TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ortu Jaga Kesehatan Mental Anak Bak Pakai Kantong Udara di Pesawat  

Ajak anak aktif berkegiatan di rumah

Arina Molitha mengajarkan anaknya bercocok tanam di rumah. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Semarang, IDN Times - Pandemik COVID-19 sudah berjalan hampir dua tahun dan kondisi ini tak luput telah memengaruhi kesehatan mental anak-anak. Sebab, sejak awal pandemik anak-anak melakukan pembelajaran daring sehingga terputus dengan aktivitas sosial.

Baca Juga: Kuliner Jepang O Mbull Don Semarang, Rasa Autentik dan Ramah Kantong

1. Kebiasaan baru saat pandemik memengaruhi perilaku anak

Ilustrasi anak-anak (IDN Times/Sunariyah)

Perubahan kebiasaan ini tentu juga memengaruhi pada perilaku anak. Dari yang biasa pergi ke sekolah, kini justru banyak kegiatan di rumah. Waktu bersama orang tua dan keluarga pun semakin banyak. 

Salah satu orang tua dengan tiga anak, Arina Molitha pun merasakan bahwa kebiasaan baru dampak dari pandemik ini merubah segalanya baik kepada dirinya sebagai orang tua maupun anak-anak.

Pandemik ini memang dampaknya ngaruh ke semua baik orang tua maupun anak. Namun, sebagai orang tua justru harus membentengi diri dengan menjaga kesehatan mental kami terlebih dulu, sebab itu yang utama,’’ katanya saat dihubungi, Kamis (7/10/2021). 

2. Orang tua membentengi diri dengan tetap positif

Arina Molitha berbagi hasil panen sayur hidroponik kepada saudara dan tetangga. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Arina pun mengumpamakan benteng itu sama halnya seperti kalau naik pesawat terbang. ‘’Dalam keadaan darurat sebelum menolong orang lain memakai kantong udara, kita harus memakai kantong udara untuk diri sendiri dulu,’’ tuturnya. 

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Dalam perumpamaan tersebut orang tua harus memiliki energi positif agar tetap tenang, tidak cemas atau khawatir terhadap apa yang telah terjadi. Dengan begitu, anak akan melihat kemudian mencontoh apa yang dilakukan orang tua. 

‘’Saat anak ngeluh bosen karena di rumah terus, bad mood dengan pembelajaran jarak jauh, kita sebagai orang tua harus punya solusi dan bisa menyikapi masalah tersebut bersama-sama. Intinya, jangan malah menuntut anak melakukan hal yang sedang tidak disukainya, ini akan mengganggu kesehatan mentalnya,’’ jelas perempuan berusia 39 tahun itu. 

3. Ajak anak melakukan verifikasi perasaan

Pexels.com/Andrea Piacquadio

Akhirnya, Arina mengajak anak-anaknya melakukan verifikasi perasaan dengan cara berkomunikasi mengobrol bersama, belajar mengenal diri sendiri, dan melakukan berbagai aktivitas. Hal itu dilakukan meskipun terkadang susah untuk menerapkan di tengah pandemik. 

‘’Ya, pandemik ini bikin capek fisik dan mental, tapi kita memang disuruh banyak belajar sama Tuhan untuk mengenal diri sendiri, mengelola perasaan, dan menjaga kesehatan mental. Namun, kita harus mengambil hikmah dari kondisi pandemik ini dengan banyak di rumah kami bisa lebih banyak waktu untuk melakukan aktivitas bersama,’’ jelasnya. 

Baca Juga: Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari Tabungan

Berita Terkini Lainnya