TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dalang Muda Sindhunata dari Semarang, Mendekatkan Wayang dengan Generasi Milenial

Ora kenal wayang ora sayang

Dalang muda Sindhunata Gesit Widiharto sedang menampilkan pertunjukkan wayang kulit (Instagram/@sindhunata_gw)

Semarang, IDN Times - Lahir sebagai orang Jawa dan besar di lingkungan keluarga yang mencintai kebudayaan Jawa membentuk Sindhunata Gesit Widiharto menjadi seorang dalang di usia muda. Cerita itu bermula ketika sang ayah kerap mengundang pakeliran wayang kulit setiap malam Jumat Kliwon sejak tahun 1991 hingga sekarang. 

Baca Juga: Pakar Sastra Jawa Unnes: Bahasa Jawa Sudah Melintasi Zaman Dengan Caranya Sendiri

1. Sindhu lahir di keluarga pecinta budaya Jawa

Dalang muda Sindhunata Gesit Widiharto asal Kota Semarang (Instagram/@sindhunata_gw)

Saat lahir di tahun 1996, pria yang akrab disapa Sindhu itu turut luruh menikmati tontonan itu baik secara langsung maupun dari rekaman kaset video. Namun, tidak sekadar turut menonton pakeliran wayang kulit, dari aktivitas itu muncul kecintaan Sindhu yang lain yaitu mendalang.

Saat berusia empat tahun, Sindhu kerap menggunakan gantungan pakaian milik ibunya untuk bermain wayang. Hal itu diketahui oleh sang ayah, Soehartono Padmo Soemarto yang notabene pemilik Teater Lingkar di Kota Semarang.

‘’Dari situ saya kemudian dibelikan wayang kardus oleh bapak. Nggak sampai sehari, wayang itu sudah remuk. Akhirnya, bapak belikan saya wayang kulit yang asli dan saya mulai belajar ndalang sejak kelas 4 SD,’’ ungkapnya kepada IDN Times, Jumat (4/11/2022).

Meskipun bukan keturunan dalang, pria kelahiran Semarang, 10 Januari itu belajar mendalang dengan guru-guru dalang yang dikenal oleh sang ayah. Ia pun juga mendatangi satu per satu dalang kondang untuk belajar.

2. Ingin nguri-uri dan ngurip-urip budaya Jawa

Dalang muda Sindhunata Gesit Widiharto sedang menampilkan pertunjukkan wayang kulit (Instagram/@sindhunata_gw)

‘’Karena dalang ini kan biasanya keturunan, sedangkan di keluarga saya tidak ada yang jadi dalang. Sempat bingung juga, tapi pernah ada kyai sepuh yang bilang saya ini ada trah ketujuh dalang dari Jawa Timur,’’ tuturnya.

Tidak ambil pusing soal keturunan dalang, bungsu dari tiga bersaudara ini terus menekuni profesi yang ia cintai dengan menempuh pendidikan S1 jurusan Pedalangan di ISI Surakarta. Lulus sebagai sarjana, Sindhu langsung melanjutkan S2 di program studi Penciptaan Teater dan kini ia tengah mengenyam pendidikan S3 program studi Penciptaan Teater di ISI Surakarta untuk meraih gelar Doktor.

‘’Motivasi saya memilih profesi dalang di zaman sekarang ini karena ingin ngugemi welinge simbah-simbah (memegang nasehat orang tua) dulu, bongso sing ageng iku sing ngregani kabudayan, yen wong Jowo ya nguri-uri lan ngurip-urip budaya Jowo (negara yang besar itu yang menghargai kebudayaan, kalau orang Jawa yang harus melestarikan dan menghidupkan budaya Jawa),’’ kata Sindhu.

Menghidupkan budaya Jawa dilakukan Sindhu dengan terjun langsung menjadi dalang sejak dari usia muda.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

‘’Saya nggak menampik dengan kehadiran budaya luar karena yang namanya kesenangan tidak bisa dipaksa, tapi tradisi warisan budaya bangsa jangan ditinggalkan. Gamelan, ketoprak, wayang orang silakan tetap ditonton,’’ ujarnya.

3. Menampilkan pertunjukkan wayang kulit yang lebih luwes

Dalang muda Sindhunata Gesit Widiharto sedang menampilkan pertunjukkan wayang kulit (Instagram/@sindhunata_gw)

Sindhu pun punya cara untuk mendekatkan wayang kulit dengan generasi muda milenial maupun Z. Yakni, dengan memasukkan materi-materi yang akrab dengan anak muda sekarang dalam skenario pertunjukkan wayangnya. Misalnya, menyisipkan musik KPop atau dangdut koplo yang saat ini tengah digemari masyarakat tanpa mengubah pakem wayang kulit.

‘’Dalang sekarang sudah paham kok kalau penontonya ga paham dengan bahasa yang ndakik-dakik (terlalu tinggi). Kalau bilang wayang terlalu klasik mungkin yang ditonton dalang yang sepuh dan taat pakem. Padahal nggak semua dalang begitu. Sekarang pun nonton wayang juga bisa dari Youtube,’’ katanya yang juga mengunggah aktivitasnya sebagai dalang wayang kulit di saluran Youtube Sindhunata GW itu.

Sindhu pun kerap melakukan riset terkait kesenian apa yang disukai anak muda zaman. Kemudian, mengkolaborasikan dan membuat pertunjukkan wayang kulit lebih luwes dan disukai oleh masyarakat segala usia termasuk anak muda. Sebab, menurut dia dalam seni tidak ada yang benar atau salah.

‘’Saya senang terjun ke dunia yang digemari anak-anak muda saat ini. Kemudian, itu saya bawa dalam skenario cerita saya supaya lebih dekat dengan kalangan tersebut. Sebab, saya ingin menyasar pasar anak-anak muda agar senang dengan wayang. Yen ora kenal wayang kan ora sayang,’’ kata Sindhu.

Baca Juga: 7 Rahasia Awet Muda Tanpa Biaya, Generasi Milenial Wajib Tahu

Berita Terkini Lainnya