TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Tips Aman Menghindari Kejahatan Siber, Jangan Asal Mengumbar Data!

Penting buat pengguna dan juga pelaku bisnis, nih

ilustrasi peretasan data (unsplash.com/towfiqu999999)

Pengguna layanan internet di Indonesia sudah mencapai 202,6 juta orang per Januari 2021. Apalagi saat pandemik COVID-19, pengguna layanan digital juga tumbuh 37 persen.

Pesatnya pertumbuhan pada sektor itu dibarengi dengan beberapa konsekuensi. Seperti maraknya penipuan pembeli dan kebocoran data sensitif, atau lebih dikenal dengan istilah cyber-crime. Situasi tersebut menjadi catatan penting para pelaku bisnis, perbankan, dan industri finansial untuk meningkatkan keamanan siber.

Kalau kamu bingung, simak inilah cara meningkatkan kerahasiaan dan keamanan data saat bertransaksi online baik dari sisi konsumen maupun pelaku bisnis, dari Xendit--perusahaan teknologi finansial (fintech) yang pembayaran digital untuk bisnis di Indonesia--berikut ini.

1. Jangan kasih tahu kode one-time password (OTP)

pixabay.com/users/relexahotels-295183/

Kode one-time password (OTP) sangat penting sebagai bagian dari verifikasi yang juga benteng melindungi data kamu. Jangan berikan kode OTP kepada siapa pun, ya.

Baca Juga: Tips Menjaga Password Akun agar Terhindar Aksi Peretasan, Penting Nih!

2. Gunakan kata sandi yang sulit ditebak tapi mudah diingat

Pixabay.com/AbsolutVision

Misalnya, alih-alih menggunakan angka tanggal kelahiran, kamu bisa mengunakan kalimat seperti “SayaLahirJumat10Mei”.

Sebab, faktanya, hacker hanya membutuhkan 10 menit untuk bisa memecahkan kata sandi yang terdiri dari 6 karakter atau kurang. Verizon melansir, sebanyak 80 persen kasus kebocoran data disebabkan oleh lemahnya kata sandi pengguna.

3. Aktifkan dua lapisan keamanan

Ilustrasi keamanan siber (Pexels.com/Pixabay)

Kamu bisa mengaktifkan dua lapis keamanan seperti menggunakan multi-factor authentication (MFA) atau fitur pengenalan wajah dan sidik jari.

MFA adalah salah satu cara terbaik untuk menghindari pembajakan akun. Microsoft mencatatkan, percobaan pembajakan akun hingga 300 juta kali setiap harinya, namun aktivasi MFA bisa memblokir 99.9 persen di antaranya. Bahkan, meskipun hacker sudah memiliki password kita.

Google juga mengklaim bahwa aktivasi MFA bisa memblok 99 persen percobaan phishing dan 66 persen percobaan pembajakan email.

4. Gunakan layanan dari cekrekening.id

journal.sociolla.com

Sebelum melakukan transfer untuk pelunasan transaksi atau berbelanja online, kamu bisa mengecek status rekening bank penjual di cekrekening.id. Situs yang dibuat Kementerian Komunikasi dan Informasi RI itu mengumpulkan laporan dari rekening-rekening yang biasa dipakai untuk penipuan.

Per November 2021, cekrekening.id sudah menerima laporan aduan penipuan jual-beli online sampai 115.756 kasus. Adapun tahun 2020 ada 167.675 kasus.

5. Cek akun media sosial toko yang bersangkutan

pinterest.com/pngtree

Maraknya penipuan jual-beli online memiliki pola yang mirip. Biasanya, akun Instagram toko online memiliki jumlah pengikut besar tapi interaksi minim (tidak ada like dan comment). Selain itu, foto-fotonya tampak generik, lebih blur, dan resolusi rendah karena biasa diambil dari toko-toko resmi lain.

Baca Juga: Kenali 5 Fitur Keamanan Telegram dan Cara Pakainya, Kamu Harus Tahu!

Berita Terkini Lainnya