TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyadarkan Millennial untuk Manfaatkan Busana Ramah Lingkungan

Komunitas EMPU selenggarakan fesyen show di Tambaklorok

Salah satu model saat menunjukkan busana ramah lingkungan hasil kolaborasi Komunitas EMPU dan Tennesa Cherida. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Semarang, IDN Times - Jarum jam baru menunjukkan pukul 08.00 WIB, namun udara di sekitar dermaga Tambaklorok Semarang sudah terasa panas. Di ujung dermaga sudah berkumpul sejumlah perempuan nelayan. 

Berbeda pada hari biasanya, mereka pagi itu sibuk mempersiapkan diri untuk mengikuti acara yang diinisiasi Komunitas EMPU dan The Soeratman Foundation. Acaranya berupa fesyen show tepat di pinggir dermaga Tambaklorok. 

Lokasi yang dipilih memang tak lazim. Tapi, perempuan nelayan tampak percaya diri. Mereka rata-rata memakai rancangan busana bertemakan batik pesisir dengan corak motif cokelat dan ada beberapa model yang turut terlibat dalam fesyen show di dermaga Tambaklorok. 

Jika perempuan nelayan memakai busana batik pesisir, para model dari Komunitas EMPU memilih menggunakan gaun berwarna cerah khas pantai. 

Baca Juga: 8 Cara Mudah Menerapkan Sustainable Fashion

Millennial perlu beralih ke produk sustainable fashion

Sejumlah model saat ikut fesyen show di dermaga Tambaklorok Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto (

Seorang desainer yang berkolaborasi dalam acara tersebut, Tennesa Cherida, Tambaklorok dipilih untuk tempat fesyen show supaya dapat menunjukan kepada publik terutama para Millennial jika perubahan iklim yang begitu cepatnya telah berdampak buruk terhadap kondisi topografis di kampung tersebut. 

"Maka dengan berada di lokasi ini, kita pengin menyadarkan masyarakat termasuk anak muda bahwa sudah saatnya mengarah pada produk-produk yang sustainable fashion. Ini perlu digiatkan untuk menjaga kelestarian alam apalagi Indonesia memiliki bentang pantai yang sangat panjang," kata Tennesa ketika ditemui IDN Times di lokasi acara, Jumat (19/8/2022). 

Memakai serat alami untuk membuat busana ramah lingkungan

Tennesa Cherida seorang desainer yang berpartisipasi dalam ajang fesyen show di Tambaklorok Semarang. (IDN Times/Fariz Fardianto)

Dirinya tergerak berkolaborasi dengan EMPU karena memiliki prinsip yang sama. Tennesa mengatakan EMPU adalah segelintir komunitas yang menonjolkan tema sustainable fashion untuk mempertahankan kelangsungan eksosistem alam. 

Menurutnya global warming yang dampaknya semakin nyata perlu diantisipasi melalui segala cara. Dengan memakai busana yang ramah lingkungan, katanya setidaknya masyarakat bisa ikut menjaga kelestarian alam dengan meminimalisir dampak kerusakannya. 

"Memang busana rancangan kita harganya menjadi lebih mahal karena diproduksi terbatas. Tapi dengan cara inilah kita pengin mengingatkan kepada publik kalau sudah saatnya menghentikan pemakaian produk yang merusak lingkungan. Kita sejak lama coba memakai zat pewarna alami seperti serat alam supaya mengedukasi masyarakat pentingnya memakai bahan yang bisa didaur ulang," terangnya. 

Serat alami untuk memperkuat pewarnaan pada busana

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Dua perempuan nelayan bergaya bakal model profesional saat tampil di ajang fesyen show di Tambaklorok Semarang. (IDN Times) Fariz Fardianto)

Koordinator Komunitas EMPU/The Soeratman Foundation, Leya Cattleya Soeratman pun sepaham dengan apa yang disampaikan oleh Tennesa. 

Leya menjelaskan, bahan baku yang dipilih pun dari serat alami macam serat tumbuhan yang didapat dari Flores maupun serat pohon kapas yang tumbuh subur di Nganjuk. 

"Seperti serat lowo yang mana tanpa diberikan pewarna kimia justru sudah ada warna cokelat alami yang muncul untuk memperkuat pewarnaan kain yang kita bikin," katanya. 

Tunjukkan dampak perubahan iklim yang nyata di Tambaklorok

Kampung Tambak Lorok di Kelurahan Tanjung Mas, Semarang Utara terendam banjir rob. (IDN Times/bt/KNTI)

Bagi dirinya lokasi Tambaklorok sangat elevan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. 

"Dalam konteks fesyen berkelanjutan, kita pikir ini jadinmomen yang baik untuk melibatkan KNTI dan perempuan nelayan di Semarang. Karena kita musti menunjukan kepada masyarakat dan Millennial bahwa dampak perubahan iklim yang cepat sangat terasa pada nelayan dan sumber daya alam di sekitarnua," ungkapnya. 

Baca Juga: Si Bening Dashat Jurus Penting Tangani Anak Stunting di Semarang 

Berita Terkini Lainnya