Pesantren di Semarang Ini Mengajarkan Baca Alquran Braille, Simak Yuk!

Menyelesaikan tiga puluh jus dalam seminggu

Semarang, IDN Times - Lantunan ayat suci Alquran lamat-lamat terdengar dari Masjid Jami Jatisari, Mijen, Semarang. Pelantunnya adalah Ahmad Faizun, seorang tuna netra asal Kebumen. Ayat-ayat suci Alquran itu dilantunkan oleh Faiz, sapaan Ahmad Faizun, dari Alquran braille yang dibacanya.

Faiz merupakan satu dari 60 tuna netra lain yang datang ke Pesantren Ramadan yang digelar oleh Komunitas Sahabat Mata Semarang. Sejak empat tahun lalu, komunitas tersebut menggelar pesantren Ramadan dengan fokus mengajarkan baca Alquran huruf braille.

 

Baca Juga: 5 Kiat Jitu Jaga Semangat Puasa Tetap Membara Sampai Ramadan Terakhir

1. Membaca Alquran braille 30 jus dalam seminggu

Pesantren di Semarang Ini Mengajarkan Baca Alquran Braille, Simak Yuk!IDN Times/Fariz Fardianto

Jauh-jauh datang ke Semarang dari rumahnya di Kebumen, Faiz mengaku ingin memperdalam bacaan Alquran braille. Dia mengaku sudah 10 tahun belajar Alquran braille, namun untuk Ramadan ini Faiz ingin belajar secara khusus di Pesantren Ramadan yang digelar Komunitas Sahabat Mata.  

"Saya datang sendirian naik kendaraan umum. Banyak teman tunanetra yang datang dan ngumpul di sini sehingga sangat memotivasi saya untuk belajar Alquran braille lebih banyak lagi," ujar Faiz saat berbincang dengan IDN Times, Minggu (19/5).

Menurut dia, pesantren ramadan yang diselenggarakan khusus bagi para penyandang tunanetra sangat membantu. Dengan keterbatasan pengelihatan, kata Faiz, tuna netra yang semula tidak bisa membaca Alquran bisa lancar ilmu baca Alquran menggunakan musafal braille.

"Sekarang banyak peserta yang selesai 30 jus dalam seminggu, bahkan kurang dari itu," ujar Faiz.

 

2. Setiap huruf dalam Alquran braille punya tingkat kerumitan berbeda

Pesantren di Semarang Ini Mengajarkan Baca Alquran Braille, Simak Yuk!IDN Times/Fariz Fardianto

Faiz menyampaikan belajar Alquran braille penuh tantangan. Salah satunya, tanda baca pada Alquran braille lebih rumit, berbeda dengan tanda baca huruf braille pada umumnya. 

"Alhamdulillah, selama di sini saya bisa menyelesaikan 30 jus," kata Faiz yang juga asisten guru di SLB Putra Manunggal, Gombong, Kebumen.

Sementara peserta lain, Aisyah, program membaca Alquran huruf braille tersebut sangat membantu tuna netra yang ingin memperdalam bacaan Alquran braille. Menurut Aisyah, Komunitas Sahabat Anak tidak menargetkan bacaan para santrinya karena kemampuan masing-masing santri berbeda-beda.

"Ada yang baru seminggu di sini, tapi sudah selesai membaca 30 jus. Saya sendiri sudah dua minggu, tapi belum selesai membacanya," katanya.  

 

Baca Juga: Tanamkan Kecintaan Anak Terhadap Alquran Sejak Dini

3. Membentuk para tunanetra menjadi pribadi yang tangguh

Pesantren di Semarang Ini Mengajarkan Baca Alquran Braille, Simak Yuk!IDN Times/Fariz Fardianto

Ketua Yayasan Sahabat Mata Semarang, Basuki, mengatakan pihaknya sudah menggelar pesantren Ramadan empat kali di mana setiap tahun jumlah peserta selalu bertambah. Dari 20 peserta pada tahun pertama,  kata Basuki, peserta tahun ini mencapai 60 orang.

"Mereka dari berbagai kota di Jateng dan Yogyakarta. Di sini bukan hanya belajar membaca Alquran, tapi juga memotivasi para tuna netra ini agar bisa menjadi pribadi atau individu yang tangguh dan berdaya," ujar Basuki. 

Basuki mengungkapkan sampai sekarang sekitar 1.000 orang lebih yang sudah mempelajari Alquran braille di Komunitas Sahabat Mata. Dia berharap selama bulan Ramadan para peserta  mampu membangun ketangguhan baik dalam masyarakat maupun keimanan kepada Allah. 

Baca Juga: Rencana Aksi 22 Mei, Gubernur Ganjar: Kita Ngaji Aja, Yuk!

Topik:

Berita Terkini Lainnya