TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Dosen Akpol yang Ahli Tangani Trauma Korban Bencana Gunung Api

Indra juga dipercaya jadi pelatih BNPB

Indra Dwi Purnomo, Dosen Psikolog Unika Soegijapranata yang ahli tangani trauma korban bencana gunung berapi. (Dok Humas Polda Jateng)

Semarang, IDN Times - Banyaknya masyarakat yang menerobos masuk ke titik rawan erupsi Gunung Semeru untuk sekedar selfie mematik perhatian Indra Dwi Purnomo M.Psi Psikolog. Sebagai seorang ahli pemulihan trauma korban bencana gunung berapi, Indra paham betul bahwa dilakukan orang-orang yang mengambil foto di jalur erupsi Semeru merupakan tindakan yang ceroboh.

Bagi Indra, perilaku orang yang seenaknya selfie di lokasi bencana apalagi jalur erupsi Gunung Semeru jadi tindakan yang sebaiknya tidak dilakukan ditengah kesedihan dan kepedihan yang dialami para pengungsi.

"Saya rasa empati masyarakat perlu ditingkatkan karena berpoto di area erupsi dengan kondisi korban masih butuh pemulihan psikis, jadi itu tindakan yang sangat tidak tepat. Karena warga yang kena dampak erupsi yang dijadikan obyek, padahal mereka sedang tidak bahagia," kata Psikolog Univeritas Katolik Soegijapranata Semarang tersebut saat berbincang dengan IDN Times via telepon, Sabtu siang (18/12/2021).

Baca Juga: Kisah Sumy Hastry Berjibaku Periksa Gigi dan DNA Jenazah Korban Erupsi Semeru

1. Manusia harus pakai kecerdasan intelektual dan emosional saat berada di lokasi bencana

Warga mencari sisa barang dari rumahnya yang hancur akibat erupsi gunung Semeru di desa Supiturang, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Ia yang punya pengalaman panjang memulihkan mental para pengungsi Gunung Merapi dan Gunung Sinabung tersebut berkata dukungan moriil antar sesama umat manusia menjadi jurus yang ampuh agar proses recovery korban bencana bisa dilakukan dengan cepat.

Menurutnya apa yang dilakukan orang-orang yang berfoto ria di jalur erupsi Semeru malah menghambat proses recovery tersebut. Orang yang gemar selfie, kata Indra juga menjadi sosok yang egois dan hanya sekedar mementingkan kebahagiannya sendiri.

"Maka saya sarankan, kita sebagai manusia yang terlahir dengan kecerdasan intelektual dan emosional mestinya bisa memakai dua hal itu. Kan kita gak tahu kalau tiba-tiba muncul lahar di situ, yang rugi malah mereka sendiri. Hentikan menonton lokasi bencana karena di situ bukan tempat wisata," tegas pelatih tim reaksi cepat PB BNPB Wilayah Barat dan Timur ini.

2. Recovery korban bencana alam sering terbentur keyakinan warga

Para polwan Polda Jateng ikut pulihkan mental anak korban erupsi Semeru. (Dok Humas Polda Jateng)

Indra menuturkan proses recovery bagi korban bencana alam sebenarnya bisa dilakukan lebih cepat ketimbang korban akibat kasus yang dibuat oleh manusia. Ketika dirinya menangani pemulihan mental korban erupsi Gunung Merapi, tantangan yang dihadapi berkaitan dengan keyakinan yang dianut warga lokal.

Ia mengatakan keyakinan dan kultur warga lereng Merapi sangat mempengaruhi kelancaran pemulihan mental pasca erupsi. Dibutuhkan pula peran aktif tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat sehingga menjadikan saran yang mereka sampaikan sebagai alat yang manjur memberikan pengertian mengenai bahaya erupsi.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Tantangan selama ini selalu terkait daya lentur pikiran warga yang masih belum terbangun. Akhirnya ketika evakuasi belum ada hambatan yang menyulitkan di lapangan. Saya sendiri sangat bersyukur ketika melihat perkembangan masyarakat di lereng Merapi yang semakin sadar terhadap bahaya bencana letusan gunung berapi. Warga lereng Merapi sekarang punya komunitas yang komunikasinya pakai HT," ujar pria yang bekerja sebagai Dosen Psikologi Forensik Akpol Semarang tersebut.

Pun demikian dengan pemulihan mental pengungsi Gunung Sinabung. Ia menganggap peran serta pemerintah sangat dibutuhkan agar pengungsi mampu survive pada masa mendatang. 

3. Pemulihan mental bisa dilakukan dengan relaksasi bagi korban anak hingga dewasa

Pexels/Elly Fairytale

Pemulihan mental korban bencana juga harus dilakukan secara bertahap. Mulai mengajak korban anak-anak, dewasa dan orang tua untuk melakukan relaksasi agar rileks dan ikhlas kehilangan harta benda dan anggota keluarganya hingga tahapan-tahapan trauma healing lainnya.

Menurut Indra pemulihan mental bagi korban bencana harus cepat dilakukan agar kondisi psikologis korban tidak makin parah. Misalnya pada erupsi Semeru, para korban berada pada tingkat acute stress traumatic disorder atau gangguan stres akut akibat trauma. Indra menambahkan, korban bencana biasanya rentan akan suara gemuruh atau sirine. 

"Pemulihan trauma secara cepat bisa menghindarkan mereka agar terkena gangguan stress pasca trauma. Pertolongan pertama psikologis ini dilakukan untuk menstabilkan kondisi psikologis warga terdampak bencana khususnya wanita dan anak-anak," bebernya.

"Recovery yang perlu dilakukan paling penting yaitu kita harus berusaha maksimal memberikan rasa aman bagi korban bencana agar bisa beraktivitas lagi. Jika proses itu bisa dilewati maka pemulihan mentalnya akan cepat sekali. Tapi kita musti mewaspadai jangan sampai muncul gangguan stres pasca trauma. Dan saat ini dukungan pemerintah lewat BNPB sudah sangat cepat," tambahnya.

Baca Juga: Polantas Harus Simpatik, Polda Jateng Ingatkan Warga Tak Suap Petugas!

Berita Terkini Lainnya