TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Tindakan Orangtua saat Anak Jadi Korban Bullying

Berikan dia dukungan emosional

ilustrasi anak jadi korban bullying (pexels.com/Kindel Media)

Intinya Sih...

  • Penindasan atau bullying marak terjadi di kalangan anak-anak, berdampak negatif pada kesejahteraan fisik, emosional, dan mental.
  • Orang tua perlu berkolaborasi dengan sekolah untuk menangani kasus bullying anak, memberikan perlindungan yang kuat dan solusi efektif.
  • Dukung anak secara emosional, ajarkan penanganan konflik yang efektif, pantau perubahan perilaku dan emosi sebagai tanda dampak bullying.

Saat ini penindasan atau bullying sedang marak terjadi di kalangan anak-anak, baik itu penindasan secara langsung maupun tidak langsung. Penindasan atau bullying masih menjadi masalah serius yang sangat berdampak negatif pada kesejahteraan anak-anak, lho. Bullying dapat menimbulkan dampak buruk dan jangka panjang bagi anak-anak.

Selain dampak fisik dari penindasan, anak-anak juga mungkin mengalami masalah kesehatan emosional dan mental, seperti depresi dan kecemasan. Oleh karena itu, ketika anak menjadi korban bullying, peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan dukungan dan perlindungan. Berikut ada enam tindakan yang dapat diambil oleh orang tua ketika anak menjadi korban bullying.

1. Komunikasikan dengan pihak sekolah

ilustrasi berdiskusi (pexels.com/Christina Morillo)

Langkah pertama yang perlu diambil adalah segera menghubungi sekolah untuk mendiskusikan masalah tersebut secara rinci. Ini merupakan langkah awal yang penting dalam menangani situasi bullying yang dihadapi anak, karena sekolah merupakan lingkungan tempat dia menghabiskan sebagian besar waktunya.

Dalam berkomunikasi dengan sekolah, penting untuk membangun kolaborasi yang kuat dengan staf sekolah, termasuk guru, konselor, dan staf administrasi, untuk mencari solusi yang efektif dalam penanganan kasus bullying ini. Hal ini melibatkan berbagi informasi yang relevan tentang pengalaman anak serta komunikasi yang terbuka antara pihak orang tua dan sekolah. Selain itu, kolaborasi ini juga bertujuan untuk memberikan perlindungan yang kuat kepada anak, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

2. Dengarkan dia dengan penuh perhatian dan empati

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Berikan waktu yang cukup untuk mendengarkan setiap detail dari ceritanya dengan penuh perhatian dan empati tanpa melakukan interupsi apapun. Tunjukkan pada dia bahwa kamu benar-benar memahami perasaannya dan apa yang dia alami dengan cara memberikan perhatian yang tulus dan menunjukkan rasa empati yang mendalam terhadap situasi yang sedang dia hadapi.

Mendengarkan dia bercerita menjadi momen penting di mana dia akan merasa didengar dan dipahami sepenuhnya, sehingga menciptakan ruang untuk dia merasa nyaman dalam berbagi dan membuka diri tanpa rasa takut atau malu terhadap orang tuanya. Dan pastikan juga bahwa hal itu bukanlah kesalahannya.

Baca Juga: 3 Alasan Membiasakan Anak untuk Bangun Pagi, Meningkatkan Empati 

3. Berikan dia dukungan emosional

ilustrasi anak jadi korban bullying (pexels.com/Kindel Media)

Sangat penting untuk memastikan bahwa dia merasa didukung secara emosional dan merasakan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya. Berikan dia apresiasi dan pujian atas keberaniannya dalam berani membuka diri dan berbagi pengalaman yang pastinya sangat sulit atau menyakitkan.

Katakan juga padanya bahwa dia tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini, dan kamu sebagai orang tua akan selalu berada di sampingnya untuk memberikan dukungan, bimbingan, dan perlindungan yang dia butuhkan dalam menghadapi situasi sulit ini. Hal ini juga bisa jadi kesempatanmu untuk memperkuat ikatan emosional antara kamu sebagai orang tua dan dia sebagai anak. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

4. Berikan contoh perilaku yang baik

ilustrasi ibu dan anak (freepik.com/tirachardz)

Sebagai orang tua, memberikan contoh yang baik bagi anak-anak sangatlah penting. Apalagi dalam mengelola konflik dan menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif. Hal ini melibatkan perilaku yang santun dan penuh pengertian, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif tanpa perlu menggunakan kekerasan atau intimidasi sebagai solusinya.

Dengan menjadi contoh yang baik, kamu mengajarkan kepada anak-anak bahwa konflik adalah bagian alami dari kehidupan, dan dia dapat menghadapi hal tersebut dengan cara yang dewasa dan bertanggung jawab. Tunjukkan kepada dia strategi komunikasi yang efektif, seperti mendengarkan dengan penuh perhatian, mengekspresikan pendapat dengan jelas dan sopan, serta mencari solusi yang memuaskan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan demikian, karakternya akan terbentuk dan ia akan menjadi individu yang baik dan berperilaku positif dalam kehidupan.

5. Ajarkan dia strategi penanganan konflik

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Anna Shvets)

Ajarkan dia dalam mengatasi situasi bullying dengan mengajarkan strategi penanganan konflik yang efektif. Hal ini mencakup pengelolaan emosi, dan peningkatan rasa percaya diri. Bantu dia mengenali dan mengelola emosinya dengan cara yang sehat, seperti mengidentifikasi perasaannya, mengekspresikan emosi secara positif, dan menemukan cara untuk meredakan stres atau kecemasan yang mungkin muncul.

Lalu, dorong dia untuk membangun rasa percaya diri dengan mengakui kelebihan dan potensi yang dimilikinya. Ajarkan juga dia untuk tidak ragu mencari bantuan dari orang dewasa yang dapat dipercaya, seperti guru, konselor sekolah, atau anggota keluarga, ketika dia menghadapi situasi yang sulit atau memerlukan dukungan.

Verified Writer

Meyendah Lestari

You cant spell LOVE without V

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya