Sawah Seluas 9,676 Hektar Gagal Panen, Petani di Jateng Rugi Rp348 M

Lahan yang puso ada di 26 daerah

Semarang, IDN Times - Musim kemarau yang berkepanjangan telah berdampak luas terhadap lahan pertanian milik para petani di Jawa Tengah.

Ribuan hektar sawah di Jawa Tengah mengalami gagal panen, tak sedikit kerugian yang ditanggung akibat lahan yang puso tersebut. 

1. Lahan yang terkena dampak kekeringan mencapai 61 hektar

Sawah Seluas 9,676 Hektar Gagal Panen, Petani di Jateng Rugi Rp348 MANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Dari data Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP) Jawa Tengah, diketahui jumlah luasan lahan pertanian yang terdampak kekeringan mencapai 61 hektar.

"Lalu yang puso atau gagal panen sepanjang Juli hingga Agustus 2019 kemarin mencapai 9,676 hektar," ujar Kepala BPTPHP Jawa Tengah, Herawati kepada IDN Times, Kamis (3/10).

Baca Juga: Musim Kemarau, 1.682 Hektare Lahan Pesawahan di Jabar Terkena Puso  

2. Potensi produksi pangan yang lenyap mencapai 69.790 ton

Sawah Seluas 9,676 Hektar Gagal Panen, Petani di Jateng Rugi Rp348 MIDN Times/Dhana Kencana

Ia mengungkapkan lahan pertanian yang gagal panen saat ini berada di 26 kabupaten/kota. Ia menuturkan bila dibandingkan tahun 2018 lalu, kondisi yang terjadi saat ini terbilang parah lantaran banyak potensi pangan yang lenyap selama kemarau panjang.

"Perbandingannya dengan tahun lalu, kalau kita hitung total kerugiannya, potensi produksi pangan yang hilang selama kemarau sudah mencapai 69.790 ton atau kerugian yang diderita petani sebesar Rp348 miliar. Sehingga dampak yang dirasakan saat ini lebih luas lagi," kata Herawati.

Lebih jauh, ia menerangkan titik terparah yang terkena kekeringan berada di Kabupaten Grobogan. Sebab di sana terdapat 1.827 hektar lahan mengalami gagal panen.

3. Upayakan petani yang terkena kekeringan dapat bantuan dari pemerintah

Sawah Seluas 9,676 Hektar Gagal Panen, Petani di Jateng Rugi Rp348 Mrikolto.org

Dengan cuaca panas yang muncul selama kemarau, katanya membuat para petani terpaksa berhenti menggarap sawahnya. 

Ada pula petani yang memanen lebih awal dari jadwal yang ditentukan karena khawatir sawahnya kehabisan sumber air.

"Kondisi saat ini memang sumber airnya sudah gak ada. Data yang kita dapatkan di lapangan itu ada 7.000 hektar lahan yang sudah mengering. Jadinya, para petani sekarang sudah tidak bisa menanam lagi. Karena kalau dipaksakan, hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Sumber air dari waduk dan sungai juga habis. Yang biasanya menanam palawija, saat ini tidak bisa dilakukan lagi," tuturnya.

Ia mengimbau kepada petani untuk tetap bersabar sembari menunggu hujan turun yang diprediksi akan terjadi pada November nanti. "Kita akan terus upayakan supaya para petani di 26 daerah yang terkena kekeringan dapat bantuan dari pemerintah," tandasnya.

Baca Juga: Kekeringan Parah, Ribuan Warga Pati Berburu Air ke Sawah dan Waduk 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya