Renungan Waisak di Borobudur: Hati Kotor Buat Manusia Terseret Radikal

Ribuan umat Buddha mengikuti detik-detik Waisak di Borobudur

Jakarta, IDN Times - Ribuan umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti detik-detik Waisak 2563 BE/2019 di pelataran Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (19/5). Prosesi upacara keagamaan tersebut dimulai sejak pukul 04.11 WIB.

Detik-detik Waisak ditandai dengan pemukulan gong tiga kali dan pemercikan air berkah serta membacakan Paritta Jayanto dan umat bersikap anjali.

1. Ribuan umat Buddha mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali

Renungan Waisak di Borobudur: Hati Kotor Buat Manusia Terseret RadikalANTARA FOTO/Andreas Fitri Armoko

Tuntunan meditasi Waisak oleh Biksu Wongsin Labhiko Mahathera dan pada saat meditasi suasana hening. Usainya meditasi ditandai dengan pemukulan gong satu kali.

Rangkaian detik-detik Waisak 2563 BE/2019 ditutup dengan pradaksina mengelilingi Candi Borobudur sebanyak tiga kali yang diikuti oleh para biksu dan seluruh umat Buddha.

Baca Juga: 10 Patung Buddha Paling Mengagumkan di Dunia, Ukurannya Bikin Melongo

2. Renungan Waisak singgung banyaknya umat yang tidak bisa intropeksi dan koreksi diri

Renungan Waisak di Borobudur: Hati Kotor Buat Manusia Terseret RadikalANTARA FOTO/Andreas Fitri Armoko

Dalam renungan Waisak oleh Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira menyampaikan banyak umat manusia hanya tertarik dan tertuju pada dimensi di luar dirinya dan juga memuja keluar tidak memahami hati, tidak bisa introspeksi, tidak bisa koreksi diri, dan tidak pahami hati.

"Bagaimana dia bisa melatih diri, kalau tidak menampakkan kesejatian diri dan bagaimana dia bisa terbebas dari siklus tumimbal lahir," katanya seperti dikutip Antara.

3. Banyak manusia berhati kotor mengakibatkan terseret dalam ajaran radikal

Renungan Waisak di Borobudur: Hati Kotor Buat Manusia Terseret RadikalANTARA FOTO/Andreas Fitri Armoko

Ia menuturkan umumnya umat awam karena tidak paham hati dan tidak menampakkan kesejatian diri sehingga banyak manusia hatinya telantar, gelap, kotor, sakit dan merajalelanya panca skanda.

"Akibatnya hati kita menjadi bingung, berlaku buruk, kebiasaan buruk, karakter buruk, dan nasib pun jadi buruk. Imbasnya interaksi hubungan dengan keluarga dan masyarakat jadi buruk, karena hati tidak dikendalikan maka hati mudah tergoda, terjerat dan terbius oleh kondisi di luar," katanya.

Menurut dia bila hatinya gelap maka penalaran dan logikanya tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehingga mudah terpancing, diseret dan dibius oleh ajaran-ajaran radikal atau ilmu-ilmu jahat akibatnya mereka menjadi kacau, bingung, linglung lalu gelap mata melakukan aksi kejahatan dan mencelakakan banyak orang.

Baca Juga: Melihat Sakralnya Prosesi Memandikan Rupang Dewa Buddha

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya