TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menguak Rumah Albertus Soegijapranata di Gereja Gedangan Semarang

Gereja Gedangan batasi umat yang ikut misa Natal

Seorang pemotor tampak melintasi depan Gereja Gedangan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Tepat pukul sepuluh pagi, hiruk pikuk sangat terasa di dalam Gereja Santo Yusuf, Gedangan, Jalan Ronggowarsito, Semarang. Hari Jumat (25/12/2020) menjadi momentum yang spesial bagi anak-anak paroki setempat karena bisa mengikuti rangkaian ibadah misa anak tepat di perayaan Natal 2020.

Meski masih dalam kondisi masa pandemik COVID-19, namun tak menyurutkan anak-anak Paroki Gedangan untuk beribadah dengan khusyuk. 

Setiap anak yang masuk ke aula utama gereja telah diatur sedemikian rupa agar tetap mematuhi protokol kesehatan. Satu persatu dicek suhu tubuhnya. Kemudian harus membasuh tangannya memakai sabun dan air yang mengalir, memakai masker. Dan yang terpenting adalah berjaga jarak saat duduk di dalam gereja.

Baca Juga: Pastor Gereja Gedangan Semarang Meninggal, Sempat Dirawat di Ruang COVID-19

1. Gereja Gedangan membatasi jumlah umat yang ikut misa Natal

Suasana misa anak di Gereja Gedangan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Victoria Yulianti Nuda, Pengurus Gereja Santo Yusuf Gedangan mengaku telah berusaha membatasi kehadiran umat yang beribadah misa saat perayaan Natal. Gerejanya menggelar misa Natal sejak Rabu malam (23/12/2020). 

"Rabu kemarin yang hadir 150 orang. Hari Kamisnya juga sama. Jadwal misa Natal di sini masing-masing cuma satu kali. Dan Jumat yang ikut misa pagi dan misa anak jumlahnya tetap 150 orang," ujarnya kepada IDN Times.

Peserta misa hanya dibatasi dari umat yang tinggal lingkungan Paroki Gedangan saja. Mencakup wilayah Kecamatan Semarang Utara, Semarang Timur dan sebagian Semarang Tengah. Umat yang boleh hadir rentang usinya 10-60 tahun. Umat dari luar kota dan yang berusia 60 tahun keatas dilarang ikut misa.

2. Pastor Gereja Gedangan ingatkan anak-anak agar hati-hati terhadap COVID-19

Sejumlah penjaga Gereja Gedangan Semarang ikut misa Natal dengan protokol kesehatan. IDN Times/Fariz Fardianto

Romo Martinus Hadi Siswoyo SJ sebagai pastor telah ditunjuk untuk memimpin ibadah misa anak di Gereja Gedangan. Selama 1,5 jam lamanya, Romo Martin melantunkan kidung-kidung doa yang diikuti iringan nada yang dimainkan orang muda Katolik setempat.

Romo Martin juga menyampaikan pesan khusus dalam khotbahnya agar anak-anak tetap menjaga kesehatannya dengan berdiam diri di rumah.

"Anak-anak sebaiknya berdiam diri di rumah. Karena saat ini masih dalam suasana pandemik virus Corona," begitu kata Romo Martin saat berada di depan mimbar.

3. Datangnya Natal untuk mohon pertolongan kepada Yesus

Dua anak mencuci tangan sebelum masuk ke Gereja Gedangan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Ia berkata perayaan Natal dalam suasana pandemik memang berbeda dari biasanya. Anak-anak yang biasanya leluasa bebas bermain. Saat ini harus membatasi kegiatannya.

"Tapi anak-anak tidak usah takut dengan keadaan ini. Karena datangnya Natal menjadi momentum untuk kita semua agar dapat memohon pertolongan kepada Yesus Kristus. Yesus sebagai Sang Juru Selamat akan membawa kita ke dalam sebuah perubahan. Maka berdoalah kepada-Nya yang senantiasa membawa mukjizat," kata Romo Martin.

Di lokasi misa, IDN Times melihat prosesi ibadah begitu khidmat. Doa yang dipanjatkan sang romo dan anak-anak menggema di seluruh ruangan.

Gereja Gedangan menjadi satu dari ratusan tempat yang menggelar misa Natal tahun ini. Jika kondisinya normal, banyak orang yang berdatangan untuk ikut misa sekaligus menikmati panorama interior yang berada di dalam gereja.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Gereja Gedangan usianya sekitar 200 tahun lebih. Saya sebagai umat Katolik sejak kecil suka ibadah di sini karena selain dekat dengan rumah, juga ingin melestarikan keberadaan gereja yang punya nilai sejarah yang panjang. Gereja ini kan sudah ada sejak zaman kolonial Belanda," aku Rusmanto, seorang jemaat Gereja Gedangan.

4. Interior Gereja Gedangan dilestarikan sampai saat ini

Depan Gereja Santo Yusuf Gedangan Semarang. IDN Times/Fariz Fardianto

Menurut literatur yang berkembang di dalam gerejanya, umat Katolik awalnya numpang beribadah di GPIB atau Gereja Blenduk. Umat Katolik saat ini bergantian menggunakan Gereja Blenduk sebagai tempat ibadah dengan jemaat Protestan.

Seiring berjalannya waktu, lokasi ibadahnya pun dipisah. Atas insiatif seorang pastor keturunan Belanda, umat Katolik akhirnya bisa menggunakan gereja yang saat ini dikenal dengan nama Gereja Gedangan.

"Sampai sekarang semua interior ruangannya tetap kita pertahankan seperti awal berdiri. Arsitektur bangunannya juga gak berubah, karena kita gak berani ngutak-ngatik bentuk bangunan yang punya nilai sejarah," katanya.

5. Rumah Soegijapranata saat ini difungsikan sebagai kantor pastoran

Kantor Pastoran Gereja Gedangan yang dulunya jadi tempat tinggalnya Soegijapranata. IDN Times/Fariz Fardianto

Sejumlah umat pun menunjukan sebuah bangunan yang berdiri tepat di belakang kantor sekretariat Paroki Gedangan. Bangunan itu sekilas tampak bergaya perpaduan arsitektur Melayu dengan desain kolonial Belanda. 

Tak kurang empat tiang masih terpasang tinggi menjulang. Sementara pada bagian atapnya dipasangi sekat kayu berukiran khas Melayu kuno. Banyak ornamenya.

"Di situ dulunya jadi tempat tinggalnya Monsinyur Soegijapranata. Sekarang sudah kita pakai jadi kantor pastoran," kata Albert seorang petugas bagian perawatan bangunan di Gereja Gedangan.

6. Pakar cagar budaya: Sudah saatnya Pemkot fokus lestarikan Gereja Gedangan

Seorang jemaat Gereja Gedangan Semarang saat ikut misa Natal dengan latar belakang kaca patri bergambar tokoh santo. IDN Times/Fariz Fardianto

Sedangkan, seorang pakar cagar budaya sekaligus Dosen Arsitek Unika Soegijapranata Semarang, Tjahjono Raharjo, menuturkan Gereja Gedangan dengan usia mencapai 230 tahun seharusnya menjadi bangunan ikonik di Kota Lama. 

Banyak ornamen gereja yang masih terjaga keasliannya. Mulai dari gedung pastoran, kaca patri yang terpasang di dinding gereja, bentuk kubah hingga bentuk lantainya.

"Karena dulunya pusat kegiatan warga Kota Lama itu ya di Gereja Gedangan, bukan di Gereja Blenduk. Maka saya sarankan agar Pemkot Semarang fokus melakukan upaya pelestarian pada Gereja Gedangan supaya menjadi ciri khas bagi Kota Semarang," ungkapnya.

Baca Juga: Sahur Keliling Bareng Shinta Nuriyah di Gereja Gedangan Semarang

Berita Terkini Lainnya