Penting! Edukasi Protokol Kesehatan ke Anak Saat Belajar di Sekolah  

Tidak mudah kendalikan anak saat bermain bebas

Semarang, IDN Times - Belum lama ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim menetapkan bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai bulan Juli. Meskipun ada pandemik COVID-19, kebijakan itu harus tetap berjalan, karena kalender pembelajaran tidak bisa diubah dan harus tetap dijalankan sesuai jadwal.

1. Kebijakan kembali ke sekolah di tahun ajaran baru 2020/2021 bagi anak bisa jadi momen pembebasan dari penjara pandemik COVID-19

Penting! Edukasi Protokol Kesehatan ke Anak Saat Belajar di Sekolah  Psikolog Anak Unika Soegijapranata Semarang, Lita Widyo Hastuti SPsi MSi. Dok. pribadi

Seiring informasi tersebut, kebijakan lain yang disampaikan mantan CEO Gojek itu adalah diizinkannya sekolah di zona hijau untuk melakukan belajar tatap muka, tapi dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Menerapkan kebijakan tersebut tentu tidak mudah.

Psikolog Anak, Lita Widyo Hastuti mengatakan, kebijakan diperbolehkannya pembelajaran tatap muka di zona hijau COVID-19 ini sangat mungkin dirasakan anak sebagai kebahagiaan. Momen ini dapat dianggap sebagai masa pembebasan dari penjara pandemik yang telah mengurung mereka untuk belajar dan berkegiatan di rumah selama ini.

‘’Jika pada awal masa pandemik virus corona banyak anak yang merespons kebijakan pembelajaran di rumah dengan euforia layaknya liburan, maka seiring waktu berjalan hampir semua anak merasa kangen pada suasana belajar seperti sebelum pandemik. Kangen untuk berinteraksi dengan teman-temannya, kangen guru-gurunya, kangen kantin sekolah, bahkan tiap sudut sekolah menerbitkan kerinduan pada anak,’’ ungkapnya saat dihubungi IDN Times.

Baca Juga: PPDB 2020 di Semarang Serba Online, Tak Layani Pendaftaran di Sekolah

2. Sekolah atau orang tua perlu untuk memperhatikan kemampuan anak dalam mengikuti protokol kesehatan

Penting! Edukasi Protokol Kesehatan ke Anak Saat Belajar di Sekolah  Persiapan sekolah jelang new normal (ANTARA FOTO/Fauzan)

Meskipun, lanjut dia, di sisi lain belum tentu perasaan anak-anak ini utuh, karena mungkin tetap dibungkus oleh rasa was-was, khususnya dari orang tua. Perasaan khawatir ini pun harus bisa dipahami, karena berbicara tentang zona hijau bukan berarti betul-betul tertutup semua akses penularan virus corona.

Mengutip siaran pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait tahun ajaran baru 2020/2021 dijelaskan kriteria belajar tatap muka dapat berlangsung dengan catatan sekolah berada di zona hijau dan ditetapkan oleh gugus tugas COVID-19, pemerintah daerah harus memberikan izin pembukaan sekolah, dan sekolah telah memenuhi semua checklist pembelajaran tatap muka. Kemudian, ditambah dengan adanya surat izin dari orang tua murid harus setuju anaknya belajar ke sekolah.

Dosen Psikologi Unika Soegijapranata Semarang ini menjelaskan, siaran pers Kemendikbud tersebut sudah cukup komprehensif sekaligus detail. ‘’Andai nanti pada saat sekolah di zona hijau melaksanakan pembelajaran luring, diharapkan tetap ada syarat-syarat lain yang harus dipenuhi. Selain itu, tentu saja wajib dengan protokol yang ketat. Sebab, saat pembelajaran tatap muka atau di sekolah sangat penting untuk memperhatikan kemampuan anak dalam mengikuti protokol kesehatan,’’ tuturnya.

Perhatian pada kemampuan anak untuk mengikuti protokol kesehatan ini perlu digaris bawahi. Sebab, semakin kecil anak tentu semakin membutuhkan kontrol dari orang dewasa. 

