Sarat Sejarah, Kaligrafi China Semarang Jadi Warisan Budaya Tak Benda

- Kaligrafi China di Semarang menjadi warisan budaya tak benda
- Hwa Hing, pelestari kaligrafi China, menjalani penjurian ketat di kantor Kemenbud
- Jawa Tengah memiliki 57 warisan budaya tak benda, termasuk tembang Ilir-ilir dan Gendukan
Semarang, IDN Times - Setiap goresan selalu penuh makna. Ungkapan tersebut selalu dipegang teguh oleh Liong Hwa Hing. Berbekal pengetahuannya sebagai peranakan Thionghoa, Hwa Hing hampir 10 tahun lamanya menggeluti pembuatan kaligrafi China.
Di rumahnya yang ada di gang sempit Kampung Sebandaran I, Kecamatan Semarang Tengah, Hwa Hing saban hari tekun membuat tulisan kaligrafi China.
Guratan guratan tulisannya mengandung banyak arti. Beragam makna. Tak jarang juga terselip petuah-petuah kuno khas negeri tirai bambu.
Ia mengaku beruntung guratan kaligrafi China yang kerap ia buat akhirnya membuahkan sebuah penghargaan. Ia senang bisa mengharumkan nama Kota Semarang karena kaligrafi China terpilih menjadi satu dari sekian banyak warisan budaya tak benda (WBTB).
"Dari Semarang yang diajukan ada tujuh kesenian (sebagai kandidat warisan budaya tak benda). Yaitu grup musik karawitan khas Thionghoa, Lam Quan, atraksi barongsai, panganan bubur india, kaligrafi China, jajanan wingko, roti ganjel rel dan atraksi Sesaji Rwanda Goa Kreo," kata pria yang punya nama lain Hendri Hermawan tersebut saat berbincang dengan IDN Times belum lama ini.
Hwa Hing bilang paling tidak ada enam jenis huruf mandarin yang bisa dijadikan untaian tulisan kaligrafi. Masing-masing huruf punya teknik penulisan yang berbeda.
Huruf-huruf kaligrafi yang ia maksud antara lain Li Shu, Gai Zhu, Shing Shu, Chao Shu, Jao Shu dan Jao Cuan.
Li Shu merupakan huruf mandarin warisan Dinasti Shang yang digunakan oleh kaisar dan para bangsawan abad I sampai tahun 1.900 atau sampai awal abad 20.
Ketika Dinasti Shang tumbang, huruf yang digunakan pun berubah menjadi Gai Zhu. Huruf Gai Zhu punya ciri khas tegak, lurus horizontal.
Gai Zhu yang selama puluhan tahun digunakan lalu disempurnakan oleh Dinasti berikutnya hingga lahirlah huruf Shing Shu yang punya ciri khas tulisan saling mengikat dan disambung.
Namun usia huruf Shing Shu hanya sebentar. Karena lambat-laun diganti menjadi Chao Shu. Banyaknya perubahan huruf mandarin kerap terjadi sejak abad kedua.
Setelahnya diperkenalkanlah huruf baru bernama Jao Shu. Huruf Jao Shu ini, diakui banyak seniman kaligrafi memang sulit dibaca tapi indah untuk dijadikan lukisan.
"Karena setiap guratannya biasanya dipakai untuk membuat syair. Terus perubahan huruf yang terakhir dikenal dengan nama Jao Cuan atau dalam dialek China diucapkan Tak Chuan. Jao Cuan huruf yang sudah umum dipakai banyak orang. Khususnya buat bikin stempel khas China," tutur Hwa Hing.
Jalani penjurian ketat di kantor Kemenbud
Ia mengapresiasi langkah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang yang gercep mengusulkan kesenian lokal sebagai warisan budaya tak benda. Sebagai pelestari kaligrafi China, Hwa Hing beberapa kali diminta unjuk kemampuan memaparkan sejarah tiap huruf, teknik penulisan kaligrafi sebagai bahan pengajuan ke Kementerian Kebudayaan (Kemenbud).
"Awalnya saya didatangi empat pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang. Disitu saya diuji menceritakan sejarahnya huruf, sejarah kaligrafi, diminta demo menulis kaligrafi, karya-karyaku difoto dijadikan satu bahan," paparnya.
"Selanjutnya menceritakan alat-alat kaligrafi. Itu sebagai bahan utama untuk diajukan ke Jakarta sebagai warisan budaya tak benda. Setelah itu, seminggu kemudian saya dinyatakan berhasil lolos ujian dari Disbudpar. Saya diberangkatkan sebagai wakil Kaligrafi China untuk diuji lagi di Kemenbud," tambahnya.
Di kantor Kemenbud, dirinya bersama perwakilan tujuh kesenian khas Semarang menjalani sesi tes pemaparan hingga uji bukti historis. Setiap sesi dinilai 12 juri dari para ahli budaya selama tiga hari dari tanggal 6-8 Oktober.
Untuk kaligrafi China menjalani pengujian mengenai manfaat budaya Thionghoa untuk kesenian dan pengobatan. Dalam melukis kaligrafi China juga menitikberatkan tulisan dari garis tengah yang simetris. Yang punya arti bahwa membentuk jatidiri dan keseimbangan jiwa.
"Kalau kaligrafi China mendapat banyak sekali sambutan meriah. Karena kami juga menyampaikan manfaat kesehatan. Juri menganggap kaligrafi China jadi kesenian budaya yang unik dan langka. Dari Kaligrafi ini kita dapat menimba manfaatnya untuk proses pendidikan dan budaya. Contohnya kalau kita menulis kaligrafi ini dilatih sabar, ekstra hati-hati dan penuh konsentrasi. Juga pakai media sehelai kertas yang tidak boleh ada titik tinta hitam, tidak boleh ada huruf kelompatan. Kalau keliru maka harus diulangi yang baru," urainya.
Indonesia sebenarnya telah dianjurkan oleh PBB untuk menetapkan seni kaligrafi China sebagai warisan budaya tak benda. Hal ini sejalan dengan langkah organisasi pelestarian sejarah yang bernaung di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah menetapkan kaligrafi China sebagai warisan budaya di Jepang, Korea Selatan, Taiwan.
"Makanya saya senang pas kaligrafi China ditetapkan warisan budaya. Harapannya bagi Pemkot, nantinya dapat mematik anak muda belajar kaligrafi China. Baik anak muda peranakan atau anak-anak Jawa. Sehingga kaligrafi China ini bisa mendapatkan regenerasi atau penerusnya," katanya bangga.
Jawa Tengah punya 57 warisan budaya tak benda
Sedangkan, Kemenbud keseluruhan memiliki 514 warisan budaya tak benda ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) pada 2025. Dari jumlah tersebut, 57 di antaranya merupakan warisan budaya tak benda dari Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi membenarkan bahwa Provinsi Jawa Tengah mendapatkan penghargaan dari kementerian kebudayaan terkait dengan warisan budaya tak benda. "Jawa Tengah mendapatkan yang terbanyak, karena memang kita selalu nguri-uri," katanya dalam keterangan resminya, usai menerima sertifikat penetapan WBTbI di Plaza Insan Berprestasi, Jakarta, Senin (15/12/2025).
Berdasarkan data peta persebaran WBTbI tahun 2013-2025, Jawa Tengah menempati provinsi dengan jumlah kedua terbanyak. Total Jawa Tengah memiliki 215 WBTbI, di bawah Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki 245 WBTbI.
Dengan kekayaan budaya yang ada, Luthfi berkomitmen untuk melestarikan dan mengembangkan potensi budaya yang ada di wilayahnya. Apalagi, kebudayaan juga mampu meningkatkan sektor ekonomi kreatif.
Oleh karenanya, semua warisan budaya tak benda di seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah perlu dilestarikan. Tidak hanya tari, lagu, makanan, atau situs-situs budaya, tetapi semua domain budaya yang ada di masyarakat.
Adapun di antara 57 WBTbI asal Jawa Tengah tersebut ada tembang Ilir-ilir dari Kabupaten Demak dan Gendukan dari Kabupaten Pekalongan. Dua warisan budaya tersebut bahkan ditampilkan langsung sebagai pembuka malam puncak Apresiasi Warisan Budaya Tak benda Indonesia di Plaza Insan Berprestasi malam itu.
Bahkan, tembang Ilir-ilir sendiri sudah diproses untuk menjadi warisan budaya takbenda dunia. Prosesnya sudah masuk ke UNESCO bersama beberapa WBTbI lain. Ahmad Luthfi menyebutkan tidak lama lagi penetapan dari UNESCO diperkirakan akan terbit.
Sementara itu, Menbud Fadli Zon mengatakan, tahun ini ada 514 karya budaya yang ditetapkan sebagai WBTbI. Total keseluruhan WBTbI yang ditetapkan pada 2013-2025 sebanyak 2.727 warisan budaya takbenda yang tersebar di seluruh provinsi. Jumlah tersebut diakui masih sangat jauh dari potensi warisan budaya takbenda yang ada di Indonesia.
"Begitu banyaknya ragam budaya kita, ekspresi budaya kita mulai dari bahasa, sastra, tradisi lisan, kemudian ritus, manuskrip, permainan tradisional, olahraga tradisional, pangan lokal, kuliner, juga tentu adat istiadat dan seni di dalam seni," katanya.
Tahun depan, ia mendorong agar lebih banyak warisan budaya tak benda yang ditetapkan sebagai WBTbI. Untuk itu, kabupaten/kota dan provinsi diminta meningkatkan pendataan dan pengusulan WBTbI. Sehingga ke depan bisa lebih banyak WBTbI yang dapat diusulkan menjadi warisan budaya takbenda dunia.
"Kita harapkan ke depan warisan budaya takbenda ini bisa menjadi ekosistem berkelanjutan dan dapat diakui sebagai warisan budaya takbenda dunia," jelasnya.


















