Pengusaha Pertashop di Solo Raya Mengeluh Bisnisnya Sepi: Dampak Harga

Imbas fluktuasi harga Pertamax yang cepat berubah

Surakarta, IDN Times - Paguyuban Pengusaha Pertashop Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengakui adanya kelesuan dalam penjualan Pertashop. Hal tersebut menguap saat musyawarah cabang DPC Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng DIY, di Solo, Kamis (2/3/2023).

1. Bisnis Pertashop mengalami kelesuan.

Pengusaha Pertashop di Solo Raya Mengeluh Bisnisnya Sepi: Dampak HargaMuscab Paguyuban Pengusaha Pertashop Soloraya. (IDN Times/Larasati Rey)

Dalam acara tersebut, Ketua Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng DIY, Gunadi Brotosudarmo mengatakan, para mitra PT Pertamina (Persero) mengeluhkan bisnis Pertashop yang lesu imbas fluktuasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM), khususnya pada jenis Pertamax.

Padahal, menurutnya, bisnis Pertashop hanya boleh menjual Pertamax, yang bukan merupakan jenis BBM nonsubsidi. Sementara itu, selisih harga Pertamax dengan Pertalite--sebagai BBM subsidi--cukup jauh sehingga menyebabkan disparitas harga yang dinilai memberatkan.

"Kelesuan Pertashop ini sebenarnya bukan hanya karena produk Pertalite. Tapi lebih pada disparitas harga. Kalau disparitas harga antara Pertalite dengan Pertamax tidak tinggi, tingkat kecurangan penyaluran Pertalite saya kita tidak begitu tinggi juga," ungkapnya Kamis (2/3/2023).

Baca Juga: Sudah 1.207 Pertashop di Jateng dan DIY, Mau Investasi? Ini Rinciannya

2. Beberapa pengusaha Pertashop gulung tikar

Pengusaha Pertashop di Solo Raya Mengeluh Bisnisnya Sepi: Dampak HargaPertashop di Banjarsari,Solo. Dok/Pertamina.

Berdasarkan data Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng DIY, terdapat 240 titik Pertashop di wilayah Solo Raya. Sebagian besar berada di Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta,

Gunadi mengakui jika saat ini pengusaha Pertashop masih bertahan melanjutkan bisnis tersebut. Meski demikian, ada juga beberapa titik yang memilih gulung tikar lantaran beratnya biaya operasional untuk bisnis Pertashop.

"Sebenarnya, asal Pertalite tidak dijual bebas di eceran, itu kami masih bisa jalan. Nah, barang subsidi tapi dijual kembali kan sebenarnya tidak boleh," jelasnya.

3. Pertalite eceran mematikan Pertashop

Pengusaha Pertashop di Solo Raya Mengeluh Bisnisnya Sepi: Dampak HargaIlustrasi BBM Pertalite. (Dok. Pertamina)

Menurut, Gunadi, imbas disparitas harga harusnya segera diselesaikan oleh Pertamina dan Pemertinah. Ia menjelaskan, jika selisih harga antara Pertamax dan Pertalite ditentukan tetap dikisaran Rp 2 ribu, Pertashop masih bisa mempertahankan bisnisnya.

Pada kenyataannya di lapangan, harga Pertamax naik dan mengakibatkam selisih harga dengan Pertalite cukup jauh. Kondisi diperparah dengan banyaknya Pertalite yang dijual eceran, sehingga hal itu ikut dikeluhkan pengusaha.

"Ini membuat Pertashop seperti dianaktirikan. Padahal Pertashop itu legal, mitra Pertamina. Kami hanya ingin kebijakan yang sudah ada selama ini, ya dijalankan. Karena kebijakan yang ada intinya masalah monitoring penyaluran BBM jenis Pertalite. Ini kan sudah ada aturannya. Tapi sayangnya sampai saat ini, baik dari pemerintah maupun Pertamina, belum sepenuhnya menjalankan aturan yang ada," jelasnya.

4. Meminta aspirasinya didengar pemerintah

Pengusaha Pertashop di Solo Raya Mengeluh Bisnisnya Sepi: Dampak HargaIlustrasi layanan Pertashop di Banjarsari, Solo. (IDN Times/Larasati Rey)

Gunadi menyebutkan, dengan dibentuknya paguyuban DPC Surakarta, para pengusaha Pertashop di Solo Raya berharap aspirasinya bisa diterima Pertamina dan pemerintah.

Hal itu dikarenakan kelesuan bisnis Pertashop sudah makin terasa dan meresahkan pengusaha. Pihaknya juga meminta kepada pemerintah untuk menegakkan aturan mengenai peredaran BBM bersubsidi.

"Hanya saja aturannya saja tolong ditegakkan. Sebenarnya kami juga bukan meminta aturan baru (soal peredaran BBM bersubsidi). Kami cuma minta suara kami didengarkan," pungkasnya.

Baca Juga: Mencari Tambahan untuk Menghidup-hidupi Pertashop

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya