Fenomena Tanah Bergerak di Purbalingga, Ini Penjelasan Pakar Unsoed
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Purbalingga, IDNTimes – Bencana tanah bergerak di Dusun Pagersari Desa Tumanggal Kecamatan Pengadegan Kabupaten Purbalingga terbilang massif. Sebanyak 165 rumah terdampak, 36 di antaranya rusak. Ratusan warga mulai dari anak-anak hingga manula mengungsi. Bagaimana penjelasan ahli geologi atas fenomena alam tanah gerak di Pagersari?
Baca Juga: 710 Warga Mengungsi Akibat Tanah Bergerak di Purbalingga
1. Ahli geologi Unsoed observasi lokasi bencana
Koordinator Bidang Bencana Geologi Pusat Mitigasi Unsoed, Dr Indra Permanajati, menjelaskan, tanah bergerak di Dusun Pagersari tak lepas dari intensitas hujan yang tinggi dan kondisi tanah dusun setempat.
Indra mengatakan, Dusun Pagersari memiliki karakter tanah lempung berpasir dengan dasar batuan. Ketika hujan turun, muka air tanah tertahan batuan sehingga naik. Kenaikan muka air tanah memicu elemen pasir pada komposisi tanah berpasir bergerak. Pergerakan ini juga memicu pergeseran tanah.
2. Sumber mata air mendadak bermunculan
Hal ini pula yang menjelaskan kenapa mendadak muncul mata air di beberapa permukiman warga. Mata air mengucur dari tebing dan menggenangi rumah warga.
Satu di antaranya di rumah Karsini (52) warga RT 17 Dusun Pagersari. Air mulai mengucur sekitar pukul 20.00 WIB hari Rabu (2/12/2020) dan masuk ke rumah melalui dapur. Pada Kamis (3/12/2020) pukul 04.00 WIB, dinding dapur rumahnya ambruk.
Editor’s picks
"Muncul mata air di beberapa tempat. Jadi sementara yang bisa kami simpulkan tanah sedang berproses, bergerak walaupun lambat," kata Indra usai mengamati tanah gerak di Desa Tumanggal, Jumat (4/12/2020).
3. Rumah bisa dihuni setelah pergerakan tanah berhenti
Tanah di Pagersari memang terus bergerak. Hali ini tampak dari rekahan tanah yang semakin lebar dari waktu ke waktu.
Indra menjelaskan, kecepatan pergerakan tanah sangat bergantung pada intensitas hujan. Semakin tinggi intensitas hujan, maka semakin cepat pergerakan tanahnya.
"Makanya masyarakat diimbau untuk dievakuasi. Nanti kalau kecepatannya sudah turun bisa ditempati lagi," katanya.
Indra menambahkan, beberapa rumah masih layak dihuni. Namun, rumah yang berada di atas tanah dengan tingkat kemiringan tinggi perlu tindakan khusus. Jika tidak, rumah itu bisa tertimpa material longsor dari tebing di belakangnya.
"Ada 11 segmen yang agak terjal, jadi nanti perlu rekayasa mitigasi supaya lebih aman dari longsor,” ucapnya.
Jika melihat retakan tanahnya, tampah membujur dari barat ke timur. Karena itu arah pergerakan tanah dan longsor ke utara. Hal ini perlu dipahami bersama agar upaya mitigasi bisa efektif dan efisien.
Baca Juga: Banjir Melanda 7 Desa Purbalingga, 100 Orang Diungsikan ke Gedung SD