Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas Purworejo

Warga Wadas mengalami trauma

Purworejo, IDN Times - Aksi penolakan warga Desa Wadas di Kecamatan Bener, Purworejo terhadap penambangan batu andesit untuk proyek Bendungan Bener, menyisakan sekelumit kisah menegangkan. Di hari ini saja, Kamis (10/2/2022), para aktivis dari berbagai lembaga pendamping warga Wadas mengaku melihat kondisi Desa Wadas masih mencekam. 

1. Desa Wadas jadi seperti kota mati

Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas PurworejoAnggota Polisi berjaga saat warga yang sempat ditahan tiba di halaman masjid Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022) (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Seorang aktivis dari LBH Yogyakarta, Sulaiman berkata, Desa Wadas yang berada di area terdekat penambangan batu andesit hari ini seperti kota mati. Warga yang dilanda ketakutan memilih berdiam di rumah. 

"Bisa dikatakan Wadas sekarang kayak desa mati karena pintu rumah ditutup semua. Sehingga pengiriman logistik belum bisa dikondisikan," kata Sulaiman saat membagikan kesaksiannya di Desa Wadas dalam sebuah diskusi secara virtual, Kamis (10/2/2022).

Baca Juga: Ombudsman Kecam Penangkapan Puluhan Warga Wadas, Sudah Lepas Kontrol

2. Polisi bersenjata lengkap memasuki Wadas

Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas PurworejoWarga beraktivitas di sekitar rumahnya di Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022) (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Sulaiman mengaku, dirinya merupakan salah satu orang yang ikut ditangkap polisi saat kericuhan terjadi pada Selasa dan Rabu kemarin. 

Saat ini ia sudah dilepas oleh Polres Purworejo. Pascakericuhan yang terjadi dua hari kemarin, membuat warga Wadas mengalami trauma. 

Sulaiman bercerita, ketika warga bentrok dengan aparat kepolisian, sekitar 10 truk mengangkut polisi yang bersenjata lengkap masuk ke Desa Wadas. Berdasarkan informasi yang ia terima dari warga setempat, ada pula seekor anjing pelacak yang dikerahkan untuk memburu warga yang menolak pemberian uang ganti rugi. 

"Ada 10 truk polisi masuk dilengkapi senjata lengkap dan info dari warga juga ada satu anjing pelacak. Anjing pelacak inilah yang dilepas oleh warga untuk melacak warga yang ngumpet di hutan. Akhirnya warga langsung bubar dan lari ke hutan," terangnya.

3. Para preman sipil meneror warga Wadas

Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas PurworejoWarga yang tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Alam Desa Wadas (GEMPADEWA) memasang spanduk saat melakukan aksi damai di depan kantor Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak, Sleman, D.I Yogyakarta, Kamis (6/1/2022) (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Ketegangan berlanjut saat sejumlah warga Dusun Kaliwader yang punya lahan tanah di Wadas rupanya diancam bakal ditangkap jika tidak meneken surat persetujuan pemberian kompensasi ganti rugi. Akibat intimidasi tersebut, warga dilanda ketakutan termasuk dirinya.

"Pascadengar info itu kita juga ngumpet karena takut. Saat sembunyi, kita bisa lihat sendiri mobil-mobil mewah masuk ke Desa Wadas ditambah lagi rombongan motor preman yang jumlahnya banyak sekali. Sedangkan di masjid sudah ada ratusan aparat dan preman," ungkapnya. 

Ihwal keberadaan preman yang dimaksud Sulaiman, Sanaul Laely dari perwakikan SP Kinasih pun membenarkan. Rombongan preman yang ia sebut preman sipil itu jumlahnya kurang lebih 20 orang. 

Keberadaan para preman sipil membuat situasi Desa Wadas makin mencekam.

"Saat kejadian kemarin, 20 preman sipil berseliweran dengan mendatangi rumah-rumah warga. Nah, preman sipil waktu itu datang hari Rabu jam sembilan pagi sampai jam lima sore. Imbasnya semua warga yang tinggal di dusun tersebut tidak berani keluar rumah," akunya. 

4. Aktivis bantah warga siapkan senjata untuk lawan polisi

Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas PurworejoWarga yang sempat ditahan polisi bertemu ibunta usai tiba di halaman masjid Desa Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (9/2/2022) (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Ketika kericuhan meletus, Laely adalah pendamping warga Wadas yang kebetulan sedang berada di salah satu rumah di Dusun Randuparang. 

Ia menegaskan tudingan polisi yang menyebut warga membawa senjata tajam tidak benar. Justru pisau yang dijadikan barang bukti oleh polisi merupakan milik warga yang kerap dipakai untuk membuat besek. 

Sedangkan beberapa parang yang diamankan polisi sebenarnya milik warga saat meladang ke sawah.

"Tidak betul bahwa warga bawa pisau dan parang. Karena benda itu punya warga untuk membuat besek dan ke sawah. Jadi bukan senjata yang dipersiapkan menghadang pihak-pihak yang melakukan pengukuran. Dan pisau yang disita itu dipakai warga sehari untuk membuat besek. Yang ada malahan seorang preman sipil nekat mengejar pendamping ke rumah warga. Tapi ada pemuda yang melindungi dengan menjelaskan kalau dia masih satu saudaranya," terangnya.

5. Pemerintah harus pulihkan trauma warga Wadas

Cerita Para Aktivis Pergoki Ratusan Preman Sipil Kepung Desa Wadas Purworejoilustrasi trauma masa kecil (pexels.com/ Polina Zimmerman)

Seorang aktivis Gerakan Masyarakat Pecinta Alam Desa Wadas (Gempadewa), Heronimus Heron mendesak Polri segera menarik mundur personelnya dari Desa Wadas. Sebab, selain membuat warga ketakutan, kedatangan pihak kepolisian telah meneror dan mengancam keselamatan warga. 

"Kita mendesak Polri menarik mundur personel, pulihkan trauma warga dan anak-anak. Serta jangan lagi menebar ancaman bagi warga yang berada di area Desa Wadas," terangnya. 

Baca Juga: Unggah Represi Aparat di Wadas, Akun Instagram LBH Yogyakarta Hilang

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya