Keunikan Jam Istiwak Keraton Solo, Penanda Salat Manfaatkan Matahari
Digunakan untuk penanda salat dzuhur dan ashar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Solo, IDN Times - Jam menjadi penanda waktu salat bagi umat Islam di dunia, lantas bagaimana menentukan waktu salat pada zaman dulu. Di Kota Solo, Jawa Tengah terdapat jam manual yang biasa digunakan oleh Raja Keraton Kasunanan Solo sabagai penanda waktu salat zaman dulu. Jam yang ditempatkan di Masjid Agung Solo tersebut sudah berusia lebih dari 100 tahun.
Baca Juga: 5 Spot Wisata Asyik di Solo Lokasinya Tak Jauh dari Keraton Surakarta
1. Tergantung sinar matahari
Jam Istiwak merupakan nama jam yang digunakan sebagai waktu salah pada zaman Raja Kasunanan Surakarta dahulu. Jam yang dibangun pada masa Raja Paku Buwono VIII tersebut hingga kini masih terawat dengan baik.
Tidak ada mesin atau alat pemutar jam, namun jam istiwak yang berlokasi di sisi selatan Masjid Agung Solo ini bekerja saat ada terik matahari. Sekretaris Takmir Masjid Agung Surakarta, Abdul Basid, mengatakan jam istiwak ini hanya bisa digunakan untuk penanda waktu salat dzuhur dan ashar.
"Cara kerja jam ini tergantung sinar matahari, dari sinar itu nanti akan mengarahkan bayangan akan jatuh dan menunjukkan angka di cekungan jam istiwak, dari situ kita bisa menghitung kapan waktunya salat dzuhur dan ashar," jelasnya Jumat (16/4/21).
Baca Juga: 10 Amalan Sunah saat Ramadan untuk Tambah Pahala, Jangan Kelewatan!