TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perusahaan Global Desak Indonesia Tingkatkan Target Energi Terbarukan

Surati Presiden Jokowi naikkan 34 persen tahun 2030

ilustrasi energi terbarukan (Pixabay/Erich Westendarp)

Intinya Sih...

  • Perusahaan multinasional dalam RE100 mendesak Indonesia naikkan target energi terbarukan menjadi 34% pada 2030.
  • Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan transisi energi, namun perlu komitmen yang lebih kuat.
  • Ketidakmampuan Indonesia untuk meningkatkan target energi terbarukan bisa berdampak negatif pada investasi Global di Tanah Air.

Semarang, IDN Times - Sejumlah perusahaan multinasional terkemuka yang tergabung dalam RE100 mendesak Indonesia untuk meningkatkan ambisi energi terbarukan dan membuka lebih banyak peluang investasi di sektor tersebut.

Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, CEO Climate Group, Helen Clarkso--yang mewakili lebih dari 430 perusahaan Global--menegaskan, peningkatan target energi terbarukan sangat penting untuk menarik investasi swasta dan menjaga daya saing Indonesia di kancah Global.

1. Potensi besar di Indonesia

jaringan Listrik Tegangan Menengah dan Gardu Distribusi berkapasitas 200 KVA (Kilo Volt Amper) yang memasok Pulau Pasaran telah resmi dioperasikan, Kamis (10/3/2022). (Dok PLN UID Lampung).

RE100, yang merupakan inisiatif Global yang mencakup perusahaan seperti Nike, telah menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan transisi energi, namun perlu komitmen yang lebih kuat.

"Kepemimpinan yang kuat dalam perubahan iklim tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan tetapi juga menciptakan lapangan kerja terampil," tulis Clarkson dalam suratnya.

Dalam surat tersebut, RE100 menyarankan agar Indonesia menaikkan target bauran energi terbarukan menjadi setidaknya 34 persen pada tahun 2030. Selain itu, mempercepat integrasi proyek energi terbarukan ke jaringan listrik dan memfasilitasi pengadaan langsung energi terbarukan melalui mekanisme power wheeling.

Baca Juga: LP2K Jateng Ajak Konsumen Mulai Gunakan Energi Baru Terbarukan

2. Komitmen sumber listrik dari energi terbarukan

RE100 merupakan inisiatif dari Climate Group yang terdiri dari perusahaan-perusahaan besar dunia, termasuk 121 perusahaan yang beroperasi di Indonesia dengan total konsumsi listrik mencapai 2,1 terawatt-jam (TWh). Sebagai perbandingan, konsumsi listrik Indonesia pada tahun 2023 mencapai 285 TWh.

Adapun, anggota RE100 berkomitmen untuk menggunakan 100 persen listrik dari sumber energi terbarukan pada tahun 2050 atau lebih cepat.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (9/9/2024), memperingatkan jika ketidakmampuan Indonesia untuk meningkatkan target energi terbarukan bisa berdampak negatif pada investasi Global di untuk Tanah Air.

"Perusahaan multinasional akan lebih memilih negara lain yang memberikan akses lebih baik terhadap energi terbarukan," jelasnya.

3. Menjadi daya saing untuk industri

Fabby juga menyoroti rencana revisi Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang justru menurunkan target bauran energi terbarukan untuk tahun 2025 dan 2030, yang dinilai bisa memicu kekhawatiran bagi perusahaan.

Selain itu, polemik terkait penerapan skema power wheeling juga menjadi hambatan dalam RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBET), yang seharusnya dapat membantu perusahaan mendapatkan akses langsung ke listrik hijau.

"Jika ini terjadi, maka perusahaan yang bergabung dalam RE100 akan kesulitan mencapai target 100 persen energi terbarukan pada 2050," tambahnya.

Fabby Tumiwa ikut mengusulkan agar Indonesia meningkatkan kuota Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap serta merumuskan tarif hijau (green tariff) untuk mendorong investasi langsung dari sektor swasta di pembangkit energi terbarukan. Menurutnya, ketersediaan energi terbarukan akan menjadi faktor kunci dalam menentukan daya saing Indonesia sebagai negara manufaktur.

Berita Terkini Lainnya