3. Regulasi soal belajar tatap muka saat pandemik belum menyinggung soal proses perjalanan anak pergi dan pulang dari sekolah

Penting! Edukasi Protokol Kesehatan ke Anak Saat Belajar di Sekolah  Ilustrasi penerapan protokol kesehatan di sekolah (ANTARA FOTO/Maulana Surya)

Kondisi itu juga diperhatikan Kemendikbud melalui syarat dan ketentuan sekolah di zona hijau yang diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka. Pada tahap pertama sekolah yang diperkenankan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dimulai dari jenjang SMA sederajat dan SMP sederajat. Tahap kedua adalah jenjang SD sederajat dan SLB, tapi harus menunggu dua bulan setelah daerah tersebut ditetapkan berstatus zona hijau. Sementara PAUD, baru dibuka bulan kelima setelah daerah ditetapkan sebagai zona hijau.

‘’Namun, aturan yang ada itu masih sebatas pertimbangan saat anak berada di sekolah. Sedangkan, bagaimana proses perjalanan anak pulang dan pergi ke sekolah agar tetap aman dari COVID-19 belum dipikirkan,’’ kata Lita.

Dia menjelaskan, diperlukan edukasi terus menerus dari guru dan orang tua pada anak terkait protokol kesehatan COVID-19. Tentu saja guru dan orang tua sendiri harus bisa menjadi role model yang baik dengan menerapkan secara konsisten. Pada anak-anak yang masih kecil mereka membutuhkan eksplorasi fisik, karena mereka belum sepenuhnya bisa mengontrol diri. Sedangkan, untuk anak usia dini masih dibutuhkan reward berupa pujian untuk membentuk perilaku sehat agar tetap menetap.

4. Penting menjaga kesehatan mental anak pada situasi pandemik COVID-19

Penting! Edukasi Protokol Kesehatan ke Anak Saat Belajar di Sekolah  pexels.com

‘’Misalnya, saya jadi ingat joke anak TK yang bertukar masker yang sedang dipakainya dengan masker yang dipakai temannya. Rupanya dia melihat masker si teman  gambarnya imut, sehingga ingin bertukar masker. Nah, pesan moralnya adalah orang dewasa mesti mengantisipasi dunia anak-anak yang spontan dan polos tersebut secara bijak. Sedangkan, untuk anak yg lebih besar dan usia remaja tentu akan baik jika guru dan ortu tetap mengingatkan terkait protokol kesehatan tersebut,’’ jelasnya.

Kemudian selain protokol kesehatan COVID-19, dalam situasi dan kondisi pandemik COVID-19 ini menjaga kesehatan mental juga penting. Adapun bagi anak, refreshing tetap diperlukan. Upaya ini menurut Lita, memberikan kesempatan kepada anak untuk bermain secukupnya baik di rumah dan sesekali di luar rumah. ‘’Untuk bermain di luar rumah hal ini tentu perlu sikap kehati-hatian juga, orang tua harus memastikan agar selama anak bermain di luar rumah tetap aman ketika kontak dengan orang lain. Beberapa keluarga saya tahu mengembangkan kebiasaan baru yang positif. Mereka melibatkan anak pada aktivitas baru seperti memasak, membuat kerajinan, dan urban farming,’’ ujarnya.

Bahkan, lanjut dia, sebagian aktivitas itu mengandung nilai profit sehingga bukan hanya sekedar mengisi waktu, tapi anak sekaligus belajar entrepreneurship. Tentu saja harus tetap memperhatikan hak-hak mereka untuk tetap menikmati apa yang sedang dijalani. Kemudian jangan lupa, orang tua tetap perlu mengontrol anak agar tidak seharian tenggelam dengan gadget. Selain kurang baik untuk mata, anak-anak juga membutuhkan gerak fisik yang cukup agar tetap bugar.

Baca Juga: Catat! Jadwal Resmi Tahun Ajaran Baru 2020/2021 dari Kemendikbud

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya