Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana 

Tradisi sambut Ramadan yang digelar sejak tahun 1882

Semarang, IDN Times - Tradisi menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang, Dugderan kembali tidak bisa digelar tahun 2021 ini. Pandemik COVID-19 menjadi alasan tidak hadirnya rangkaian acara budaya tahunan khas Ibu Kota Jawa Tengah mulai dari pasar malam hingga arak-arakan itu.

1. Tradisi Dugderan diselenggarakan sepekan sebelum Ramadan

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Antara Foto

Dugderan biasa diselenggarakan sejak sepekan sebelum memasuki bulan Ramadan. Selain untuk menyambut bulan puasa, acara ini juga melestarikan tradisi dan budaya Kota Semarang. Adapun, dugderan sendiri berasal dari kata ‘dug’ yang artinya suara bedug, dan ‘der’ yang berarti suara mercon. Perayaan ini memang identik dengan suara bedug dan mercon untuk membuat acara lebih meriah.

Tradisi Dugderan sudah dimulai pada tahun 1882. Pada waktu itu Semarang masih dipimpin seorang bupati bernama RM Tumenggung Ario Purbaningrat. Perayaan ini selalu dipusatkan di kawasan Masjid Agung Semarang atau Masjid Kauman yang berada di dekat Pasar Johar.

Setiap Dugderan selalu dimulai dari pasar malam yang berlokasi di sepanjang Jalan Pemuda hingga Jalan KH Agus Salim Semarang. Lapak-lapak pedagang kaki lima yang menjual mainan tradisional seperti gerabah, timbangan dan kompor seng, kapal otok-otok, hingga truk kayu selalu ada di setiap Dugderan.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Dugderan dan Gebyuran Bustaman di Semarang Ditiadakan

2. Pasar malam dan wahana permainan turut meramaikan Dugderan

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana pinterest.com/rwindu

Selain itu, untuk meramaikan suasana ada pasar malam yang berisi wahana permainan mulai bianglala, komedi putar hingga tong setan. Bagi pemburu kuliner, berbagai jajanan khas Semarang juga banyak dijajakan disana seperti ganjel rel, perkedel jagung, dan yang paling istimewa adalah petis bumbon.

Kemudian H-1 atau H-2 Ramadan, selalu ada kirab budaya dan arak-arakan Warak Ngendog sebagai ciri khas festival tersebut. Adapun, Warak Ngendog merupakan hewan imajiner bertubuh menyerupai kambing dan berkepala naga. Selain itu, ada pula kembang manggar yang dibawa oleh para rombongan peserta kirab.

Bersama Wali Kota dan Wali Kota Semarang beserta jajarannya, Warak Ngendog diarak dari halaman kantor Balai Kota sampai Masjid Agung Semarang. Setibanya di Masjid Agung Semarang, acara dilanjutkan dengan pembacaan suhuf halaqah dan penabuhan bedug.

3. Penjualan mainan tradisional tetap berjualan meski tidak ada Dugderan

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Penjual mainan tradisional gerabah tetap menjajakan dagangannya meski tidak ada perayaan Dugderan tahun 2021 ini karena masih ada pandemik COVID-19. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Namun, dua tahun ini tidak ada Dugderan yang selalu mengundang keramaian masyarakat itu. Pedagang tiban yang biasa menjual mainan gerabah dari Jepara, Demak, hingga Cirebon juga tidak. Hanya ada satu dua pedagang dari Kota Semarang yang sengaja tetap berjualan di Jalan Pemuda.

Seperti Bambang, penjual mainan tradisional khas Dugderan itu memilih tetap berjualan meski tidak ada pesta Dugderan. Dia menggelar lapaknya di jalur pedestrian di samping Hotel Dibya Puri Semarang.

‘’Sudah 25 tahun saya jualan mainan tradisional setiap kali ada Dugderan. Namun, dua tahun ini tidak ada Dugderan, karena ada COVID-19,’’ ungkapnya saat ditemui, Jumat (9/4/2021).

4. Omzet penjual mainan Dugderan terdampak pandemik COVID-19

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Penjual mainan tradisional gerabah tetap menjajakan dagangannya meski tidak ada perayaan Dugderan tahun 2021 ini karena masih ada pandemik COVID-19. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Tidak adanya Dugderan berdampak pada usaha lelaki asal Semarang itu. Tahun-tahun sebelumnya jika musim dugderan dia bisa mendatangkan mainan gerabah sebanyak dua kol, kini satu kol saja dalam waktu seminggu belum habis.

‘’Tahun kemarin parah sekali, mau jualan takut dan yang mau beli juga takut karena virus corona. Tahun ini saya beranikan jualan. Meski tidak seramai Dugderan sebelum-sebelumnya, paling tidak ada pembeli yang datang. Ya, walaupun jual barangnya lama tapi paling tidak ada pemasukan,’’ katanya yang berjualan bersama istrinya.

Baca Juga: Duh! Terbentur Larangan Mudik, Dua Bandara di Jateng Batal Beroperasi

5. Pembeli belanja mainan khas Dugderan untuk nostalgia

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Penjual mainan tradisional gerabah tetap menjajakan dagangannya meski tidak ada perayaan Dugderan tahun 2021 ini karena masih ada pandemik COVID-19. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum).

Bambang mendatangkan mainan khas Dugderan itu dari berbagai daerah, seperti gerabah dari Jepara, timbangan dari Surabaya, truk-trukan dari Magelang, dan kapal otok-otok dari Cirebon.

Salah satu pembeli, Arifah Ayu bersama keponakannya datang ke lapak Bambang untuk membeli mainan gerabah. Meski tidak ada Dugderan, ia ingin mengenalkan mainan masa kecilnya kepada keponakannya.

‘’Setiap kali ada Dugderan saya selalu datang dan membeli mainan gerabah untuk nostalgia. Dua tahun ini malah tidak ada Dugderan, tapi saya ingin membelikan mainan ini untuk keponakan, jadi saya ajak kesini,’’ tuturnya.

6. Disbudpar pastikan tradisi Dugderan tidak digelar tahun ini

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Antara Foto

Sementara itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang memastikan bahwa Dugderan tahun ini tidak digelar seperti halnya tahun 2020. Sebab, kondisi saat ini masih dalam situasi pandemik COVID-19.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari mengatakan, tidak diselenggarakannya Dugderan tahun ini karena untuk mewaspadai penyebaran COVID-19. Sebab, acara Dugderan selalu mengundang kerumunan masyarakat.

"Jadi kami pastikan mulai pasar malam, wahana permainan, hingga arak-arakan dari serangkaian acara Dugderan tidak ada tahun ini,’’ ungkapnya saat dikonfirmasi.

7. Prosesi tradisi Dugderan tetap digelar secara sederhana

Dugderan Semarang Terhalang Corona, Pedagang Mainan Merana Prosesi Dugderan digelar sederhana saat pandemik COVID-19. (dok. Pemkot Semarang)

Namun, lanjut dia, tradisi Dugderan menjelang bulan Ramadan tetap akan digelar tanpa keramaian. Prosesi tetap ada, tapi modelnya akan lebih ringkas dan tidak melibatkan banyak orang,’’ tuturnya.

Acara inti akan berlangsung di Masjid Agung Semarang Kauman. Bersama Forkopimda, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi akan hadir membacakan Suhuf Halaqof dilanjutkan dengan menabuh bedug sebagai tanda akan memasuki bulan Ramadan.

Baca Juga: Jelang Ramadan, Harga Daging Ayam di Semarang Tembus Rp40 Ribu per Kg

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya