Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam Manusia

Untuk masa depan, selamatkan gajah! 

Gajah dan manusia adalah dua spesies yang secara tidak langsung membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup. Namun, konflik antara keduanya sering terjadi dan menimbulkan kerugian. Gajah-gajah beberapa kali masuk ke pertanian atau wilayah manusia, sedangkan manusia membatasi habitat alami gajah bahkan tidak segan membunuhnya untuk mempertahankan tanaman pertanian mereka.

Hal tersebut menjadi salah satu pemicu kepunahan spesies gajah dapat terjadi. Sangat penting untuk mengatasi masalah itu dengan memperhitungkan kebutuhan masyarakat juga memastikan kelangsungan hidup gajah secara seimbang. Diperlukan upaya berkesinambungan dan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan, seperti memberikan edukasi dan sosialisasi pentingnya gajah bagi ekosistem.

1. Melihat populasi gajah di Dunia

Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam ManusiaIlustrasi populasi gajah (pexels.com/Taryn Elliott)

Gajah merupakan hewan darat terbesar di Dunia dengan berat dewasa bisa mencapai 4--6 ton. Namun, ukuran mereka menjadikannya target perburuan liar. Sejarah mencatat mamalia terbesarlah yang paling berisiko diburu manusia. Gajah diburu untuk diambil gading, belalai, bahkan dagingnya.

Ada dua spesies gajah, yaitu Gajah Afrika (Loxodonta africana), dan Gajah Asia (Elephas maximus). Jumlah populasi Gajah Afrika sepuluh kali lebih banyak daripada Gajah Asia. Tetapi, jumlah itu adalah sebagian kecil dari jumlah keseluruhannya di masa lalu. Berdasarkan data Our World in Data, populasi Gajah Afrika menurun 98 persen sejak tahun 1500.

Tahun 1500 ada sekitar 25 juta gajah, dan kemudian turun menjadi 10 juta di tahun 1900. Penurunan berlanjut, di mana tahun 1979 menjadi 1,3 juta, dan pada pertengahan 1990-an menjadi 300 ribu ekor gajah. Selama beberapa dekade terakhir, konservasi di beberapa negara berhasil memulihkan populasi gajah menjadi lebih dari 470 ribu di tahun 2008, tetapi juga sejalan dengan tingkat perburuan liar. Diperkirakan ada sekitar 12 gajah mati untuk setiap 100 gajah hidup di Afrika.

Tahun 2015 tersisa sekitar 415 ribu ekor Gajah Afrika, dan 40-50 ribu Gajah Asia.

2. Kepunahan gajah meningkatkan karbon di atmosfer

Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam ManusiaIlustrasi gajah makan (unsplash.com/Ana Frantz)

Studi baru yang diterbitkan Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada 23 Januari 2023, menyatakan kepunahan gajah dapat meningkatkan karbon di atmosfer yang bisa memperbesar pemanasan global. Penelitian itu dilakukan oleh Fabio Berzaghi, François Bretagnolle, Clémentine Durand-Bessart, dan Stephen Blake dari Universitas Saint Louis, Amerika.

Di dalam hutan, ada jenis pohon dengan kerapatan karbon rendah (kayu ringan) dan pohon dengan kerapatan karbon tinggi (kayu berat). Pohon dengan kerapatan karbon rendah tumbuh cepat dan menjulang untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon dengan kerapatan karbon tinggi tumbuh lambat, membutuhkan lebih sedikit cahaya matahari, dan merupakan pohon yang dapat menyimpan karbon lebih banyak.

Baca Juga: SiPetani, Pesan Antar Tanaman Online Tanpa Bayaran Demi Mandiri Pangan

3. Gajah ikut meregenerasi pohon di hutan

Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam ManusiaIlustrasi Gajah Sumatra. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Gajah lebih banyak memakan daun dari pohon berkayu ringan, sehingga membantu populasi pohon kayu berat meningkat. Selain itu, gajah membantu menyebarkan benih pohon kayu berat yang dilepaskan melalui kotorannya, karena tidak rusak setelah melewati ususnya. Hal itu membuat hutan mampu menyimpan karbon lebih banyak melalui pohon.

Namun, jika gajah punah, diperkirakan hutan hujan Afrika yang merupakan hutan hujan kedua terbesar di dunia, akan kehilangan 6--9 persen kemampuannya untuk menangkap karbon di atmosfer. Kehilangan gajah berarti kehilangan keanekaragaman hayati hutan, bahkan mengancam mitigasi perubahan iklim.

4. Upaya mengatasi kepunahan gajah

Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam ManusiaIlustrasi kepunahan gajah (pexels.com/Katie Hollamby)

Selama ribuan tahun, gajah telah diburu oleh manusia. Dilansir The Guardian, Firaun Mesir Tutankhamun dimakamkan sekitar tahun 1323 SM dengan sandaran kepala dari gading. Sementara di dekat Suriah gajah dimusnahkan untuk diambil gadingnya pada tahun 500 SM. Penurunan populasi gajah juga dikarenakan kebutuhan lahan atau ruang bagi manusia.

Faktanya, gajah merupakan hewan dilindungi hukum nasional dan internasional. Beberapa diantaranya adalah perjanjian internasional CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dengan Elephant Trade Information System (ETIS) untuk melindungi sekaligus melacak perdagangan satwa liar seperti gajah. Adapun UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan PP Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Namun, banyak juga pelaku yang memanfaatkan celah dari aturan tersebut, bahkan mampu mengelabui aparat penegak hukum.

5. Langkah untuk melestarikan gajah

Kepunahan Gajah Bikin Emisi Karbon Naik, Mengancam ManusiaIlustrasi gajah sumatra (elephas maximus sumatranus). (Prayugo Utomo/IDN Times)

Masalah gajah terancam punah perlu segera ditangani, termasuk oleh pembuat kebijakan terkait perlindungan satwa dan konservasi. Beberapa upayanya yaitu:

  • Memastikan gajah memiliki habitat alami yang cukup
  • Membatasi aktivitas manusia yang dapat merugikan gajah
  • Mengurangi permintaan produk satwa liar untuk menekan perdagangan liar
  • Mendukung dan berpartisipasi dalam perlindungan satwa liar, tetapi bukan dengan cara memiliki ataupun mengoleksi satwa tersebut.

Nyatanya, pernyataan semua orang menyukai gajah tidak bisa menghentikan laju perburuan liar. Sulit rasanya membayangkan dunia tanpa gajah. Yuk, lindungi gajah dan satwa lainnya untuk masa depan lingkungan yang lebih baik.

Baca Juga: Gajah Sekar di Bonbin Semarang Meninggal, Cuaca Ekstrem jadi Alasan

Hanna Ridha Photo Community Writer Hanna Ridha

“If you're overthinking, write. If you're underthinking, read.”

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya