Tak Ada Kelangkaan Solar di Pantura Barat, Hanya Pasokan Terlambat
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Laporan Haikal Adithya
Tegal, IDN Times - Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat, tak begitu berimbas di Jawa Tengah. Seperti halnya di Pantura Barat, solar subsidi dan non subsidi masih bisa didapatkan dengan mudah.
Dari pantauan IDN Times di SPBU Nelayan Karyamina Kota Tegal, Selasa (26/11) siang, didapati antrean puluhan jeriken kosong milik nelayan. Jeriken berukuran 10 liter tersebut berbaris rapih, untuk kemudian mendapat giliran diisi BBM solar subsidi, sesuai pengajuan permintaan.
1. Tidak ada kelangkaan solar
Manager SPBUN Karyamina 48.521.01, Nurochim menyebut, tidak ada kelangkaan solar di Kota Tegal. Hanya saja, terdapat keterlambatan pengiriman pasokan dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina setempat.
“Solar di sini Alhamdulillah masih aman, baik subsidi maupun yang non subsidi. Memang ada keterlambatan pengirimannya, tetapi itu masih dalam batas normal,” katanya.
2. Penyaluran sesuai tonase
Adapun untuk penyaluran solar bersubsidi di SPBUN Karyamina, Nurochim menyebut hanya diperuntukkan bagi kapal nelayan yang memiliki tonase di bawah 30 Grosston (GT). Hal ini menyesuaikan peraturan yang diberlakukan pemerintah.
Editor’s picks
Diantaranya yakni mengacu pada UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Perpres Nomor 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jasa Bahan Bakar.
3. Dipasok 648 ton
Ihwal kebutuhan solar yang disalurkan, SPBUN Karyamina mendapat pasokan sekira 648 ton dari Pertamina TBBM Tegal. Jumlah ini, mampu disalurkan kepada nelayan kecil selama satu bulan.
“Dua tahun lalu, sebelum ada kebijakan khusus untuk 30 GT bisa sampai 1.700 ton per bulan. Tetapi semenjak diperketat kita hanya bisa menyalurkan 500-600 ton saja,” pungkasnya.
4. Dibeli memakai jeriken
Ditambahkan dia, penyaluran solar yang menggunakan jeriken terpaksa dilakukan, mengingat kondisi pelabuhan tidak memungkinkan untuk dimasuki kapal kecil. Ditambah, semakin dangkalnya kolam pelabuhan yang sangat membahayakan kapal jika dipaksakan melewati.
Hal ini dibenarkan salah seorang nelayan, Muhammad Idris (57) yang mengaku sudah terbiasa membeli solar menggunakan jeriken. Dirinya diberikan batas pembelian sebanyak 500 liter untuk satu pekan. Namun, sebelum membeli dia harus menyertakan surat rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan setempat.
“Karena ini solar bersubsidi, kita harus tertib administrasi. Ada surat rekom dari dinas dan suratnya juga terbatas, ada tanggal kedaluwarsanya,” tandasnya.