TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Demi Hidupi Dua Putrinya, Rastum Punguti Sampah di Sungai Setiap Hari

Rumah pompa dioptimalkan atasi banjir di Semarang

Rastum saat membersihkan sampah di aliran sungai Kali Tenggang Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Deru mesin hidrolik begitu memekakan telinga saat berada di rumah pompa Kali Tenggang Semarang. Tepat pada bagian bawahnya, semburat air sungai mengucur deras dari empat pipa besar yang terpasang di rumah pompa tersebut.

Tak jauh dari rumah pompa, Rastum terlihat sibuk mengendalikan perahu pontonnya sembari memunguti sampah-sampah yang menggenangi permukaan sungai. Tampak permukaan sungai yang dipenuhi sampah berubah menghitam dengan lumpur yang mengendap di dalamnya.

Bau yang menyengat tidak membuatnya bergidik. Pun ketika ia tak jijik memungut satu persatu sampah yang menumpuk di sungai. 

"Kalau pas musim hujan kayak gini, banyak sampah yang masuk ke Kali Tenggang, Mas. Repotnya kalau ada tumpukan eceng gondok sama popok bayi. Bisa menyumbat rumah pompa," aku pria 35 tahun tersebut saat ditemui IDN Times, Kamis (19/11/2020).

 

Baca Juga: Cegah Banjir Semarang, Maksimalkan Rumah Pompa dan Normalisasi Sungai 

1. Rastum jadi tukang pembersih sungai untuk hidupi kedua putri kesayangannya

Hampir setiap hari Rastum rela punguti sampah agar rumah pompa tidak tersumbat. IDN Times/Fariz Fardianto

Untuk menghidupi kedua putrinya yang masih sekolah, Rastum sudah lima tahun lebih melakoni pekerjaan sebagai tukang pembersih sungai di rumah pompa Kali Tenggang. Si bungsu masih sekolah SMP. Sedangkan si bontot baru menginjak kelas empat SD. 

"Anak-anak di rumah masih kecil, butuh makan dan mereka harus tetap sekolah. Makanya waktu diajak teman kerja bersihin sungai, saya langsung mau. Awalnya saya bersihin sungai di dekat Terboyo. Terus lama-kelamaan digeser ke sini sampai sekarang," ujar pria bertubuh pendek tersebut.

2. Rastum kerja 12 jam sehari. Tempat istirahatnya di kolong jembatan

Sebuah ponton yang dinaiki Rastum penuh dengan tumpukan sampah. IDN Times/Fariz Fardianto

Dibawah teriknya matahari dan saat hujan lebat mengguyur, ia saban hari rutin mengarungi sungai sampai beberapa meter dengan memakai sebuah perahu ponton. 

Ia bilang kondisi yang berat kerap ia temukan tatkala hujan lebat mengguyur Ibukota Jateng. Tak jarang air sungai meluber hingga ke daratan. Atau tepatnya di bawah kolong jembatan yang sering ia pakai untuk istirahat ketika bekerja membersihkan sungai selama 12 jam.

"Saya kerjanya kan dari pagi sampai jam delapan malam. Di sini paling banyak itu ya sampah plastik. Tapi kalau hujan deras, kadang ada kasur lipat yang hanyut sampai kemari. Itu sudah banget ngambilnya. Kan penuh air, ngangkatnya keatas perahu lumayan berat. Soalnya kalau kasurnya gak diambil bisa nyumbat pompa sungainya. Itu pernah kejadian dua tahun lalu," katanya.

3. Ada tiga pembersih sungai di rumah pompa Kali Tenggang

Aktivitas membersihkan sungai jadi hal yang vital untuk mencegah banjir di Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto
Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Sampah yang menumpuk di pontonnya biasanya langsung diangkut memakai motor bak Tossa untuk dibuang di lokasi pembuangan sampah kawasan industri Terboyo di Kaligawe.

Rastum merupakan satu dari tiga tukang pembersih sungai yang dikerahkan oleh pengelola rumah pompa Kali Tenggang setiap musim penghujan tiba. 

Rastum dan teman-temannya mendapat upah saban bulan hampir setara dengan UMR Kota Semarang. 

4. Sampah yang memenuhi rumah pompa Kali Tenggang bikin petugas kewalahan

Deretan pipa berfungsi membuang banjir di Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Sedangkan, Wisnu Enggar Jati, koordinator petugas operator rumah pompa Kali Tenggang, mengakui bahwa banyak sampah yang hanyut ke Kali Tenggang sering membuatnya kewalahan. 

"Sehari semalam kita pakai Tossa bisa bolak-balik sampai 25 kali buat angkut sampah di Kali Tenggang. Sangat melelahkan, ya mau gimana lagi. Soalnya tim dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) meminta kita bersiaga 24 jam menanggulangi resiko banjir selama musim hujan," bebernya.

Total ada tujuh personelnya yang dikerahkan guna mengoptimalisasi sistem penanggulangan banjir di wilayah Kali Tenggang. Jam kerjanya terbagi tiga shift. 

Lokasinya berkerja di rumah pompa Kali Tenggang menjadi titik sentral sebagai tempat pengendali banjir untuk wilayah Gayamsari, Pedurungan, Muktiharjo, Medoho dan daerah lainnya di Kecamatan Semarang Timur.

Ia telah diminta tak boleh lengah sedikitpun. Mesin pompanya yang dioperasikan non stop bisa membuang air 1.000 meter kubik per detik.

Meski begitu, ia pun harus pintar-pintar menyiasati ketika mesin hidroliknya ngadat atau pipa pompanya mengalami kebocoran.

"Mesin pompa hidroliknya memang sering ngadat. Wajar saja kan mesin kalau dihidupin terus terusan pasti juga rusak. Maka kita harus bisa mengakalinya. Pipa pembuangan air yang bocor juga harus kita tambal," katanya lagi.

Baca Juga: Protokol Kesehatan di Semarang Kendor, 203 ASN Diisolasi

Berita Terkini Lainnya