Walah! Jateng Cuma Sediakan Dana Air Bersih Rp100 Juta, Alasannya Kayak Gini

Alokasi dana air bersih menyusut drastis

Semarang, IDN Times - Penyediaan air bersih ternyata tahun 2022 tidak lagi menjadi prioritas bagi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah. Betapa tidak, berdasarkan pengakuan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, anggaran untuk bantuan air bersih selama tahun ini cuma digelontorkan Rp100 juta. 

1. Kemarau basah jadi alasan pengurangan dana air bersih

Walah! Jateng Cuma Sediakan Dana Air Bersih Rp100 Juta, Alasannya Kayak GiniIlustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Kepala Bidang Penanganan Darurat, BPBD Jateng, Dikki Ruli menuturkan, penyediaan dana air bersih tahun ini berkurang drastis karena mempertimbangkan perubahan cuaca yang mana saat ini merupakan musim kemarau basah. 

"Sedari tahun 2020 kan kemarau basah. Jadinya permintaan air juga tidak banyak. Beda sama pas kemarau kering," katanya, Selasa (9/8/2022). 

Baca Juga: Kemarau Basah Terjadi Sampai November, 3 Daerah di Jateng Ekstra Waspada

2. BMKG sebut kemarau basah sebabkan suhu udara berubah cepat

Walah! Jateng Cuma Sediakan Dana Air Bersih Rp100 Juta, Alasannya Kayak GiniKepala BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno menunjukkan pergerakan awan hujan yang terpantau dari citra satelit milik BMKG. (IDN Times/Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang)

Berdasarkan keterangan BMKG, kemarau basah merupakan kondisi cuaca yang terik namun juga diselingi dengan turunnya air hujan dengan intensitas yang tinggi ketika memasuki sore maupun malam hari. 

Kepala Stasiun BMKG Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno mengungkapkan kepada IDN Times bahwa kemarau basah pada tahun ini telah menyebabkan perubahan suhu udara yang sangat cepat. 

Ia mencontohkan, seringkali suatu wilayah mengalami panas pada pagi dan siang hari. Akan tetapi hujan intensitas sedang sampai lebat tiba-tiba turun dengan durasi yang lama saat menjelang malam hari. 

"Kondisi yang terjadi akhir-akhir ini yang kita prediksi sebagai kemarau basah. Tidak melulu panas sepanjang hari. Hanya saja ada kalanya pada jam tertentu juga terjadi hujan deras. Maka banyak warga yang bertanya-tanya mengapa saat kemarau tapi kok tetap turun hujan. Siklus cuaca inilah yang sebenarnya patut diwaspadai karena bisa mengganggu kesehatan," terang Sutikno. 

3. BPBD klaim tak ada warga Jateng yang minta distribusi air bersih

Walah! Jateng Cuma Sediakan Dana Air Bersih Rp100 Juta, Alasannya Kayak GiniIlustrasi air bersih (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Dikki menyampaikan adanya kemarau basah juga membuat permintaan pengiriman air bersih di sejumlah daerah menjadi berkurang. 

Ia mencatat, jika pada tahun 2020 jumlah air bersih yang disalurkan kepada warga Jateng sebanyak 34 juta liter. Namun jumlahnya berkurang saat memasuki tahun 2021 kemarin yakni sebanyak 334 ribu liter air bersih. 

Selanjutnya, selama Januari--Juli 2022, Dikki mengklaim tak ada satupun warga yang meminta pengiriman air bersih.

"Untuk tahun ini belum ada permintaan air bersih dari daerah yang mengalami kekeringan," terangnya.

4. Kemarau basah bikin permintaan air bersih minim

Walah! Jateng Cuma Sediakan Dana Air Bersih Rp100 Juta, Alasannya Kayak GiniIlustrasi droping air bersih.(doc.istimewa)

Oleh karenanya, ia beralasan pengurangan dana air bersih di tahun ini cukup logis. BPBD Jateng menyatakan alokasi dana air bersih tahun 2020 yakni masih Rp600 juta, tahun 2021 dikurangi menjadi Rp120 juta dan memasuki tahun 2022 dikurangi lagi menjadi Rp100 juta.

"Tahun ini kita alokasikan Rp100 juta untuk distribusi air bersih seluruh Jawa Tengah, sebelumnya sampai Rp600 juta karena tahun ini kemarau basah dan minimnya permintaan air bersih," pungkasnya. 

Baca Juga: Wagub Jateng Rangkul Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Berantas Stunting

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya