Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari Tabungan

Akhirnya banting setir usaha lain, tapi masih terdampak juga

Semarang, IDN Times - Bisnis event organizer (EO) ikut terdampak pandemik COVID-19. Biasa mengurus acara yang mengundang keramaian, selama 1,5 tahun para pelaku usaha EO tersebut tiarap tidak bisa menjalankan bisnisnya. 

1. Event pameran di mal tidak jalan saat pandemik

Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari TabunganIlustrasi pameran di mal yang digelar event organizer di Kota Semarang. (dok. MJA EO)

Seperti yang dialami Dian Citra Lestari. Senior Project Manager MJA EO itu mengaku, pandemik berpengaruh besar terhadap pekerjaannya. Aktivitas pekerjaan yang biasanya menggelar dan mengurusi pameran di mal atau pusat perbelanjaan, tidak bisa berjalan normal seperti sebelum wabah virus corona melanda.

‘’Pada awal pandemik kami tidak bisa sama sekali menyelenggarakan event. Sebab, ada kebijakan social distancing, tidak boleh mengundang kerumunan, dan kami juga tidak mendapat izin membuat keramaian dari yang berwenang,’’ ungkapnya saat dihubungi, Kamis (29/7/2021).

Akhirnya, sejumlah event pameran multiproduk UMKM yang biasa digelar MJA EO di Mal Ciputra Semarang harus batal. Tidak ada pekerjaan selama tiga bulan saat awal pandemik dan imbasnya banyak karyawan MJA yang menganggur.

3. Karyawan event organizer bertahan dengan uang tabungan

Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari TabunganTopeng Event Organizer menggelar Romanza Wedding Fair di The Renaissance Ballroom, Jangli, Tembalang, 13-15 November 2020. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.

Kondisi tersebut memengaruhi pendapatan yang diperoleh para karyawan dan pekerja di event organizer tersebut. Jika biasanya mereka mendapat tambahan tunjangan dari event yang mereka adakan, kini pemasukan hanya dari gaji.

‘’Meski masih mendapat gaji, tapi demi bisa bertahan hidup kami harus menguras tabungan, karena kebutuhan kan juga banyak,’’ tutur Dian.

Setelah bertahan selama kurang lebih tiga bulan, akhirnya acara ekshibisi produk UMKM bisa kembali digelar dengan syarat menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kendati demikian, Dian yang biasa bertugas menangani para pelaku usaha yang ikut pameran itu harus membatasi jumlah peserta.

‘’Kalau sebelumnya bisa 60 stan, pas pandemik kami membatasi hingga 50 persen dari jumlah peserta biasanya. Kemudian, saat kondisi semakin membaik atau dalam enam bulan belakangan sebelum kasus COVID-19 melonjak peserta yang ikut bisa 70 persen dari peserta sebelum pandemik,’’ jelasnya.

Baca Juga: Catat! Ini Aturan PPKM Level 4 Terbaru di Semarang: 16 Jalan Buka Lagi

3. Jadwal pameran batal karena PPKM

Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari TabunganWarga melintas di depan sebuah gerai di pusat perbelanjaan Jatinangor Town Square yang tutup pukul pukul 18.00 WIB di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Namun, karena adanya PPKM darurat hingga level 4, MJA EO kembali tidak bisa menyelenggarakan pameran. Ada tiga event yang batal digelar sepanjang bulan Juni--Juli 2021.

Tidak berbeda cerita dengan Dian, Eling Wasito Adi pun merasakan nasib yang sama. Pemilik Bukit Mas Event Organizer yang biasa mengelola acara gathering instansi dan perusahaan itu juga terimbas pandemik COVID-19.

Eling menuturkan, kondisi saat ini bisa dikatakan krisis bagi bisnis EO. Sebab, hampir tidak ada pekerjaan selama 1,5 tahun terakhir.

"Kalau dulu kami merasakan paceklik paling 3-4 bulanan, karena klien kami yang berasal dari berbagai perusahaan dan instansi memasuki masa tutup buka atau perencanaan anggaran. Namun, setelah itu kami bisa gerak kembali untuk bekerja. Sebulan kami bisa menangani 5--6 event," katanya saat dihubungi IDN Times, Kamis (29/7/2021).

4. Bisnis EO alami paceklik sepanjang pandemik

Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari TabunganTMP Event (SC: Program Director TMP Event, Oktoberi Surbakti)

Kini selama 17 bulan hampir tidak ada lagi event besar. Semua kegiatan seperti gathering dan pelatihan beralih dari venue ke digital. Kondisi itu membuat pengusaha yang sudah 23 tahun menekuni bidang event organizer itu banting setir ke pekerjaan lain.

Eling menuturkan, saat ini ia bekerja mengelola coffee shop milik kawannya. Kendati demikian, mengelola usaha saat pandemik memang tidak mudah.

"Apalagi saat ada PPKM seperti sekarang. Jam operasional kafe dibatasi. Sehingga, yang bisa dilakukan ya bertahan di kondisi sekarang," ujarnya.

5. Pelaku bisnis EO di Semarang beralih ke usaha lain

Pelaku EO Semarang Tiarap, Paceklik saat Pandemik, Hidup dari TabunganPIxabay/Lynette Coulston

Mayoritas bisnis EO di Kota Semarang terkena imbas badai pandemik. Sebab, aktivitas pekerjaan mereka selama ini bertolak belakang dengan kondisi yang terjadi sekarang.

‘’Kalau dulu kami meng-create kegiatan yang mengumpulkan massa dan bisa dikatakan berhasil jika jalan macet atau mengundang keramaian. Sekarang tidak bisa karena berbagai aturan yang berlaku saat pandemik ini. Seperti jaga jarak, dilarang mengundang kerumunan, dan lainnya,’’ jelasnya yang juga Ketua Komunitas Konco EO Semarang.

Konco EO Semarang yang terdiri atas 35--40 anggota, kini hanya 1--2 anggota yang masih mendapatkan pekerjaan. Mereka handle acara pemerintah seperti kegiatan vaksinasi.

"Namun, itu juga sifatnya tidak rutin. Setiap bulan ada pekerjaan sudah bersyukur. Sekarang sifatnya kalau mau cari pekerjaan harus ekstra usaha, kalau gak ya gak dapat rezeki,’’ ungkap Eling.

Baca Juga: 7 Gerai Mal di Semarang ini Buka saat PPKM Level 4, Diskon Gila-gilaan

Topik:

  • Dhana Kencana

Berita Terkini Lainnya