Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?

Gerakan Jateng di Rumah Saja efektif kalau warganya disiplin

Semarang, IDN Times - Gerakan Jateng dua hari di Rumah Saja yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mematik reaksi dari beragam kalangan. Bahkan, Psikolog RS Santo Elisabeth Semarang, Probowatie Tjondronegoro mengatakan mestinya pemerintah memberikan pemahaman teknis pelaksanaannya supaya gampang dimengerti oleh setiap warga. 

"Memang butuh kesadaran pada masyarakat. Tapi karena ini wujudnya sebuah peraturan, ya mestinya ada sanksinya. Jika cuma imbauan aja, akan terjadi perilaku yang suka suka gue. Soalnya dengan tren kasus COVID-19 naik berarti masyarakatnya kan banyak belum sadar," ujar Probowatie, saat dihubungi IDN Times melalui sambungan telepon, Selasa (2/2/2021).

1. Aturan Gerakan Jateng di Rumah Saja harus punya definisi yang jelas

Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?Ilustrasi Sekolah dari Rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Probowatie menyatakan sebuah peraturan sebaiknya dirancang dengan jelas agar tidak membingungungkan warga. Apalagi, menurutnya perilaku warga setiap akhir pekan yang sering keluar rumah untuk berekreasi sudah jadi rutinitas sejak lama. 

Pihaknya meminta kepada Gubernur Jateng supaya menjelaskan secara rinci definisi dari gerakan Jateng di Rumah Saja tersebut. Gubernur Jateng juga patut mempertimbangkan resiko yang dihadapi ke depan. 

"Ya harusnya dijelaskan dulu dong definisinya apa kalau gak boleh keluar rumah di hari Sabtu dan Minggu. Terus apa sanksinya kalau melanggar. Dan dilihat juga resikonya," bebernya. 

Baca Juga: Jateng di Rumah Saja, Usulan Ganjar Tekan COVID-19, Kalian Setuju?

2. Para orang tua butuh pemahaman yang jelas

Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?Pexels.com/Andrea Piacquadio

Ia pun mengingatkan Gubernur Jateng supaya hati-hati membuat kebijakan mengingat secara psikologis, seseorang yang dilarang melakukan sesuatu biasanya semakin melakukan pelanggaran. 

"Jadi secara psikologis, kita sebagai orangtua mesti tahu aturan-aturannya kayak apa, definisi Gerakan Jateng di Rumah Saja itu gimana. Sehingga kita bisa jelaskan ketika ketemu anak-anak di rumah. Biar warga yang melakukannya tidak meraba-raba. Orang semakin dilarang yang ada malah semakin melanggar," imbuhnya. 

3. Selama 10 bulan pandemik, banyak keluarga yang mudah tersulut emosinya

Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?Pexels.com/Craig Adderley

Pihaknya menyatakan selama 10 bulan terakhir masa pandemik, jumlah kasus konflik yang terjadi di lingkungan keluarga semakin meningkat. Efek yang dirasakan yakni ketika adanya gesekan konflik ketika ibu dan anaknya berhari-hari beraktivitas di rumah.

"Ketika saya melayani konseling selama masa pandemik, yang sering ditemukan terkait kebingungan yang dialami oleh satu keluarga karena terlalu bosan di rumah. Lalu sekarang orang sering konsultasi karena gampang sensitif dan sering tersulut emosi. Sebab, ada perubahan perilaku terutama hubungan keluarga di rumah. Sering munculnya permasalahn rumah tangga dan perdoalan mengasuh anak. Dua tiga orang selalu minta konsultasi kepada saya setiap minggu," ujarnya. 

4. Pakar Kesehatan Masyarakat anggap Gerakan Jateng di Rumah Saja efektif kalau dilakukan dengan disiplin

Kritik Untuk Ganjar, Psikolog: Jateng di Rumah Saja Sanksinya Apa?Ilustrasi Keluarga (IDN Times/Mardya Shakti)

Sedangkan, hal berbeda diungkapkan Pakar Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip, dr Bagus Wijanarko. Ia menganggap gerakan Jateng di Rumah Saja bisa jadi solusi guna mencegah penularan COVID-19 yang muncul di Jawa Tengah. 

"Dalam konteks pencegahan COVID-19, gerakan tersebut bisa jadi salah satu cara. Sebab, virus Corona yang menular dari manusia ke manusia harus dihambat dengan berbagai cara. Mulai jaga jarak, mengantisipasi kerumunan, mencuci tangan karena tangan bisa ada percikan ludah dan bersin bisa bersinggungan dengan virusnya," ungkap Dosen Jurusan Promosi Kesehatan (Promkes) FKM Undip ini saat dihubungi IDN Times. 

Bagus mengaku optimistis penularan COVID-19 bisa berkurang bila masyarakat berperilaku lebih disiplin dalam mematuhi aturan Gerakan Jateng di Rumah Saja. "Harus ada pemahaman dan kesadaran yang kuat bahwa dengan berdiam diri di rumah dua hari dan jika dilakukan dengan disiplin maka bisa menurunkan kasus penularan COVID-19," tandasnya. 

Baca Juga: 6 Alasan Kenapa Stres Dampak Stres pada Laki-Laki Lebih Parah

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya