya menyelesaikan persoalan sosial dengan wirausaha. 

“Jadi melibatkan pelakunya itu sendiri atau credible voice untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi, karena mereka yang paling punya pengalaman untuk itu,” kata Huda yang juga Direktur Eksekutif Kreasi Prasasti Perdamaian.  

4. Pauzan merupakan Suku Anak Dalam yang pertama kali kuliah

Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian PendidikanSatu persatu narasumber memaparkan pengalamannya saat syuting dan pendalaman naskah Film Pulang Rimba. (IDN Times/Dok KPP)

Direktur Omah Betakan, Annisa Triguna mengatakan film-film dokumenter yang dibuat berdasarkan riset-riset yang digarap. Omah Betakan sendiri bagian dari KPP. 

Rudi Hartono selaku Wakil Direktur Bidang Akademik dan Kerjasama Polbangtan Bogor, mengatakan adanya Pauzan yang berkuliah di sana adalah kali pertama untuk Suku Anak Dalam. 

“Kalau yang dari daerah berstatus 3 T (terdepan, terluar, tertinggal) banyak,” ungkapnya. 

5. Selama proses syuting dibutuhkan pendekatan ke Tumenggung

Kisah Suku Anak Dalam Jambi Difilmkan: Menggapai Impian PendidikanMenteri Sosial Tri Rismaharini melakukan kunjungan kerja ke Jambi untuk meresmikan community center bagi warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Batanghari atau Suku Anak Dalam Sungai Terab, Kamis (16/3/2022). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Sutradara film Pulang Rimba, Rahmat Triguna alias Mamato mengatakan potret permasalahan sosial seperti dalam film itu sangat mungkin terjadi di wilayah lain. "Sengaja memilih durasi 15 menit (film) harapannya jadi pemantik diskusi. Film-film yang kami buat berangkat dari empati,” ungkap Mamato seraya mengemukakan proses mendapatkan kepercayaan dari para narasumber membutuhkan waktu yang cukup lama.

Videographer film Pulang Rimba, Ridho Dwi Ristiyanto, menyebut akses transportasi ke wilayah itu jadi tantangan tersendiri. Menuju ke permukiman Suku Anak Dalam bagian luar ditempuh 6 jam travel dari bandara (Kota Jambi), dilanjut ojek motor dua jam perjalanan, kemudian berjalan kaki sekira 30 menit.  

Hal yang cukup merepotkan adalah persoalan pengurusan perizinan. “Kami tidak langsung bisa syuting. Dibutuhkan pendekatan dahulu kepada para tokoh di sana. Kami sangat terbantu karena telah terlebih dahulu mengenal Pauzan. Pamannya merupakan Tumenggung dan kekeknya mantan Tumenggung, sehingga sangat membantu mempermudah proses perizinan,” katanya.

Baca Juga: Kasus Kejahatan di Jateng Marak Selama 2022, Ternyata Ini Pemicunya

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya