Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  

Angkat senjata sejak belia

Semarang, IDN Times- Sanjoto sedang melepas lelah saat ditemui di rumahnya, Jalan Blimbing Raya, Peterongan, Semarang. Siang itu Sanjoto baru saja pulang menghadiri rapat persiapan upacara HUT RI Ke-74 di Gedung Juang 45, Jalan Pemuda. 

1. Peraih empat penghargaan sekaligus dari pemerintah Indonesia

Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  IDN Times/Fariz Fardianto

Sejauh mata memandang, dinding rumahnya dipenuhi ragam fotonya kala masih muda. Salah satunya adalah foto saat ia menerima santunan dana veteran dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

"Saya saat ini menjadi satu-satunya veteran pejuang kemerdekaan yang mendapatkan empat bintang lencana penghargaan dari Pemerintah Indonesia," akunya dengan suara lantang, pada Kamis (15/8).

Baca Juga: Daftar Pahlawan yang Berprofesi Sebagai Jurnalis

2. Angkat senjata sejak usia 12 tahun

Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  IDN Times/Fariz Fardianto

Di usianya yang sudah menapaki angka 89 tahun, Sanjoto masih mengingat jelas setiap momentum kala ikut berjuang merebutkan kemerdekaan Indonesia.

Lahir di Solo pada 1930, Sanjoto mulai ikut angkat senjata sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saat itu ia baru berusia 12 tahun. Sanjoto sudah memutuskan bergabung dengan barisan angkatan muda Indonesia di Solo.

"Angkatan Muda lalu berganti nama jadi BKR. Dari situlah, saya dilatih perang. Saya latihan nya di depo kompi selama tiga bulan," kata pria berpangkat terakhir Kapten CPM tersebut.

Setelah itu, berturut-turut ia aktif memanggul senjata bersama teman-teman sebayanya. "Tepatnya tahun 1942 saya memberanikan diri ikut berperang untuk mengusir tentara Jepang dari Tanah Jawa," sambungnya.

Baca Juga: Kisah Tan Malaka, Sibuk Mengejar Kemerdekaan RI Ketimbang Galau Pacar

3. Mendapat mandat dari Kolonel Gatot Subroto untuk bergerilya ke Wonogiri

Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  IDN Times/Fariz Fardianto

Berbekal pengetahuannya dalam bertempur di jalanan membuatnya kian percaya diri. Di usia masih belia, ia bahkan mendapat perintah langsung dari Panglima Kodam VII Diponegoro saat itu, Kolonel Gatot Subroto untuk gerilya menuju Wonogiri.

"Pangkat saya waktu itu sudah jadi sersan. Malahan sudah punya peleton untuk melaksanakan perang gerilya sesuai perintah Kolonel Gatot Subroto. Area yang saya jelajahi berada di sebelah timur Kabupaten Wonogiri, ya sekitaran daerah Jumapolo," terangnya.

Baca Juga: 4 Pahlawan Indonesia dari Negeri Penjajah

4. Tugas istimewa adalah mengawal Panglima Besar Jenderal Sudirman

Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  revolvy.com

Setibanya di Desa Biting yang tak jauh dari Jumapolo, Sunjoto kembali mendapat mandat dari Gatot Subroto. Perintahnya tak main-main. Ia wajib mengawal Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sedang melancarkan taktik gerilya dengan blusukan ke sejumlah hutan belantara.

"Pas tiba di Desa Biting, saya dapat perintah dari Pak Gatot agar mengawal Jenderal Sudirman untuk melintasi jalan poros Wonogiri-Ponorogo. Akses yang saya tempuh melalui Desa Sidoharjo hingga menembus ke wilayah Jatisrono. Siasat itu kami lakukan agar dapat menghancurkan serangan musuh lewat gerakan bawah tanah," urainya.

Ia pun mengingat bahwa kala itu kondisi sang jenderal besar kelihatan kurang prima. Sudirman dalam keadaan sakit keras. Sebuah kain tebal dibalutkan pada lehernya. Dengan kesehatan yang melemah, Sudirman terpaksa digotong menggunakan tandu melewati jalanan kecil di area hutan.

"Ketika saya ikut mengawalnya, Jenderal Sudirman dalam kondisi sakit keras. Tapi saya akui sosoknya tak pernah pantang menyerah. Termasuk saat bergerilya menembus hutan-hutan dengan jalanan yang sempit. Sekitar dua jam akhirnya kami sampai ke lokasi tujuan," jelasnya.

Atas jasanya mengawal Jenderal Sudirman ke tapal batas Wonogiri, ia mengaku mendapatkan penghargaan berupa tanda jasa Bintang Kartika Eka Paksi. Itu jadi penghargaan yang paling mentereng yang pernah ia raih selama ikut merebut kemerdekaan.

Baca Juga: Kisah Supeno, Sang Gerilyawan yang Jadi Menteri Termuda di Indonesia

5. Juga sempat mengawal Bung Karno dan Jenderal TNI Ahmad Yani

Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  IDN Times/Fariz Fardianto

Selepas masa kemerdekaan, perjuangannya berlanjut dengan mendapat kepercayaan menjadi pengawal Presiden Soekarno jika berkunjung ke Semarang. Kepercayaan itu ia dapatkan sekitar tahun 1957.

"Jadi, kalau presiden ada kunjungan ke Semarang, maka sayalah yang dihubungi untuk dijadikan pengawalnya. Dengan Pak Yani (Jenderal Ahmad Yani) juga sama saja. Ketika masih bertugas di korps Gerakan Banteng Raider (GBR) untuk menumpas pemberontakan DI/TII, saya dijadikan pengawalnya," bebernya.

Lebih lanjut, ia meminta kepada generasi muda untuk meneladani sikap-sikap kepahlawanan yang dilakukan para pejuang kemerdekaan terdahulu. Ia menganggap generasi muda kini memikul tanggung jawab yang berat karena hidup pada era yang serba modern.

"Di pundak kalian, terdapat tanggung jawab yang besar. Maka tunjukanlah semangat juang untuk mengisi kemerdekaan pada masa sekarang. Saya berdoa, semoga di kepemimpinan kalian nanti, tetap jaya negeri ini. Untuk itulah, harus mengawal negara Indonesia. NKRI harus dijaga terus sampai kapan pun," tandasnya.

Baca Juga: Kenang Pahlawan, Warga Lamongan Kibarkan Bendera Raksasa

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya