Pakar ITB: Nusantara Terancam Tenggelam Karena Dampak Efek Rumah Kaca

Kembalikan kearifan lokal

Kudus, IDN Times - Forum Kalen bersama dengan STIBI Syeh Jangkung Pati menggelar diskusi yang bertemakan Nusantara tenggelam di Pukwe belakang DPRD Kudus, Rabu (22/1/2020). Sebagai pemateri adalah Pakar Geodesi dan Geomatika ITB Dr. Heri Andreas. 

1. Nusantara terancam tenggelam sebentar lagi

Pakar ITB: Nusantara Terancam Tenggelam Karena Dampak Efek Rumah KacaIDN Times/Aji

Pada diskusi itu, membahas tentang ancaman Nusantara sebentar lagi akan tenggelam. Heri mengatakan, semuanya itu berawal dari banyaknya pembakaran fosil, akibatnya kandungan Co udara yang meningkat dan dampak dari efek rumah kaca.

Heri pakar Geodesi dan Geomatika menjelaskan bahwa suhu di dunia saat ini meningkat hingga dua derajat. Dampak kenaikan suhu itu air laut akan meningkat, karena kutub di dunia mencair.

"Kenaikan permukaan laut di Indonesia ini mencapai 1 cm . Sehingga pada akhirnya pesisir ini akan berpotensi tenggelam," ungkap dia.

2. Banjir dan rob bakal sering terjadi di wilayah Indonesia

Pakar ITB: Nusantara Terancam Tenggelam Karena Dampak Efek Rumah KacaIDN Times/Aji

Menurutnya, dampak dari hal tersebut banjir dan rob dimana-mana. Seperti di Jakarta, Semarang, Pekalongan, hingga di Demak. Daerah itu, sering terjadi banjir dan rob.

"Ketika ditanggul pun robnya datang lagi. Karena permukaan air laut terus naik," lanjut dia.

Hal tersebutlah menjadi ancaman bencana yang luar biasa bagi manusia. Bahkan kerugian konsekuensi mencapai Rp 1.000 triliun.

Oleh karena itu, dirinya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk kembali mencintai dan melestarikan alam. "Kita dapat melakukan upaya pengurangan potensi bencana wilayah pesisir melalui program subsidence trade dan crown funding," ungkapnya.

3. Kembalikan kearifan lokal

Pakar ITB: Nusantara Terancam Tenggelam Karena Dampak Efek Rumah KacaNoeha_creation

Sementara itu, Sekda Kudus Sam'ani Intaktoris yang hadir mengatakan konsep diskusi tersebut merupakan konsep yang luar biasa. Terlebih di Kudus juga pernah terjadi banjir dan tanah longsor pada tahun 2014 silam.

Sam'ani meminta kepada masyarakat untuk mengembalikan upaya kearifan lokal. Kearifan lokal yang dimaksud adalah menggunakan belik atau air sendang.

"Dulu pohon itu dikeramatkan. Itu sebenarnya kearifan lokal. Perlu dipupuk. Desa-desa untuk mengembalikan menabung air," tandasnya.

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya