Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan Digital

Infrastruktur dan literasi digital berjalan beriringan

Purworejo, IDN Times - Kebermanfaatannya dalam menunjang segala lini kehidupan, membuat internet menjadi sebuah hal yang penting. Bahkan ada anggapan bahwa hidup akan hampa tanpa internet.

Internet tidak lagi menjadi hal yang baru dan milik segelintir orang saja. Kini telah inklusif, termasuk bagi masyarakat yang tinggal di desa.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, sebanyak 7.294 dari total 7.809 desa yang ada di Jawa Tengah sudah terjangkau akses internet dengan jaringan kuat 4G/LTE. Jumlah terbanyak di antaranya terdapat di Kabupaten Purworejo, yakni mencapai 354 desa.

Salah satu desa yang masuk wilayah tersebut adalah Desa Krandegan di Kecamatan Bayan. Sebagai orang nomor satu di Krandegan, program besar Dwinanto fokus pada pemberdayaan masyarakat melalui platform digital untuk mengangkat perekonomian mereka. 

Hal itu bukan tanpa alasan. Baginya, digitalisasi saat ini sudah menjadi kebutuhan mendasar setiap orang, termasuk warga Desa Krandegan. Selain itu, juga untuk menyongsong program pemerintah 2024 menuju desa cerdas (smart village).

"Digitalisasi bukan lagi sebuah pilihan tapi sebuah keniscayaan. Kami yakin dengan sebuah paradigma bahwa transformasi digital akan membawa perubahan ekonomi menjadi lebih baik. Makanya kita genjot digitalisasi pada sektor layanan publik, toko online, dan transportasi sehingga berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat," katanya kepada IDN Times.

Terobosan digitalisasi sudah dilakukan delapan tahun lalu atau sejak 2013 saat Dwinanto resmi menjabat sebagai Kepala Desa Krandegan untuk kali pertama. Ia menyiapkan secara matang infrastruktur penunjangnya, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).

Pada periode kedua (2019--2024) menjabat, Dwinanto memperkuat infrastruktur hulu  digitalisasi agar tujuan transformasi digital di desanya bisa berjalan mulus. Adapun fokus pembangunan menyasar sektor pelayanan publik, ekonomi, pemanfaatan Internet of Things (IoT), keamanan, kedaruratan, dan kebencanaan.

Pria kelahiran Jakarta itu optimis, dengan penyiapan infrastruktur hulu, maka sisi hilir dari transformasi digital dapat terintegrasikan dengan baik.

Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan DigitalPembuatan lampu jalan berbasis IoT yang dipasang di Desa Krandegan, Purworejo (Dok. Pemdes Krandegan)

Dwinanto memelopori sejumlah aplikasi dan teknologi terapan untuk warga Desa Krandegan. Mulai dari penyediaan layanan Wifi gratis, CCTV desa, aplikasi Sistem Pelayanan Online Desa Krandegan (SiPolgan), transportasi online Ngojol, marketplace Tokodesaku.id, Kamupay, Pasarjasa.id, serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) digital. Selain itu juga terdapat alat penyiram taman dan lampu jalan yang berbasis sensor canggih.

Kebermanfaatan program-program tersebut sebagian besar telah dirasakan warga desa. Di antaranya, keberadaan Wifi gratis--yang sebelum pandemik COVID-19 hanya digunakan sambilan--kini menjadi pilihan utama warga yang tidak mampu membeli kuota internet untuk pembelajaran daring atau keperluan lain.

Lalu, perangkat desa tidak lagi harus ke kantor menyalakan lampu jalan karena cukup dikendalikan melalui smartphone sehingga menjadi lebih efektif dalam bekerja.

"Alhamdulillah untuk pelaku UMKM, mereka bilang kalau penjualannya meningkat karena marketplaceTokodesaku.id. Kita sediakan perangkat pendukung (etalase online) dan pendampingan seperti pelatihan-pelatihan rutin. Jadi, tidak kami biarkan mereka berjalan sendirian. Sehingga kami hadir dan benar-benar ada untuk mereka. Goal-nya, produk UMKM--seperti makanan tradisional atau kerajinan khas desa--bisa dikenal lebih luas di tingkat global," ujar Dwinanto.

Pemberdayaan ekonomi digital desa

Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan DigitalPelatihan dan pendampingan pelaku UMKM Desa Krandegan, Purworejo (Dok. Pemdes Krandegan)

Salah satu yang menikmati kebermanfaatan tersebut adalah Soeharti. Perempuan 29 tahun itu tidak menyangka penjualan Sambal Lompir--sambal ikan pindang presto suwir--dan produk minuman Ngeteh--teh dari bunga telang dan bunga rosela--miliknya meningkat signifikan, bahkan saat pandemik COVID-19. Ia sudah dua tahun lebih memanfaatkan Tokodesaku.id--sejak dirilis pada pertengahan 2020--untuk berjualan secara daring.

Metode pemasarannya pun bertambah inovatif. Dari sebelumnya hanya konvensional--dengan menjual langsung, getok tular, dan cakupan pelanggan maksimal antardesa--kini lebih modern dikombinasikan secara digital.

Melalui marketplace tersebut, produk Soeharti lebih dikenal, baik untuk pangsa pasar lokal maupun luar Kabupaten Purworejo. Transaksi penjualannya saat ini naik 2--3 kali lipat. Jika sebelumnya hanya 3--4 kali, kini mencapai 10 kali transaksi penjualan setiap hari.

"Aplikasi Tokodesaku.id lebih familier dan mudah digunakan pelaku UMKM di Desa Krandegan yang sebagian besar emak-emak. Kalau (marketplace) yang lain, kita awam menggunakannya jadi kurang paham. Misal gak paham memakai Tokodesaku.id, bisa langsung ke pak Kades (Dwinanto), pasti dibantu dan ada pendampingan pelatihannya. Mulai dari teknik memfoto produk, mengurus Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sampai cara pemasaran pakai media sosial. Secara tidak langsung menambah pengetahuan kita (emak-emak) biar melek digital," jelas ibu satu anak itu kepada IDN Times melalui sambungan telepon.

Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan DigitalKantor Disdukcapil Kabupaten Purworejo (Dok. Google Street View)

Senada, Wahyudi merasakan kebermanfaatan dari aplikasi ojek online, Ngojol. Perangkat lunak yang awalnya hanya lingkup desa tersebut, saat ini sudah menjadi salah satu aplikasi transportasi yang banyak digunakan di Kabupaten Purworejo.

Bahkan, pada aplikasi Ngojol tersedia fitur Wan-Jek, yang secara khusus mengakomodasi penumpang perempuan yang ingin mendapatkan driver wanita. Di sisi lain, fasilitas Wan-Jek disediakan untuk menyerap tenaga kerja wanita. Menilik data Pemerintah Desa (Pemdes) Krandegan, jumlah driver Ngojol per 2020 sudah mencapai 400 orang, baik yang mobil maupun motor. 

Kehadiran Ngojol menjadi berkah bagi Wahyu, yang terdampak pandemik COVID-19. Selain tugas utamanya mengantarkan penumpang, ia mendapat mandat khusus menjadi kurir dokumen kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Purworejo, yang kini segala pengurusannya dilakukan secara online.

Bapak satu anak itu mengantar sebanyak 40--45 amplop dokumen saban hari ke empat kecamatan yang ada di kabupaten tersebut. Hal serupa dilakukan driver Ngojol lain untuk 12 kecamatan yang tidak terjangkau oleh Wahyu. Dari layanan tersebut, pendapatan bersih Wahyu mencapai Rp150 ribu per hari.

