Pasien Positif Corona Membeludak, Ruang Isolasi di Semarang Penuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Jumlah kasus positif COVID-19 yang terus melonjak di Kota Semarang, Jawa Tengah berdampak pada membeludaknya pasien yang akan masuk ke ruang perawatan dan isolasi. Sebab kini dua tempat isolasi, di rumah dinas wali kota Semarang dan kantor diklat, kini kondisinya penuh.
1. Tenda karantina kapasitas 100 pasien virus corona telah penuh
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam mengungkapkan, saat ini aula rumah dinas yang difungsikan sebagai tempat isolasi sudah penuh. Kemudian, tenda karantina di rumah dinas wali kota dengan kapasitas 100 orang, sudah dihuni 55 pasien.
‘’Demikian juga kantor diklat di dekat RSUD KRMT Wongsonegoro untuk pasien laki-laki sudah penuh, meskipun ruang untuk pasien perempuan masih ada. Pada lokasi tersebut semua dihuni oleh pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan status orang tanpa gejala (OTG),’’ ungkapnya dalam rekaman resmi yang diterima IDN Times, Senin (6/7/2020).
Baca Juga: Muncul Klaster Baru di Semarang dari Perusahaan, Ratusan Kasus!
2. Pemkot Semarang menambah kapasitas ruang isolasi
Untuk diketahui, kapasitas tempat isolasi yang disediakan Pemkot Semarang untuk menampung pasien positif khususnya OTG adalah 100 ruang di rumah dinas, 100 tempat tidur di tenda karantina, dan 100 ruang di tenda karantina. Pemkot Semarang melalui RSUD KRMT Wongsonegoro saat ini berupaya untuk menambah ruang isolasi di kantor diklat.
‘’Untuk di kantor diklat akan ditambah 25 ruang lagi agar pasien tetap nyaman, karena satu kamar hanya boleh dihuni satu pasien. Sehingga, nanti kalau jumlah kasus pasien positif masih terus bertambah akan kita geser ke tenda karantina di rumah dinas atau ke balai diklat BPSDM milik Pemprov Jateng. Sebab, waktu pertemuan lalu Pak Gubernur sudah menawarkan,’’ jelas Hakam.
3. Pasien positif OTG bisa karantina di rumah
Editor’s picks
Jika upaya penambahan kamar tak mampu mengatasi penambahan pasien positif COVID-19 dengan status OTG, mereka diperbolehkan melakukan karantina mandiri di rumah.
‘’OTG tidak harus selalu isolasi di diklat dan rumdin. Sebab, itu sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan, mereka boleh untuk isolasi mandiri di rumah,’’ ungkapnya.
Sementara itu, kenaikan kasus COVID-19 di Kota Semarang disebabkan karena pemerintah menetapkan kebijakan tes massal rapid maupun swab kepada warga. Langkah strategis tersebut dilakukan untuk menangani penyebaran kasus sekaligus memutus mata rantai COVID-19.
4. Kepatuhan warga menjadi kunci pemutusan mata rantai COVID-19
Upaya tes tersebut sudah dilakukan Pemerintah Kota Semarang, sejak enam minggu terakhir.
"Tujuannya tentu untuk memutus mata rantai virus corona agar tidak semakin menyebar dan kami segera bisa menangani," tutur Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, menegaskan jika warganya masih ada yang sering keluar masuk pasar, mal, atau nongkrong di kafe, mereka cukup rentan bisa menjadi pembawa COVID-19 dengan status OTG.
"Maka tidak heran dan terbukti di ruang karantina seperti di rumah dinas dan kantor diklat penuh pasien positif OTG seperti sekarang ini. Sehingga, kepatuhan dan kedisiplinan masyarakat menjadi salah satu peran yang cukup penting dalam pengendalian COVID-19 ini,’’ tandas Hendi.
Baca Juga: Melonjak! Pasien Positif COVID-19 di Semarang Tembus 701 Orang