Tiga Mahasiswa Undip Kembangkan Biodisel dari Batu Fosfat dan Jelantah
Bisa jadi solusi pengganti solar nih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Hingga April 2019, Indonesia masih mengimpor solar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) industri maupun transportasi. Ketersediaan bahan bakar fosil pun bakal habis dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Atas dasar keprihatinan tersebut, tiga mahasiswa jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, mengembangkan bahan bakar biodiesel dari senyawa batu fosfat dan minyak jelantah.
Baca Juga: Program Energi Berkeadilan KESDM Sejalan dengan Upaya Pencapaian SDG 7
Permadi Wisnu Aji Wardani, bersama dua rekannya Murest Patra Patriosa dan Jovita Cahyonugroho, menamai karya ilmiahnya dengan sebutan Katalis Fosfat Alam (Kafosta). Menurut dia, bersama dua temannya itu dirinya menemukan batu fosfat dengan yang tidak terpakai di Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.
Permadi mengatakan fosfat selama ini hanya dipakai untuk campuran pakan ternak saja. Padahal jika diolah lebih besar lagi, manfaatnya bisa untuk menopang perekonomian masyarakat Indonesia.
"Kemudian kami mulai berpikir kalau bisa membuat bebatuan yang tidak berharga menjadi manfaat dan nilai jual," ujarnya, Kamis (20/6).
1. Batu fosfat banyak dipakai pakan ternak di Pati
Baca Juga: Prabowo Optimistis Indonesia Mampu Jadi Produsen Biodisel Terbesar
Baca Juga: Dirjen EBTKE Uraikan Ragam Strategi Kejar Target Bauran Energi