TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Perempuan Pengendara Motor, Hapus Stereotip dan Lampaui Gender

Mereka menemukan kebahagiaan mengendarai motor

Ilustrasi Gautama Sisters mengendarai motor Royal Enfield. (Dok. Royal Enfield)

Semarang, IDN Times - Peringatan Hari Perempuan Internasional rutin dirayakan setiap tahun pada tanggal 8 Maret. Untuk diketahui, Hari Perempuan Internasional sudah diperingati sejak awal tahun 1900-an dan pada waktu Perang Dunia I, pada tanggal itu diputuskan sebagai peringatan Hari Perempuan Sedunia untuk seluruh Dunia.

1. Perempuan suka mengendarai motor

Ilustrasi perempuan bersama motor Royal Enfield. (Dok. Royal Enfield)

Banyak hal telah berubah bagi perempuan sejak kejadian-kejadian di tahun 1900. Saat ini, banyak aktivitas, profesi dan hobi yang dilakukan dengan penuh semangat dan tidak berdasarkan gender. Salah satu kegiatan yang banyak diminati perempuan adalah mengendarai sepeda motor. Kegiatan itu menjadi sarana untuk eksplorasi, ekspresi dan kebebasan, serta pengalaman yang membebaskan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari.

Dari catatan Royal Enfield, secara Global, rasio pengendara perempuan ke laki-laki adalah 1:5. Untuk Indonesia, lebih dari 30 persen pengendara sepeda motor adalah perempuan. Angka tersebut terus bertumbuh.

Sepanjang sejarah, banyak wanita telah berhasil mematahkan stereotip, menunggangi sepeda motor, menaklukan jalanan dan merasakan pure motorcycling. Salah satunya Winifred “Winnie” Wells.

Baca Juga: HERSHARE 2023, Upaya Memperkuat Peranan Perempuan di Dunia Pasar Modal

2. Perempuan Australia jadi legenda

Ilustrasi Winifred “Winnie” Wells mengendarai motor Royal Enfield tahun 1950. (Dok. Royal Enfield)

Satu hari setelah Natal tahun 1950, Winnie yang kala itu berusia 22 tahun, berkendara sejauh 5.504 mil sepanjang Australia. Ia mengendarai Royal Enfield Bullet 350cc dari Perth ke Sydney dan kembali ke Perth. 

Dengan saddlebags dan koper yang diikat ke sepeda motornya, Winnie pergi selama 15 hari, berkendara sejauh 366 mil per hari melalui rute yang dipenuhi semak-semak, bebatuan serta segel tar. Perjalanannya tidak mudah, apa lagi dirinya sempat terluka di hari kedua perjalanan. Namun ketekunan dan tekadnya memungkinkan Winnie untuk terus berkendara dan menyelesaikan perjalanannya dan sejak itu dikenal sebagai legenda.

Semangat Winnie untuk bermotor masih berlanjut, yang kini mana makin banyak pengendara perempuan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Antara lain adalah Phopira dan Gaytama Sisters.

3. Bermotor menenangkan pikiran

Ilustrasi Phopira mengendarai motor Royal Enfield. (Dok. Royal Enfield)

Phopira, yang bernama lengkap Phopi Ratna Agustin, merupakan musisi dan pegawai negeri sipil (aparatur sipil negara/ASN) dari Bandung, Jawa Barat. Ia gemar bepergian dan mengunjungi lokasi-lokasi indah di Indonesia dengan mengendarai Royal Enfield Meteor 350 berwarna Fireball Yellow. Destinasi favoritnya di antaranya adalah hutan dan pegunungan, di mana ia menikmati keindahan alam untuk menenangkan pikiran.

Phopira percaya bahwa dengan mengendarai sepeda motor adalah kegiatan yang dapat dinikmati oleh siapa pun, tidak peduli usia maupun gender. Ia mengajak sesama wanita penggemar sepeda motor untuk percaya diri dalam mengendarai sepeda motor, menikmati perjalanan dan berteman dengan orang baru sepanjang perjalanan mereka.

4. Jangan takut mengendari motor

Ilustrasi Gautama Sisters mengendarai motor Royal Enfield. (Dok. Royal Enfield)

Gautama Sisters terdiri dari Diandra, Cassandra dan Verrandra. Mereka adalah tiga bersaudara Gautama yang bertalenta di bidang mereka masing-masing. Mengikuti jejak ayahnya, Diandra menjadi seorang pembalap nasional yang telah menggemari dunia otomotif sejak duduk di bangku SMP. Lalu, mewarisi sisi seni sang ayah, Cassandra berprofesi sebagai seorang fotografer. Sedangkan Verrandra, yang terinspirasi oleh masakan sang ibu, memilih untuk melanjutkan karier sebagai seorang chef.

Dengan profesi dan minat yang beragam, satu kesamaan yang dimiliki ketiga saudara itu adalah semangat untuk mengendarai sepeda motor, yang datang dari sang ayah yang merupakan penggemar otomotif. Bagi mereka, mengendarai sepeda motor memberikan sensasi adiktif yang tidak didapatkan pada kegiatan lain. 

Ketiganya merasakan adrenalin saat berkendara dan menganggap mengendarai sepeda motor sebagai kegiatan untuk menghilangkan stress. Sebagai pengendara perempuan, mereka mengajak sesama pengendara perempuan lainnya untuk tidak takut dalam menemukan hobi, minat dan keterampilan baru, untuk bisa bebas melakukan hal-hal yang memberikan kebahagiaan bagi diri masing-masing.

Baca Juga: Kisah Perempuan di Kelistrikan, Garda Depan Layanan Transmisi Semarang

Berita Terkini Lainnya