Ciri-ciri Kamu Produktif atau Jadi Toxic Productivity, Ini 3 Solusinya
Waspada, kamu harus bisa membedakannya, lho!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
“Mumpung lagi di rumah terus, kenapa gak melakukan sesuatu yang produktif?”
Pemikiran tersebut pastinya selalu terbesit di kepalamu. Bahkan sering terjadi apalagi pada masa pandemik COVID-19 yang sudah hampir lebih dari satu setengah tahun. Jadi, kamu selalu merasa, ketika kamu berleha-leha di rumah, banyak waktu malah justru terbuang sia-sia. Ya, gak? Makanya, kamu memilih untuk melakukan hal-hal produktif dalam satu hari sekaligus. Kayak belajar bahasa asing, mengerjakan berbagai macam project, atau meeting terus tanpa henti.
Dengan begitu, kamu mengira apa yang kamu lakukan itu produktif? Belum tentu, lho. Sebab, batasan yang jelas antara menjadi produktif dan toxic productivity--dan barangkali, kamu mengalami jenis produktivitas yang kedua itu--.
Ingat, kamu harus mengetahui dan memahami tanda-tanda kalau kamu mengalami toxic productivity. Umumnya, toxic productivity sebenarnya istilah lain dari overworking, workaholic, dan kata-kata yang menggambarkanmu sebagai pribadi yang terlalu banyak bekerja sehingga mengesampingkan istirahat.
“Toxic productivity itu memunculkan rasa bersalah kalau tidak mengerjakan sesuatu. Ujung-ujungnya, mengalami burnout yang membahayakan kesehatan, dan itu harus dihindari,” kata Psikolog dari aplikasi Riliv, Graheta Rara Purwasono, M.Psi dalam keterangan tertulisnya.
Pada kondisi tersebut, kamu akan merasa tidak ada quality time bersama teman dan keluarga buatmu—apalagi, waktu untuk me-time—karena terlalu sibuk untuk bekerja setiap saat. Jangan khawatir! Selalu ada solusi untuk segala permasalahan, termasuk toxic productivity. Simak 3 caranya berikut ini.
Baca Juga: 5 Cara Efektif Atasi Burnout Buat Kamu dan Perusahaan, Kerja Nyaman!
1. Bikin batasan yang jelas
Ketika pekerjaan adalah satu-satunya hal yang berputar dalam pikiranmu, maka sulit untuk memikirkan hal lain yang sama pentingnya. Apa contohnya? Mendapatkan istirahat yang berkualitas, atau menghabiskan waktu bersama keluarga terkasih.
Nah, kamu bisa menentukan batasan yang mengubah mindset-mu dari yang hanya memikirkan pekerjaan ke hal-hal lain yang berarti dalam hidup. Seperti:
- Tidak boleh bekerja selama tiga jam tanpa diselingi break
- Harus quality time dengan keluarga di minggu ini
- Harus tidur cukup selama 8 jam setiap hari.
Editor’s picks
Baca Juga: Kenali 7 Jenis Meditasi ini Biar Gak Bingung, Ada Cinta Kasih Lho