"Selama saya ikut Ngojol, pandemik ini malah banyak manfaatnya. Tambahannya (selain mengantar penumpang antardesa) dipercaya kirim-kirim dokumen dari Capil (red: Disdukcapil Kabupaten Purworejo). Ya, malah tidak mengira, (Ngojol) bermanfaat buat rakyat kecil kayak saya," aku pria berusia 40 tahun itu.

Baca Juga: Digitalisasi 3.123 Naskah Kuno Pura Mangkunegaran Berusia 500 Tahun

Produk digital yang inklusif

Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan DigitalTangkapan layar aplikasi Tokodesaku.id (IDN Times/Dhana Kencana)

Keberadaan produk maupun teknologi digital khas Desa Krandegan--seperti Tokodesaku.id atau Ngojol--tidak untuk menyaingi aplikasi serupa ditingkat nasional yang secara fundamental kuat dan sudah terkenal.

Dwinanto merintis semata-mata untuk melengkapi layanan yang belum "tersentuh" serta terjangkau oleh mereka. Yaitu kalangan warga desa, termasuk di dalamnya para pelaku UMKM desa baik yang skala mikro atau rumah tangga. Melalui produk transformasi digital tersebut, ceruk warga Desa Krandegan bisa bertambah dan mendorong pemberdayaan ekonomi lokal.

"Kalau daftar untuk ojek online (ojol) nasional tidak semudah di Ngojol. Apalagi kantornya tidak ada di Purworejo. Sekarang warga desa, yang ingin ngojek online, bisa mendaftar di Ngojol. Kemudian untuk layanan, sebagian besar driver ojol nasional tidak online di desa-desa. Kebanyakan mereka mangkal di kawasan kota, titik-titik tempat strategis. Dengan Ngojol, warga desa bisa terlayani. Kalau secara head to head atau apple to apple (dengan aplikasi nasional), kita bukan kelasnya. Begitu juga dengan Tokodesaku.id. Daripada belanja ke orang lain, lebih baik belanja produk warga sendiri dan uang masuk ke mereka. Misinya pemberdayaan ekonomi digital lokal," tuturnya yang lahir 5 Juli 1979.

Kesenjangan digital (digital divide)--khususnya demografi, difabel, dan tingkat pendidikan--menjadi tantangan mewujudkan transformasi digital di Desa Krandegan. Literasi diperlukan agar ketersediaan infrastruktur digital yang sudah ada bisa dimanfaatkan warga desa untuk mengakses peluang ekonomi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mereka. Tekad Dwinanto bulat. Ia tidak akan putus asa meski upaya edukasi membutuhkan waktu yang panjang.

"Tantangan terbesar adalah literasi digital warga desa. Kalau tidak mau berproses, selamanya akan begitu. Harus kita mulai. Sampai kapan? Sampai proses ini tuntas dan tidak akan selesai dalam sehari dua hari, sebulan dua bulan. Kami merintis dan berjuang untuk mengentaskan kesenjangan digital warga desa, terutama terhadap kelompok rentan, seperti perempuan, difabel, lanjut usia (lansia), warga miskin dan berpendidikan rendah dengan satu tujuan untuk pembangunan desa yang berkelanjutan. Sebab mereka juga bagian dari ekosistem ekonomi digital, no one left behind," ucapnya.

Ia bersama perangkat Desa Krandegan terus mengedukasi dan menguatkan literasi digital warganya secara berkala supaya pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat maksimal berjalan beriringan.

"Saat mengurus surat pengantar KTP (Kartu Tanda Penduduk) di kantor desa, saya sampaikan kepada warga untuk menginstal aplikasi SiPolgan. Sekaligus kami edukasi cara penggunaan fitur-fiturnya sehingga memudahkan mereka, tidak perlu bolak-balik lagi ke kantor desa untuk membuat surat atau menanyakan soal daftar penerima bantuan. Karena segala informasi atau pengumuman dari pemerintah desa (pemdes) ada di aplikasi tersebut. Edukasi kami lakukan sedini mungkin supaya literasi warga--termasuk kelompok rentan--meningkat sehingga mereka merasakan kebermanfaatan dari transformasi digital," ucap lulusan Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sebelas Maret (UNS) itu.

Adaptasi kemajuan teknologi dengan literasi tersebut mutlak dilakukan untuk peningkatan sumber daya manusia agar paham dunia digital sehingga menggerakkan ekonomi warga desa. Pasalnya, majunya ekonomi digital tidak dengan sendirinya terwujud hanya dengan menyediakan jaringan atau akses internet yang terjangkau saja.

"Yang jelas SiPolgan itu membantu warga. Sangat membantu sekali. Apalagi saat COVID-19. Warga dimudahkan untuk layanan-layanan, gak perlu sedikit-sedikit ke kantor desa. Cukup pakai aplikasi itu. Yang lansia dan difabel yang terkendala mengakses SiPolgan, dapat pendampingan khusus dari pemdes," kata Utami Hikmah, warga Desa Krandegan.

Atas inovasi transformasi digital yang dilakukan, Desa Krandegan pada tahun 2021 telah berstatus sebagai Desa Mandiri dari Indeks Desa Membangun (IDM) yang ditetapkan oleh Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Penetapan IDM yang berbasis SDGs Desa 2021 tersebut merupakan indeks komposit yang dibentuk berdasarkan tiga parameter, yaitu Indeks Ketahanan Sosial, Indeks Ketahanan Ekonomi dan Indeks Ketahanan Ekologi atau Lingkungan.

Transformasi digital untuk masa depan

Desa Krandegan Purworejo yang Matang Menyongsong Masa Depan DigitalInstalasi Early Warning System (EWS) berbasis IoT di Desa Krandegan (Dok. Pemdes Krandegan)

Transformasi digital merupakan solusi cepat dan strategis membawa Indonesia menuju masa depan. Transformasi tersebut dapat mewujudkan kedaulatan dan kemandirian digital yang menjadi prinsip penting dalam pelaksanaan transformasi digital di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur digital disertai literasi mampu mendorong peningkatan ekonomi digital tingkat desa sehingga meningkatkan daya saing secara global.

SMERU research institute dalam laporan yang dirilis Desember 2020 menyebut, jika Google, Temasek, dan Bain & Company (2019) memprediksi Indonesia akan tumbuh menjadi raksasa ekonomi digital se-Asia Tenggara pada 2025. Proyeksi tersebut seiring dengan pertumbuhan pengguna internet yang terus meningkat selama dua tahun terakhir.

"Hilirnya daripada infrastruktur TIK yaitu ekonomi digital itu sendiri. Makanya, kita harus memanfaatkan infrastruktur kita untuk memanfaatkan ekonomi digital. Peluang yang amat besar mengingat ekonomi digital Indonesia pada 2025 diproyeksikan berkembang dari USD44 miliar menjadi USD124 miliar atau setara dengan 40 persen dari nilai ekonomi digital ASEAN," ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G Plate saat peluncuran Program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) sebagaimana dilansir dari laman resmi Kemkominfo, Rabu (22/6/2022).

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Tengah, Riena Retnaningrum mengatakan, contoh Desa Krandegan harus bisa memacu pemerintah desa atau kelurahan lain dalam memanfaatkan ruang digital untuk berinovasi melayani dan menyejahterakan warga.

Infrastruktur yang dibarengi penyiapan sumber daya manusia yang mumpuni membuat Desa Krandegan mampu berdaya secara ekonomi digital. Mereka matang dan mantap menyongsong digital Indonesia untuk keadilan sosial sebagaimana titah Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno berikut ini,

"Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial adalah satu masyarakat yang adil dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, alat-alat teknologi yang sangat moderen. Asal tidak dikuasai oleh sistem kapitalisme."

Baca Juga: BSI Mobile: Super App Ideal buat Finansial, Sosial, dan Spiritual

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya