TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Tahun Pandemik, Karimunjawa dan Gedongsongo Cuma Andalkan Turis Lokal

Pamor dua wisata alam di Jateng merosot saat pandemik

dolanyok.com

Jepara, IDN Times - Pulau Karimunjawa yang berada di ujung utara Jawa Tengah selama ini kerap menjadi jujugan favorit para wisatawan untuk menghabiskan liburan tahun baru.

Namun pandemik COVID-19 yang menghantam dua tahun terakhir membuat para pelaku wisata di Pulau Karimunjawa kembang kempis.

Baca Juga: Antisipasi Corona Omicron, Turis yang Liburan di Karimunjawa Dites Antigen

1. Setiap pekan ada 1.000-2.000 wisatawan yang plesiran ke Karimunjawa

Instagram.com/fadil_bappe

Berdasarkan penuturan Camat Karimunjawa, Eko Udiyanto, sejumlah obyek wisata di Karimunjawa saat ini masih berusaha bangkit setelah dibuka kembali pada September 2021 kemarin. 

Eko berkata geliat pariwisata di dalam Karimunjawa belum sepenuhnya pulih lantaran terhalang adanya aturan PPKM yang diberlakukan Pemkab Jepara dan protokol kesehatan sesuai standar WHO.

"Sejak dibuka lagi bulan September sampai sekarang rata-rata ada 1.000-2.000 orang yang datang ke Karimunjawa per pekannya. Kalau dibanding sebelum pandemik ya turunnya bisa 80 persen. Soalnya pas 2019 aja minimal ada 10.000 orang yang plesiran ke Karimunjawa," kata Eko ketika berbincang dengan IDN Times, Sabtu (8/1/2022).

2. Lima kapal penyeberangan sudah beroperasi normal

sunset karimunjawa (pixabay.com/rifanbudi)

Eko mengatakan sebenarnya rute pelayaran menuju Karimunjawa sudah berjalan normal. Hampir saban hari sejumlah kapal membawa ratusan turis untuk liburan ke Karimunjawa.

Tercatat KM Siginjai yang punya jadwal perjalanan Senin, Selasa, Rabu, Jumat, Sabtu dan Minggu rata-rata membawa 100 penumpang per trip. Kemudian Kapal Expres Bahari dengan jadwal perjalanan Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu juga rutin membawa penumpang 200-300 orang.

Untuk KM Lawit dan KM Kerimutu yang melayani satu kali perjalanan per dua pekan membawa 100-150 penumpang. "Yang liburan kemari wajib membawa hasil negatif tes antigen dan tetap mentaati protokol kesehatan. Ketimbang tahun-tahun sebelumnya, kita sekarang lebih condong mengandalkan turis domestik. Karena sampai sekarang aja turis asingnya cuma satu dua orang. Kemarin ada yang masuk dari backpacer asal Perancis. Jadi gak bisa diandalkan lagi," akunya.

3. Pemandu wisata Karimunjawa nyambi jadi nelayan saat sepi turis

ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Eko mengaku mayoritas pelaku wisata di Karimunjawa saat ini berusaha pelan-pelan bangkit. Namun di awal tahun 2022 upaya promosi wisata Karimunjawa kembali terkendala datangnya musim baratan.

"Kita pelan-pelan bangkit. Ini saja mendekati musim baratan banyak yang takut liburan ke Karimunjawa. Padahal kita sudah sediakan jadwal perjalanan lengkap dengan pilihan akomodasi kapalnya. Maka kalau pas sepi kunjungan ya pemandu wisatanya nyambi jadi nelayan lagi, mereka kembali ke aktivitas hariannya mencari ikan di laut. Soalnya kan baru 30 persen homestay yang beroperasi," tuturnya seraya menambahkan bahwa Pulau Karimunjawa selama ini memiliki 200 homestay dan 10 lebih hotel bintang tiga.

4. Cuma ada 2-3 orang yang datangi spot foto Karimunjawa

travelblog.id

Dengan situasi pariwisata yang tak menentu juga berimbas pada spot-spot foto yang ada di Karimunjawa. Eko menyebut Bukit Cinta dan tracking mangrove yang dulunya kerap jadi spot foto favorit bagi wisatawan, saat ini cenderung sepi.

Bagi yang doyan snorkling, ia juga tetap membuka wisata foto bawah laut di perairan Tanjung Gelam dan perairan Karimun. 

"Laut Karimunjawa kan masih jernih, kalau yang snorkling masih banyak. Cuman berhubung kunjungan wisatawan turun, maka pengunjung di spot foto Bukit Cinta dan mangrove ikut menurun juga. Setiap hari cuma ada dua sampai tiga orang aja," terangnya.

5. Candi Gedongsongo andalkan turis lokal

Instagram.com/wisatasemarang

Sedangkan menurut Musliman, Koordinator Wilayah Candi Gedongsongo di Kabupaten Semarang, adanya penurunan jumlah wisatawan sampai 30-40 persen akibat terdampak pandemik selama dua tahun.

Adanya suasana pandemik dengan segala aturan PPKM ditambah banyaknya pesaing tempat wisata yang berdiri di bawah kompleks Candi Gedongsongo menyebabkan tingkat kunjungan wisatawan tak seramai zaman dahulu.

"Karena banyak pesaing yang mendirikan obyek wisata taman bunga dan masih ada aturan PPKM akibatnya pengunjung kita merosot. Kebanyakan yang datang dari turis-turis lokal. Yang turis asing belum ada sama sekali," keluhnya.

Baca Juga: 7 Wisata Candi di Indonesia, Gak Cuma Borobudur dan Prambanan

Berita Terkini Lainnya