TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Umat Buddha Semarang Rayakan Waisak saat Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total jadi kode alam bagi umat manusia

Seorang Buddhis saat memasang pernak pernik di patung Buddha sebagai persiapan menyambut Trisuci Waisak di Vihara Buddha Dipa Pakintelan Gunungpati Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Semarang, IDN Times - Perayaan Trisuci Waisak yang jatuh pada Rabu (26/5/2021) bakal menjadi momentum yang sangat spesial bagi jutaan umat Buddha yang ada di seluruh pelosok negeri termasuk Kota Semarang. Sebab, puncak perayaan Waisak akan digelar tepat saat gerhana bulan total alias Super Blood Moon menampakan bentuknya pada jam 18.00 WIB atau selepas Maghrib.

Menurut penuturan sejumlah umat Buddha yang tinggal di Kota Lunpia, Waisak yang dirayakan bersamaan dengan gerhana bulan total baru terjadi pertama kalinya dalam satu dasawarsa terakhir.

Baca Juga: Perbaiki Arah Kiblat Saat Gerhana Bulan Total 26 Mei, Begini Caranya 

1. Waisak baru pertama kali digelar saat gerhana bulan total

Foto kolase gerhana bulan sebagian dari fase awal (kiri), puncak gerhana sebagian (kedua kanan) dan fase akhir (kanan) yang terpantau dari Denpasar, Bali. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

Samanera Santiphalo, Pengasuh Vihara Buddha Dipa Pakintelan di Kecamatan Gunungpati Semarang menyebut momentum langka saat hari Trisuci Waisak 2565 dijadikan bahan perenungan ditengah pandemik COVID-19. 

Ia dan beberapa umat Buddha hanya akan menggelar perayaan Waisak secara terbatas. Dimulai pukul 16.00 WIB sore, ia akan napak tilas dengan mendatangi reruntuhan Vihara 2500 Buddha Jayanti di Bukit Kasap Pudakpayung. Kemudian jam 17.30-18.30 WIB akan digelar meditasi sampai selesai.

"Sejak 10 tahun terakhir, baru kali ini Waisak bersamaan dengan gerhana bulan total. Selama ini yang ada sebatas gerhana bulan cincin. Biasanya ketika langitnya terang, seperti muncul lingkaran mirip cincin yang mengitari bulan. Warnanya kebiru-biruan layaknya kepala Buddha," kata Santiphalo ketika berbincang dengan IDN Times, Rabu (26/5/2021).

2. Trisuci Waisak harus dijadikan momen untuk lebih mawas diri

Tampak dari depan pintu masuk Vihara Buddha Dipa Pakintelan Gunungpati Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Datangnya perayaan Trisuci Waisak 2565, katanya dimaknai sebagai memayu hayuning bawono yang punya arti bahwa umat Buddha diajak kembali melesarikan serta merawat diri sendiri sekaligus menata keluarga dan lingkungan sekitar. "Dengan adanya pandemik justru jadi pertanda dari alam semesta jika kita diajarkan mawas diri," ungkap pengasuh Vihara 2500 Jayanti Bukit Wungkal Kasap tersebut.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

3. Umat Buddha diminta mengubah hidup lebih sederhana

Sebuah patung Buddha dihias untuk menyambut Trisuci Waisak di Vihara Buddha Dipa Pakintelan Gunungpati Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia bilang situasi pandemik yang terjadi dua tahun berturut-turut tetap disikapi penuh rasa syukur dengan mengubah perilaku yang sederhana. Umat Buddha bisa melakukan introspeksi diri sembari mengikuti kehendak alam yang masih diliputi dengan penularan virus Corona.

"Jika selama ini kita sering beribadah di vihara yang tersebar di 11 titik, maka ada baiknya kita mengubah perilaku lebih sederhana dengan menahan diri dan beribadah di rumah masing-masing. Dengan kesederhanaan kita bisa meneladani sifat-sifat sang Buddha Gautama dimana semasa hidupnya memilih bertapa, mengajar hingga meninggal dunia di hutan. Ini saatnya menunjukan ajaran Buddha," tambahnya.

Baca Juga: Candi Arjuna Dieng Jadi Lokasi Pengamatan Gerhana Bulan Total, Cek Waktunya

Berita Terkini Lainnya