Gempa 2006: 13 Tahun Berlalu, Warga Sulit Hilangkan Trauma

31 desa tanggap bencana telah terbentuk di Bantul

Bantul, IDN Times - Tanggal 27 Mei bagi warga Yogyakarta tak akan pernah dilupakan. Tepat pukul 05:55:03 WIB saat matahari akan muncul, gempa bumi tektonik dengan kekuatan 5,9 SR mengguncang Yogyakarta selama 57 detik. Dalam kurun waktu singkat, korban meninggal dunia tercatat mencapai 4.983 orang, ratusan ribu rumah rusak ringan hingga berat, korban luka ringan hingga luka berat bahkan harus mengalami cacat permanen. Korban paling banyak terdapat di Kabupaten Bantul.

Kini 13 tahun gempa bumi tektonik yang bersumber dari patahan Sungai Opak dan Oyo telah berlalu, bekas-bekas kehancuran akibat bencana sulit untuk ditemukan di Kabupaten Bantu. Sebagai pengingat Pemda DI Yogyakarta membangun prasasti gempa bumi tektonik yang berada di Dusun Potrobayan, Desa Srihardono, Kecamatan Pundong, Di daerah inilah diduga sebagai titik gempa tektonik dengan kedalaman 10 kilometer itu terjadi.

Baca Juga: Gempa 2006: 57 detik yang Mencekam di Yogyakarta

1. Trauma, warga masih panik saat merasakan gempa

Gempa 2006: 13 Tahun Berlalu, Warga Sulit Hilangkan TraumaANTARA FOTO/Zabur Karuru

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Bantul, Dwi Daryanto mengatakan 13 tahun berlalu namun hingga saat ini warga di Bantul masih merasa panik saat merasakan getaran akibat gempa. 

"Ya kalau kepanikan ketika gempa terjadi masih dirasakan oleh masyarakat Bantul apalagi mereka yang menjadi korban bencana gempa bumi tektonik tersebut. Trauma memang sulit untuk dihilangkan," ujarnya, kepada IDN Times (Senin 27/5).

Meski panik dan trauma belum hilang, namun kesadaran masyarakat akan bahaya gempa semakin membaik. Ketika merasakan gempa, mereka langsung mencari dan berlari ke tempat terbuka atau berlindung di bawah meja .

"iya panik walaupun tidak berlangsung lama, namun segera tenang usai gempa tidak lagi dirasakan," ujarnya.

2. Harga material mahal, bangunan rumah kurang diperhatikan

Gempa 2006: 13 Tahun Berlalu, Warga Sulit Hilangkan TraumaIDN Times/Daruwaskita

Dwi mengatakan warga korban gempa kini telah membangun rumah dengan metode tahan gempa, namun harga kerangka atau tulang besi yang kelewat mahal terkadang menjadi alasan bangunan yang dihasilkan tidak memenuhi standar rumah tahan gempa. 

"Ya memang saat ini harga bahan bangunan melonjak tajam dibandingkan 13 tahun lalu, rata-rata untuk rangka tulang bangunan menggunakan besi baja hanya ukuran 12 milimeter. Harapan saya ketika harga material mahal seharusnya tidak perlu membuat rumah besar yang penting kuat untuk menahan gempa," ucapnya.

Baca Juga: 7 Aplikasi Pendeteksi Gempa Bumi Ini Tingkat Akurasinya Tinggi 

3. Refleksi gempa akan disatukan pada minggu ke 4 bulan Juni 2019‎

Gempa 2006: 13 Tahun Berlalu, Warga Sulit Hilangkan TraumaIDN Times/Daruwaskita

Ditahun ini peringatan 13 tahun gempa bumi tektonik di Bantul akan dilakukan bulan Juni minggu ke-4. Peringatan ini akan ditandai dengan simulasi gempa dan tsunami. 

"Refleksi gempa akan kita barengkan dengan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional dengan melakukan simulasi di kawasan pantai selatan Bantul yang melibatkan semua stakeholder hingga wisatawan," terangnya.

4. Sudah terbentuk 31 desa tanggap bencana‎

Gempa 2006: 13 Tahun Berlalu, Warga Sulit Hilangkan TraumaIDN Times/Daruwaskita

Hingga saat telah terbentuk 31 Desa Tanggap Bencana dari 75 desa yang ada di Bantul. Ditargetkan pada tahun 2024, semua desa sudah menjadi desa tanggap bencana.

Untuk menjadi desa tanggap bencana, warga dilatih untuk mengerti dan tanggap jika terjadi bencana, sehingga mampu mengurangi jatuhnya korban jiwa. 

Baca Juga: Begini Cara Melindungi Diri dari Ancaman Gempa Bumi

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya