Musim Kemarau Tiba, Waduk Berubah menjadi Daratan  

Waktunya perbanyak biopori

Semarang, IDN Times- Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Dan Penataan Ruang (DPU SDA TARU) Jawa Tengah menyatakan empat waduk yang berada di wilayahnya kering akibat musim kemarau. Hal itu disampaikan Kepala DPU SDA TARU Jawa Tengah, Eko Yunianto.

"Ada kondisi sejumlah waduk yang sama sekali tidak ada airnya. Mulai Waduk Tempuran. Lalu ada Waduk Sangeh, Waduk Ngancar dan Waduk Botok," ujar Eko, usai diskusi bebas dengan Sindo Trijaya di Noormans Jalan Teuku Umar, Jatingaleh, Rabu (17/7).

1. Air waduk berkurang hingga 73 persen

Musim Kemarau Tiba, Waduk Berubah menjadi Daratan  IDN Times/Gregorius Aryodamar P

Pihaknya saat ini masih memantau dampak kekeringan yang diprediksi akan terjadi dalam waktu lama di sejumlah daerah. Ada 41 waduk yang sedang dimonitoring.

Sejak tiga bulan terakhir, katanya, keterisian air waduk semakin berkurang. "Dari kondisi di lapangan, yang saya tampung di atas 10 juta kubik sekarang terisi 73 persen. Kemudian yang waduk-waduk kecil cuma terisi 63 persen. Ada pula beberapa lokasi lainnya yang kondisinya di bawah perencanaan yang dilakukan oleh kami," terangnya.

Baca Juga: Awal Kemarau, Debit Air di 41 Waduk Menyusut Hingga 24 Persen

2. Warga dilibatkan untuk pantau kelancaran aliran air waduk

Musim Kemarau Tiba, Waduk Berubah menjadi Daratan  ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Pihaknya mengajak warga setempat untuk ikut memantau aliran air waduk agar dapat mengairi saluran irigasi. Menurutnya pemantauan juga dikerjakan di 135 kontrol poin sungai untuk memastikan aliran air dapat merata ke area persawahan.

Saat ini terdapat sembilan waduk di antaranya yang memiliki debit air di atas 10 juta kubik. Kemudian 32 waduk lainnya dengan daya tampung di bawah 10 juta kubik.

Baca Juga: Atasi Kekeringan, Pembangunan Enam Waduk Dikebut

3. Warga diminta kembalikan area resapan air di kampung-kampung

Musim Kemarau Tiba, Waduk Berubah menjadi Daratan  instagram/productivemamas

Eko mengimbau kepada masyarakat untuk mengupayakan pengembalian area serapan air di wilayah perkampungan. Salah satunya dengan memperbanyak biopori. Sehingga ketika kemarau, warga tidak akan kehabisan sumber air.

"Kiita bisa mendorong semuanya. Kalau itu digerakkan massal akan memberikan kontribusi luar biasa. Jadinya curah hujan bisa dimasukan semua ke perut bumi kita. Kita harus bisa mengembalikan aliran dasar itu ke dalam perut bumi. Paling tidak mesti ada formulasi baru untuk diupayakan bareng pemerintah dan lembaga masyarakat," tandasnya.

Baca Juga: Masuki Musim Kemarau, Debit Irigasi di Banyuwangi Mulai Menurun

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya