TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bekas Ajudan Jenderal Sudirman Hidup Pas-pasan di Rumah Singgah Aidit

Sanjoto pernah menjadi pengawal Soekarno dan Ahmad Yani

Sanjoto saat menunjukan kondisi rumahnya kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Dok Humas Pemprov Jateng

Semarang, IDN Times - Meski sudah berusia sangat renta, tapi gaya bicara Sanjoto masih tegas. Memorinya tak pernah pudar saat menceritakan kembali perjalanan hidupnya selama menjadi perwira militer di masa pergolakan kemerdekaan Indonesia.

Sanjoto yang tinggal di Jalan Belimbing, kawasan Peterongan, Semarang itu berkata dialah yang dulu menjadi pengawalnya Panglima Besar Jenderal Soedirman.

Baca Juga: Kisah Sanjoto, Pengawal Jenderal Sudirman, Soekarno dan Ahmad Yani  

1. Sanjoto berjasa jadi pengawal Jenderal Soedirman di Wonogiri

Jenderal Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TNI oleh Presiden RI Soekarno (Website/opac.perpusnas.go.id)

Ketika pertempuran melawan tentara kolonial Belanda meletus, ia bertugas mengawal perjalanan sang jenderal besar yang sedang ditandu oleh pasukannya.Hutan belantara ia lalui. Sampai akhirnya ia melewati jalur poros Wonogiri-Ponorogo.

"Saya pernah ditugaskan untuk mengawal Panglima Besar Jenderal Soedirman. Saat itu ditandu untuk menyeberang jalan poros Wonogiri-Ponorogo. Itu di jalan banyak tentara Belanda, sampai aman hingga Jenderal Besar Soedirman bertemu Bung Karno," aku kakek 90 tahun tersebut, saat menerima kunjungan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Rabu (19/8/2020).

Selain itu, pria yang punya pangkat terakhir Kapten CPM tersebut juga punya karir militer sebagai pengawal Presiden Soekarno dan Jenderal Ahmad Yani.

2. Sanjoto hidup tanpa kejelasan. Saat ini tinggal di rumah persembunyian DN Aidit

Sanjoto menunjukan foto kenang-kenangannya kepada Ganjar. Dok Humas Pemprov Jateng

Perjalanan hidup Sanjoto masih berlanjut tatkala memasuki pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Ia mengaku status kepemilikan rumahnya tak kunjung mendapat kejelasan. Bahkan, sejak mengurus hak atas rumahnya tahun 2004 hingga kini hasilnya masih nihil.

"Saya hanya ingin, rumah ini menjadi tempat berlindung saya menikmati masa tua bersama keluarga," katanya.

Sanjoto mengatakan rumahnya saat ini punya rekam sejarah yang penting bagi republik. Rumahnya dulu pernah dipakai untuk tempat persinggahan pimpinan CC Partai Komunis Indonesia (PKI), Dipa Nusantara Aidit.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Baca Juga: Miliki Buku DN Aidit, Komunitas Vespa di Probolinggo Diperiksa Polisi

3. Ketika pertama kali dihuni, rumah singgah DN Aidit rusak parah. Masih ada sisa peta pengikut Aidit

D.N. Aidit (kanan) dan Mayjen TNI Wilujo Puspujodo (kiri) bersama Presiden Sukarno setelah penganugerahan Bintang Mahaputera Kelas III di Istana Merdeka, Jakarta, 13 September 1965. (Perpusnas RI).

Dikisahkan olehnya bahwa ketika mendapat perintah untuk melakukan penggrebekan di rumah itu, ia tidak menemukan DN Aidit. Kondisi rumah saat itu rusak parah, dan ada peta di dinding yang ditujukan bagi pengikut DN Aidit untuk kabur.

"Setelah itu, saya kan tinggal di hotel. Karena saya Perwira, jadi tinggal di hotel. Komandan saya kemudian memberikan rumah itu kepada saya. Rumahnya rusak parah, kemudian saya dandani (perbaiki) dan tempati sejak tahun 1969," bebernya.

Rumah yang ditempati Sanjoto memang jauh dari kata layak. Meski sudah ditembok, namun sering bocor saat hujan. Beberapa bagian atap sudah ambrol dan temboknya retak-retak.

Baca Juga: Temui Ganjar, Rudy Katakan November 2020 Solo Siap Belajar Tatap Muka

Berita Terkini Lainnya