Sepeninggal Mbah Moen, PPP Beri Dua Pilihan Ini bagi Kadernya

Mbah Moen ajarkan cara berpolitik santun

Semarang, IDN Times-KH Maimun Zubair yang akrab disapa Mbah Moen, telah meninggal dunia di Tanah Makkah, Saudi Arabia, Selasa (6/8) kemarin. Kiai kharismatik itu wafat di usia 91 tahun saat menunaikan ibadah haji.

Namun, sosoknya sebagai ulama sepuh mampu menanamkan ajaran politik yang mengakar di tubuh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saat ini, Mbah Moen tercatat masih menjadi Ketua Dewan Majelis Syuro PPP.

1. Mbah Moen ajarkan cara berpolitik yang santun

Sepeninggal Mbah Moen, PPP Beri Dua Pilihan Ini bagi KadernyaANTARA FOTO/Deni Santosa

Setidaknya hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jawa Tengah, Masrukan Syamsurie saat berbincang dengan IDN Times, Rabu (7/8).

"Tentunya kami merasa amat kehilangan figur panutan dengan wafatnya Mbah Moen di Tanah Suci Makkah. Sebab, Mbah Moen tidak hanya sebagai panutan kita semua, tetapi juga sebagai mahaguru yang telah menanamkan ajaran berpolitik dengan etis dan santun bagi para kader maupun simpatisannya yang bergelut di kancah politik nasional," ungkap Masrukan.

Baca Juga: Mbah Moen Akan Dimakamkan Dekat Makam Istri Rasulullah

2. Sejak puluhan tahun ditanamkan ajaran Pancasila yang bernafaskan Islam. Termasuk menghargai perbedaan pendapat

Sepeninggal Mbah Moen, PPP Beri Dua Pilihan Ini bagi KadernyaIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Masrukan mengatakan, Mbah Moen selama puluhan tahun telah menanamkan ideologi Pancasila yang bernafaskan religius dalam tubuh partainya. Satu ajaran yang ia kenang hingga saat ini yaitu menghargai perbedaan pendapat tanpa harus tercerai berai.

Ajaran yang satu ini, katanya pernah diterapkan saat PPP terjadi dualisme kepemimpinan. Satu kubu muncul PPP versi Muhamamd Romahurmuziy, serta sisi lain ada kubu PPP Djan Faridz. 

Ia bilang saat dualisme muncul, anak-anak Mbah Moen pun ikut dalam dua kubu tersebut. Seperti diketahui, Gus Wafi merupakan pendukung setia PPP Djan Faridz sedangkan Gus Yasin yang notabene Wagub Jateng memilih ikut PPP versi Rommy.

"Di lingkungan keluarganya, almarhum juga menanamkan ajaran politik santun, etis namun menghargai perbedaan pendapat. Maka ketika anaknya berada di dua kubu yang berbeda lalu kita bertemu dalam satu forum, tidak ada gontok-gontokan. Ajaran berpolitik inilah yang harus kita teladani," kata Masrukan lagi.

Baca Juga: Sebelum Mbah Moen Meninggal, Hal Ini Terjadi di Makkah

3. Ketua PPP Jateng: Kalau ada kader ikut berpolitik karena pengaruh Mbah Moen, lebih baik berhenti saja

Sepeninggal Mbah Moen, PPP Beri Dua Pilihan Ini bagi KadernyaIDN Times/Fariz Fardianto

Lebih jauh lagi, dengan wafatnya Mbah Moen, pihaknya telah memutuskan dua aturan yang harus ditaati oleh para kadernya. Ia menyatakan, salah satu pilihan harus diambil oleh kadernya agar mesin politik PPP tetap berjalan pasca wafatnya Mbah Moen.

"Saya sudah menekankan kalau ada kader ikut PPP karena kagum dengan sosok Mbah Moen, maka sebaiknya berhenti saja (sebagai kader). Tapi kalau dia ikut PPP karena mengabdi untuk lambang Ka'bah, maka kita lanjutkan perjuangan politiknya," ujarnya.

Baca Juga: Duit Suap Rp250 Juta untuk Rommy Malah Dipakai Pengurus PPP Nyaleg

4. PPP sudah terbiasa ditinggalkan ulama-ulama sepuh

Sepeninggal Mbah Moen, PPP Beri Dua Pilihan Ini bagi KadernyaIstimewa

Ia berkata PPP sudah terbiasa kehilangan figur ulama panutan sejak reformasi meletus tahun 1998 silam. Saat itu, menurutnya banyak kiai sepuh yang keluar dari PPP karena ingin membentuk partai baru. Hal serupa juga terjadi dengan meninggalnya Mbah Moen.

"Kita udah terbiasa kok ditinggalkan sama ulama-ulama panutan. Jauh saat reformasi kondisi PPP juga sama. Toh kita tetap eksis sampai sekarang. Untuk itulah, walaupun Mbah Moen sudah meninggal, kita sudah terbiasa. Gak perlu khawatir," paparnya.

Baca Juga: Kisah Mbah Moen, Berkelana Lintas Negeri & Buat Kitab Rujukan Santri

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya