4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin Terkikis

Ekstraksi air tanah pemicu muka tanah ambles

Banjir yang menerjang Kota Semarang dua kali berturut-turut pada Februari 2021 memiliki persoalan yang kompleks. Banjir yang sering melanda Ibukota Jateng itu salah satunya dipicu area tutupan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bringin Ngaliyan yang terkikis akibat pembangunan perumahan yang sangat masif. 

Fakta tersebut terkuak dalam sebuah diskusi bertajuk Banjir di Semarang, Faktor Alam atau Buatan yang disiarkan di YouTube IDN Times, pada Rabu (5/5/2021). 

Dalam diskusi tersebut, seorang peneliti lembaga riset Maleh Dadi Segoro (MdS), Bagas Yusuf Kausan dan Budi Prakosa selaku Sekretaris Bappeda Kota Semarang bergantian memaparkan hasil kajiannya untuk menyibak bencana banjir yang kerap jadi momok bagi warga Semarang.

 

1. Bencana banjir bulan Februari jadi momen terburuk di Semarang

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisDiskusi bertajuk Banjir Semarang Faktor Alam atau Buatan yang digelar IDN Times. IDN Times/Fariz Fardianto

Bagas Yusuf Kausan, peneliti lembaga Maleh Dadi Segoro menganggap meski banjir sering melanda Semarang puluhan tahun lamanya, akan tetapi momentum yang krusial terjadi selama medio bulan Februari 2021 kemarin. 

Sebab hanya dalam kurun waktu yang berdekatan, wilayah Semarang bagian bawah diterjang banjir hampir di semua titik. Peristiwa banjir pertama pada tanggal 5-7 Februari melanda 42 titik serta kejadian kedua tanggal 23 Februari tercatat melanda 19 titik. 

"Waktu banjir pertama bulan Februari lokasi yang terdampak di 42 titik. Dampak yang paling terasa pada moda transportasi. Juga ada banyak keluarga terkena banjir. Dan ada lima orang meninggal. Kemudian banjir 23 Februari ada di 19 titik dengan ketinggian 20-30 sentimeter," terangnya.

"Dari banjir dua kali di bulan Februari ini banyak diskusikan di media sosial. Pihak pemerintah telah mendepolitisasi momen banjir di Semarang dengan mengaitkan pompa yang tidak berfungsi serta cuaca yang ekstrem. Maka dua hal itu yang dianggap menimbulkan dampaknya. Misalnya banjir akan selesai dengan normalisasi sungai atau dengan tol laur Semarang-Demak," sambungnya.

Baca Juga: Kawasan Industri dan Perumahan di DAS Picu Banjir di Semarang 

2. Netizen soroti masalah tutupan lahan area DAS yang memicu banjir di Semarang

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisLogo Twitter (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Tapi menariknya lagi, dirinya mencermati adanya kicauan para netizen yang menyoroti banjir di Semarang bukan dengan menyalahkan curah hujan dan pompa. Melainkan netizen ada yang menyebut banjir dipicu masalah pada penggunaan ruang hijau di kawasan DAS serta pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga memicu amblesan tanah di Semarang bawah. 

Ia mengapresiasi apa yang telah disoroti oleh netizen termasuk ketika sangat teliti melihat perubahan ruang hijau di area DAS yang hany berdampak pada keuntungan segelintir orang.

Suara nyinyir netizen yang selama ini dinilai memperburuk suasana, saat bencana banjir melanda Semarang justru netizenlah yang jadi motor penggerak untuk membuka mata semua orang. 

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang dikenal melek media sosial juga menangkap cuitan netizen yang kritis dengan cara pandang yang berbeda. 

"Netizen yang dikonotasikan buruk ternyata pas banjir Semarang kemarin banyak yang mengeluhkan persoalan politis di Semarang. Nyatanya netizen bisa mempengaruhi cara pandang pemerintah seperti yange dilakukan Ganjar Pranowo. Netizen punya pengaruh yang besar untuk memperluas pengaruh dalam penanganan banjir di Semarang," terangnya. 

3. Ekstraksi air tanah di Semarang mencapai 79 persen

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisPeneliti Maleh Dadi Segoro memaparkan temuannya yang sinkron dengan cuitan netizen. IDN Times/Fariz Fardianto

Bagas dan rekan-rekan sesama peneliti yang telah mengkaji persoalan banjir Semarang menyatakan bahwa sudah terjadi perubahan DAS yang sangat masif sejak dekade 1980'an.

Dalam peta yang ditunjukan Bagas tampak kawasan aliran sungai yang awalnya rimbun, perlahan terkikis hingga bentuk tutupan lahannya yang berkurang drastis. 

"Artinya wilayah Semarang makin lama makin sedikit tutupan lahannya. Kami juga mencatat banjir yang rutin terjadi sampai 2001 silam. Bahkan, dalam publikasi yang kita lakukan diketahui aktivitas penduduk Semarang sangat bergantung pada ekstraksi air tanah, jumlahnya 79 persen. Lalu 48 persen dalam bentuk air tanah dalam dan sisanya air tanah dangkal," paparnya.

