[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang 

Penghormatan untuk Wali Kota Semarang Pertama, Moch Ichsan

Semarang, IDN Times - Banyak kenangan yang hanya berhenti di ingatan setiap orang. Banyak kisah yang hanya mengendap di dalam hati. Padahal, terkadang kenangan dan kisah itu adalah bagian dari sejarah bangsa dan sebuah kota.

Seorang fotografer profesional, Firman Ichsan memunculkan kisah serta kenangan tentang Wali Kota Semarang pertama, Mochammad Ichsan melalui pameran foto bertajuk ‘’Ode Untuk Ayah’’ di Gedung Oudetrap Kawasan Kota Lama Semarang, pada Desember 2022 lalu.

Melalui lembaran foto serta arsip yang terpajang di ruang pamer dan menjadi saksi bisu, pria berusia 69 tahun itu menceritakan sosok pahlawan yang berjasa bagi Kota Semarang sekaligus ayah kandungnya, Mochammad Ichsan. Melalui perbincangan khusus dengan IDN Times, berikut kisahnya.

Apa alasan Pak Firman menggelar pameran foto ‘’Ode Untuk Ayah’’?

[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang Pameran foto Ode untuk Ayah yang diadakan Firman Ichsan (kanan) di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Semua berawal dari kecintaan pada bidang yang saya tekuni. Awalnya, saya belajar ilmu antropologi budaya di Belanda, tapi tidak selesai. Hal itu setelah saya melihat pameran foto, saya berpikir apa yang saya pelajari bisa diambil lewat foto. Kemudian, saya mendalami fotografi.

Pulang ke Indonesia saya sempat bekerja di perusahaan pers di Harian Angkatan Bersenjata. Saya ditempatkan di desk luar negeri. Kemudian, setelah dari situ saya beralih menekuni fotografi dan menjadi fotografer fashion karena pada saat itu media gaya hidup sedang berkembang.

Pekerjaan itu mengantar saya menjadi pengajar dan praktisi fotografi di Institut Kesenian Jakarta tahun 1993. Terbiasa di bidang pendidikan, maka saya sering mengarahkan juru foto untuk berpameran dan menjadikan saya mempunyai pengalaman sebagai kurator.

Selain itu, saya punya ketertarikan pada sejarah dan politik. Saya pernah menyelenggarakan pameran fotografi tentang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia dalam rangka memeringati 65 tahun Indonesia merdeka. Selain untuk mencatat sejarah, saya melalui kolaborasi dengan fotografer Antara, Oscar Motuloh ingin menyampaikan makna bahwa pers bukan objektif semata-mata tapi objektif revolusioner.

Kegiatan pameran untuk mencatat sejarah itu kemudian kerap digelar oleh mantan Ketua Dewan Kesenian Jakarta 2009-2011 tersebut. Ternyata, salah satu inspirasinya mengadakan kegiatan itu karena sang ayah Mochammad Ichsan yang juga terlibat dalam perjalanan kemerdekaan bangsa ini. Firman pun mengungkapkan, sebetulnya apapun yang saya pikirkan tentang kemerdekaan dan kebangsaan ini berangkat dari ayah saya, Mochammad Ichsan.

Maka, pameran foto dan arsip Mochammad Ichsan ‘’Ode Untuk Ayah’’ ini lebih dari kata atau aktivitas mengenang tapi sebuah penghormatan. Saya ingin berterima kasih kepada ayah saya.

Seperti apa sosok Mochammad Ichsan yang juga ayah Anda?

[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang Pameran foto Ode untuk Ayah yang diadakan Firman Ichsan (kedua kiri) di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Begitu banyak waktu bersama, begitu banyak yang saya tahu tentang ayah saya. Selama mengenal Bapak Mochammad Ichsan, menurut saya beliau ini orangnya tidak banyak bicara. Hanya dengan orang-orang tertentu ia mau bercerita tentang pengalaman hidupnya.

Meskipun, semasa kecil saya sering menyaksikan banyak hal tentang apa yang ayah saya kerjakan, tapi baru ketika pensiun, saat kami tinggal berdua–karena ibu saya sudah meninggal terlebih dulu–beliau baru banyak bercerita.

Sebenarnya, banyak sekali cerita menarik tentang ayah saya dan perjalanan hidupnya. Berkali-kali orang datang ke rumah meminta ayah untuk menulis, tapi beliau hanya bilang,’’Ya..ya..ya..’’ dan tidak pernah mau menulis. Ayah saya itu kuat menjaga rahasia, menolak halus siapa saja yang ingin meminta atau menerbitkan memoar atau buku perihal dirinya. Sehingga, akhirnya banyak orang hanya sekadar tahu dan mengenangnya tapi tidak mengenal pemikirannya.

Untuk diketahui, selain dikenal sebagai Wali Kota Semarang pertama yang menjabat mulai tahun 1946–1949, Mochammad Ichsan juga pernah menjadi Menteri Sekretaris Negara pada tahun 1962–1966.

Baca Juga: Sejarah Pura Mangkunegaran Lokasi Pernikahan Kaesang - Erina di Solo

Seperti apa perjalanan hidup Mochammad Ichsan dari yang Anda ketahui?

[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang Pameran foto Ode untuk Ayah yang diadakan Firman Ichsan di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Pak Ichsan ini orang yang melintasi berbagai zaman mulai feodal, kolonial, hingga kemerdekaan. Lahir di Kendal, 25 September 1902, Ichsan merupakan anak priyayi dari pasangan Raden Mas Ario Adipati Notohamiprodjo (Bupati Kendal) dan Raden Ayu Khatidjah Kromodjojodirono.

Kehidupan politik Ichsan dimulai saat beliau mengenyam masih mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Leiden di Negeri Belanda. Ichsan bersahabat dengan tokoh pergerakan mahasiswa Indonesia di Belanda bernama Slamet Faiman, yang saat itu menentang fasisme NAZI.

Persahabatan Mohammad Ichsan dengan Slamet Faiman bermula di gladak kapal SS Johan de Witt (kapal penumpang anyar Hindia Belanda). Dari situ, Ichsan mendapat pondasi menetapkan arah politiknya, berada di jalur ideologi sebagai seorang nasionalis.
Slamet Faiman, saat itu bertugas di kapal bercerobong ganda, dengan panjang 159,4 meter. Dia juga aktivis pererakan buruh di Rotterdam.

Pada tahun 1922 beliau mulai menjadi anggota aktif Indonesische Vereniging. Pada tahun 1924 nama Indonesische Vereniging diganti dengan nama Indonesia menjadi "Perkumpulan Indonesia." Perkumpulan tersebut adalah perkumpulan Pemuda Mahasiswa Indonesia di Negeri Belanda yang bercita-cita dan berusaha ke arah Indonesia Merdeka.

Setelah meraih gelar akademik Meester in de Rechten atau Sarjana Hukum dari Universitas Leiden, Ichsan kembali ke Indonesia dan mulai bekerja pada Pemerintahan Hindia Belanda sebagai Commies Redacteur di Magelang. Kemudian, dipindah ke Semarang sebagai pegawai Pemerintah Kota Semarang.

Pada tahun 1939, Perang Dunia II pecah. Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan persiapan-persiapan untuk menghadapi kemungkinan menjalarnya perang besar itu ke Asia Timur, antara lain dengan mengadakan berbagai badan pertahanan sipil. Salah satu di antaranya adalah barisan Stads- Wacht atau barisan Penjaga Kota. Khusus pegawai Pemeritah Hindia Belanda diwajibkan untuk bergabung dalam salah satu dari berbagai badan pertahanan sipil yang telah dibentuk.

Maka, Ichsan memilih bergabung pada Stads-Wacht dengan pertimbangan bahwa bila mana saja kelak bangsa Indonesia harus berjuang untuk kemerdekaannya dengan menggunakan senjata, maka beliau sudah mengetahui cara menggunakan senjata dan taktik perang. Sebab, anggota-anggota Stads-Wacht diberi latihan kemiliteran.

Perang Dunia II ternyata benar menjalar sampai Asia Timur, termasuk sampai wilayah Hindia Belanda. Dalam perang melawan Jepang, Pemerintah Hindia Belanda kalah dan pada tanggal 8 Maret 1942 menyerah kepada Jepang. Konsekuensinya, semua orang Belanda, baik sipil, maupun militer, pria atau pun wanita serta anak-anak ditawan oleh Tentara Jepang. Begitu juga semua anggota Stads-Wacht Semarang, termasuk Mochammad Ichsan.

Bagaimana ceritanya hingga ayah Anda menjadi Wali Kota Semarang pertama?

[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang Pameran foto Ode untuk Ayah yang diadakan Firman Ichsan di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Setelah menjadi tawanan Jepang selama kurang lebih tiga bulan, ayah saya bekerja di kantor Kejaksaan Tinggi Jepang. Beliau bertahan bekerja di sana sampai menjadi Jaksa Tinggi merangkap Kepala Kejaksaan Negeri Semarang.

Lalu, pada tanggal 6 Januari 1946 datanglah beberapa orang utusan dari Pemerintah Pusat Republik Indonesia Jakarta ke Semarang untuk menyampaikan instruksi dan pengangkatan Mochammad Ichsan menjadi Kepala Sementara Pemerintahan Republik Indonesia di Semarang. Utusan Pemerintah Pusat itu terdiri atas Menteri Kesehatan Dr Darmasetiawan, Wakil Menteri Dalam Negeri Hermani, dan Latif. Seorang wartawan ikut dalam utusan tersebut ke Semarang yaitu Rosihan Anwar.

Demikianlah, pada tanggal 8 Januari 1946, Kota Semarang untuk pertama kali mempunyai Kepala Pemerintahan Republik Indonesia atau dengan istilah sekarang, Wali Kota Republik Indonesia yang sah, yaitu Mochammad Ichsan.

Tindakan pertama yang dilaksanakan oleh Ichsan adalah membuktikan, khususnya kepada pegawai-pegawai yang menyatakan diri pegawai Republik Indonesia. Untuk itu Mochammad Ichsan dengan bantuan seorang pegawai Javasche Bank yang Republikein, mengambil alih semua uang Jepang yang ada di lembaga tersebut.

Kemudian, Ichsan juga melakukan pembersihan, pemuda bersenjata harus keluar dari Semarang. Upaya itu agar Inggris melihat dan mengakui ada pemerintahan di Semarang. Lalu, pada suatu hari Ichsan tertangkap karena melakukan percakapan dengan Belanda. Ichsan bilang, ‘’Saya mau bekerja sama dengan Belanda tapi harus berdiri sama tinggi dengan Belanda.’’

Lalu, Belanda malah mengusirnya dari Semarang. Ichsan pergi ke Yogyakarta dan menjadi Sekretaris Negara 2, tapi pekerjaan Wali Kota Semarang berkedudukan di Salatiga.

Rencana apa yang ingin Anda lakukan melakukan pameran foto dan arsip ini?

[WANSUS] Firman Ichsan, Munculkan Sosok Pahlawan di Kota Semarang Pengunjung melihat pameran foto Ode untuk Ayah yang diadakan Firman Ichsan di Semarang (IDN Times/Dhana Kencana)

Saya berpikir begitu banyak yang saya tahu dan begitu banyak dokumen yang ditinggalkan. Foto-foto yang terpampang pada pameran ‘’Ode Untuk Ayah’’ berasal dari foto asli. Sebab, di rumah banyak sekali album foto. Walaupun tidak semua foto bisa dipamerkan.

Sebelum menggelar pameran pun foto-foto ini sudah saya unggah di media sosial Facebook dalam sebuah folder khusus Mr Ichsan tapi yang melihat terbatas. Maka, memang ada baiknya saya melakukan sesuatu untuk peninggalan ini agar semua tahu peristiwa yang terjadi sehingga tidak ada keraguan lagi. Selain itu, juga memunculkan dan mengenalkan sosok Mochammad Ichsan yang turut berkontribusi dalam kemerdekaan negara ini. 

Sehingga, melalui kegiatan ini akhirnya saya putuskan untuk memberikan foto dan arsip Mochammad Ichsan kepada Pemerintah Kota Semarang. Selain foto, ada SK Pengangkatan Walikota Semarang, gaji honor pertama, SK sebagai Sekreatis Negara, Dubes, hingga tanda jasa sebagai pendiri dan pembina klub PSIS Semarang dari PSSI. 

Baca Juga: 6 Rekomendasi Wisata Gratis di Semarang, Cocok Buat Kantong Cekak! 

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya