TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Kampus Muhammadiyah di Jateng Terpaksa Dilebur

Jumlah mahasiswanya kurang dari 100 orang

Ilustrasi kampus (IDN Times/Sukma Shakti)

Semarang, IDN Times - Sebanyak empat perguruan tinggi swasta yang dikelola Muhammadiyah di Jawa Tengah terpaksa dimerger lantaran mengalami kesulitan keuangan selama masa pandemik COVID-19.

Menurut Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jateng, Tafsir, keempat kampus swasta yang dimerger berada di Kabupaten Klaten dan Kebumen. 

"Sekarang ada dua daerah yang kampusnya kita merger. Di Kebumen, STIKES Muhammadiyah Gombong dan Sekolah Tinggi Teknik Muhammadiyah (STTM) yang dimerger jadi Universitas Muhammadiyah Gombong. STIKES Muhammadiyah Klaten dengan Akademi Akutansi Muhammadiyah Klaten dimerger jadi Universitas Muhammadiyah Klaten," ujar Tafsir ketika berbincang dengan IDN Times, Kamis (11/3/2021). 

Baca Juga: Muhammadiyah Minta Warga Jateng Gak Bikin Gaduh soal Vaksinasi

1. Proses merger empat kampus Muhammadiyah menunggu vititasi Kemendikbud

pharmaworldmagazine

Ia bilang proses merger empat kampus tersebut saat ini tinggal menunggu tahapan vititasi yang dilakukan oleh tim akreditasi Kemendikbud dan Dikti. 

Diakuinya bahwa kondisi STIKES Muhammadiyah Klaten maupun STIKES Muhammadiyah Kebumen selama ini kurang berkembang sehingga membuat peminatnya berkurang drastis.

2. Banyak dosen gak tertarik mengajar di kampus milik Muhammadiyah di Klaten dan Kebumen

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di kala pandemi. twitter.com/GYMObrad

Terlebih lagi, lanjutnya pihak kampus tersebut juga mengalami kesulitan dalam merekrut tenaga dosen yang sesuai standar serta jumlah mahasiswanya yang merosot setiap tahunnya.

Kendala yang dihadapi selama ini yaitu banyak dosen lulusan S-2 yang tidak tertarik mengajar di empat kampus itu karena jumlah mahasiswanya yang kurang memadai. 

"Kampus yang kita kelola di Klaten maupun Kebumen memang dari segi operasional sangat berat, jumlah mahasiswanya kurang dari 100 orang. Maka sesuai imbauan pemerintah, kampus yang mahasiswanya sedikit harus dimerger," ungkapnya. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Dan kita juga kesulitan merekrut SDM. Soalnya kan dosen yang mengajar minimal S-2, maka ketika kemudian dipasang ke kampus yang sedikit mahasiswanya, banyak yang gak mau," tambahnya. 

3. Mahasiswa dijamin tetap bisa kuliah

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria

Lebih lanjut, pihaknya menyatakan proses merger empat kampus tersebut dikerjakan selama setahun terakhir pandemik COVID-19. Tafsir merasa merger jadi pilihan terbaik supaya mahasiswa maupun lulusan kampus tidak terabaikan. 

"Tidak elok kalau kita tutup, pilihan strategisnya lebih baik merger mengingat kondisinya tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Untuk kampus di Klaten dan Kebumen prosesnya kita lakukan saat pandemik," paparnya. 

Pihaknya menjamin jika para mahasiswa di kampus yang dimerger tetap bisa meneruskan kuliahnya pada tahun ini. Bagi para lulusannya pun tetap bisa mendapatkan legalitas ijazah karena kampus mereka tetap beroperasi hanya berubah status saja menjadi sebuah universitas.

Baca Juga: Waduh! Keuangan Gak Sehat, 20 Kampus Swasta di Jawa Tengah Tutup

Berita Terkini Lainnya