4. Ketergantungan ekstraksi air tanah jadi biang kerok permukaan tanah ambles

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisBanjir kawasan Simpang Lima Kota Semarang. Dok. MIK Semar

Ia mensinyalir jika ekstraksi air tanah yang dilakukan selama ini menajdi salah satu penyebab yang membuat muka tanah di Semarang jadi ambles. Bahkan kejadian amblesan berkaitan dengan resiko peningkatan banjir. "Yang paling tinggi resikonya karena ada perubahan ruang DAS Bringin. Ini akibat efek pembangunan perumahan Bukit Semarang Baru atau BSB," cetus pria yang menggalang dana bersama teman-temannya lewat kitabisa.com saat meneliti banjir di Semarang tersebut. 

5. Bappeda akui harus layani keinginan warga urban yang tinggal di Semarang

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisSekretaris Bappeda Kota Semarang memaparkan pembentukan wilayah Kota Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sedangkan, Budi Prakosa, Sekretaris Bappeda Kota Semarang mengakui dengan derasnya arus urbanisasi yang terjadi saat ini membuatnya harus mengakomodir keinginan masyarakat yang ingin mendapatkan hunian di Kota Atlas. 

Pihaknya mencatat sebagai kota metropolitan, populasi penduduknya ada perbedaan sinifikan. Pada siang hari mencapai 2,5 juta jiwa dan saat malam hari 1,8 juta jiwa. 

"Kami harus membuat kebijakan yang efektif dan variabel ekonomis. Soalnya wilayah Semarang dari sisi geologi struktur tanah memang berada di zona larangan. Tapi urbanisasi yang semakin padat menambah beban pada kawasan tersebut. Pada konteks rencana pemanfaatan dan data RTRW yang dirancang untuk tahun 2011-2031, jumlah populasi penduduk sangat berkolerasi pada kebutuhan ruang. Maka mau tidak mau kita harus alokasikan. Pergerakan penduduk urban ini yang perlu kita layani kebutuhan infrastrukturnya baik perumahan maupun kebutuhan perkotaan lainnya," ungkapnya.

6. Bappeda mengklaim Semarang satu-satunya yang punya Perda Drainase

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisAwan hitam menggantung diatas Sungai Banjir Kanal Barat Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Meski begitu, pihaknya mengklaim lewat Perda Nomor 7 Tahun 2014 membuat Kota Semarang jadi satu-satunya daerah yang punya aturan resmi pengelolaan sistem drainase. 


Soal banjir yang kerap menghantui warga Semarang saban tahun, dirinya berdalih jika selama ini sudah melakukan konsep penanganan banjir. 


"Semarang kan punya pengelolaan drainase dari Perda Nomor 7 Tahun 2014. Kayaknya kita satu-satunya yang punya perda drainase. Kita juga membagi drainase beberapa bagian. Mulai drainase sistem Mangkang, sistem barat, sistem tengah, sistem timur. Dan itu melintang sampai ke Ungaran," ungkapnya.

7. Beginilah sejarah singkat terbentuknya Kota Semarang

4 Penyebab Banjir Melanda Semarang, Salah Satunya DAS Bringin TerkikisBappeda Kota Semarang menyatakan dalam peta purba, wilayah Semarang mentok sampai di Sam Poo Kong. IDN Times/Fariz Fardianto

Secara kajian morfologi, pesisir Jateng utara yang semula memiliki Selat Muria, diketahui bila Kabupaten Demak dulunya masih berupa lautan. Dari peta purba yang ia peroleh juga disebutkan kalau Klenteng Sam Poo Kong awalnya berada di bibir pantai dengan kondisi wilayah sekitarnya berupa Teluk Garang dan Bukit Bergota. 


Ketika melihat peta Semarang dari tahun 1847-1991 silam, katanya ada perubahan garis pantai Semarang yang dinamis. Tempo dulu menara Syahbandar berada di Sleko Jembatan Berok. Kemudian Semarang punya dua kanal sungai. Masing-masing Kanal Barat dibangun 1915 yang dimanfaatkan membendung agar aliran Gunung Ungaran agar tidak masuk kota. 


Selanjutnya Kanal Timur yang dibangun pemerintahan Hindia Belanda sekitar 1909 juga berfungsi hampir sama. Maka dalam perkembangan zamannya, warga Semarang tumbuh dan tinggal di wilayah perairan termasuk di sepanjang jalan Deandels. 


"Memang ada pertumbuhan penduduk di wilayah garis pantai. Maka otomatis ada perubahan fungsi lahan. Ada kawasan yng dulunya lahan pertanian, dimanfaatkan jadi kawasan penduduk. Wilayah Semarang bawah terbentuk dari sedimentasi aliran Gunung Ungaran maupun laut. Usia sedimennya sudah ratusan tahun," paparnya. 

Baca Juga: Hari Air Sedunia, Peneliti Patungan Telusuri Sebab Banjir di Semarang 

Topik:

  • Bandot Arywono

Berita Terkini Lainnya